Pak guru jangan pergi…,jangan pergi..,mau ke
mana pak guru…,bantu kami sekolah, kami ingin sekolah!!
Itulah
suara yang terdengar dengan kata-kata penuh harapan. Nadanya sesak, tidak mau
berkata-kata. Hanyalah air mata yang keluar dari mata putih itu, mengalir dan
membasahi pipi dan mengalir ke tanah yang diinjakinya. Boca-boca ingusan berbaris di pinggir
halaman, saling berpelukan, saling berpegang tangan. Mereka menghucapkan
kata-kata dengan polos yang dikeluarkan oleh mulut anak-anak itu. Anak-anak
tersebut bersama sebuah gedung menjadi teman penghibur dalam menghidupi
kehidupan mereka. Gedung itu menjadi teman sepermainan. Bersama gedung itu,
mereka menjadi senang, semangat, menghidupkan tanda-tawa. Setiap sore sekitar
pukul 15.00 mereka berkumpul bersama, saling menceritakan pengalaman mereka sewaktu
pergi bersama ayah-ibunya. Entah kemana mereka! Mereka menceritakan. Lupakanlah
anak -anak ingusan tersebut! Cerita diatas adalah hasil pertengahaan cerita pendek
ini, ketika 12 tahun kemudian.
Mereka
berdiri di salah satu Daerah kumuh di pedalaman. Daerah yang konon ceritanya
berada dibalik gunung, disebelah jurang, dibatasi dengan sungai dan bukit-bukit
terjal menjulang di sana, jauh dari kota keramaian, berdiam di sana. Daerah
tersebut berdiam tanpa kata-kata. Daerah terpencil yang belum mengenal dunia
luar. Sebaliknya Dari luar belum mengenal daerah itu.
Adalah
Nongme. Nongme wilayah kumuh, berlokasi dibalik gunung. Wilayah itu, saat ini
dikenal dengan distrik nongme. Distrik baru pemberian kado Ulang tahun sekitar
tahun 2011 silam. Distrik hasil pemberian pemerintah Indonesia melalui kaki
tangan pemerintah daerah. Pemerintah daerah itu adalah Kabupaten Pegunungan
Bintang yang beribukota oksibil. Genaplah menjadi 42 distrik di kabupaten itu.
Kabupaten pegunungan bintang yang baru dimekarkan dari kabupaten induk,
kabupaten jayawijaya pada tahun 2003 tersebut kini berkembang menjadi 42
distrik. Lupakan kado pemekaran ulang
tahun.
Distrik
Nongme Daerah pemekaran dari distrik Bime tersebut dihuni sejumlah kepala
keluarga. Jumlah kepala keluarga tidak lebih dari 60 KK. Sekitar 49 tahun lamanya, hidup dalam kegelapan. Hanya
mendengar suara burung, suara binatang, suara tumbu-tumbuhan, suara rumput dan
dilengkapi dengan suara manusia mengakhiri tidur malam.