berita

Source: http://www.amronbadriza.com/2012/07/cara-membuat-judul-blog-bergerak.html#ixzz2HGOAa7ZG

Senin, 18 Oktober 2010

DINAMIKA POLITIK (PEMILU) PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG

Berakhirnya kampanye tentang visi dan misi para kandidat terkuat untuk menduduki kursi panas bupati dan wakil buapti kabupaten pegunungan bintang periode 2010-2015 telah berakhir pada tanggal 14 oktober 2010. Masyarakat kabupaten pegunungan bintang telah berfokus pada pencoblosan (pemilihan umum) para kandidat tanggal 18 oktober mendatang. Semua aktifitas di kubu pemerintahan sudah lumpuh total pada beberapa bulan yang lalu kata seorang warga balusu, Oksibil. Semua masyarakat beralih ke pesta politik, tanpa memikirkan anak, ibu, ayah lebih-lebih pada keluarga yang ada. Masyarakat mengharapkan seorang pemimpin yang memiliki kredibilitas dalam power dan ling-ling yang kuat untuk membangun tanah Aplim Apom menuju keterbukaan dari berbagai segi.
Lebih pada peran kabupaten ini dalam berbagai sekmen kehidupan dalam maupun luar negeri. Sekmen-sekmen itu meliputi menangulangi kemiskinan, baik dari segi pendidikan, kesehatan, ekonomi. Diakhir-akhir ini telah beredar isu penyebaran penyakit mematikan yang tidak ada obatnya yaitu AIV/AIDS di pegunungan bintang yang setiap tahun semakin meningkat (data belum disampaikan). Seorang pemimpin yang tegas dan loyalitas pemimpin yang tinggi, pekah terhadap berbagai tantangan, memaksimalkan waktu dan luang untuk berinterkasi dan bertindak dengan masyarakat sekitarnya adalah harapan seluruh masyarakat aplim apom. Maka seorang pemimpin harus royal terhadap dinamika sosial yang berada di administrative kabupaten pegunungan bintang.
Diakhir-akhir ini enam kandidat terkuat yang lolos perifikasi dari ketentuan umum KPU, telah memulai kampanye besar-besaran di seluruh pelosok tanah adat Aplim Apom. Dari barat, wilayah ketengban menuju ke daerah utara (wilayah) Batom, beralih ke timur (wilayah) perbatasan okyop dan sekitarnya dan beralih ke daerah selatan (wilayah) Iwur, waropko,kambom dan sekitarnya. Tidak ketinggalan para kandidat bersihkeras untuk menyewah Heli dan maupun pesawat terbang untuk mendarat di kampong-kampung. Semua itu kepentingan untuk mendapatkan suara agar bisa menduduki kursi terhormat. Semua yang dikampayekan seakan-akan bisa dapat terwujud dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Sehingga masyarakat terharu dengan kata-kata yang dikeluarkan oleh para korporat itu. Bahkan sebagian besar masyarakat membuka koteka yang dipakainya untuk mengkampayekan demi segelintir orang. Melupakan diri dan keluarganya. Memang itulah politik. Namun dibalik itu, tidak menyadarkan diri bahwa saya berpolitik dalam konteks apa?.. dan ucapan apa yang saya sampaikan kepada konsumsi politik.
Banyak fenomen yang terjadi selama berkampaye. Fenomena-fenomena itu meliputi terbelahnya keluarga di kubu kandidat, kebutuhan ekonomi tidak terpenuhi, keluarga kacau. Sehingga terjadi kofilik internal antara keluarga dekat. Berikut ini dijelaskan berbagai fenomena yang terjadi selama kampanye sedang berlangsung.
Bidang Ekonomi
Masalah pokok yang harus dipenuhi oleh keluarga adalah masalah ekonomi. Paling tidak sebuah keluarga harus memenuhi kebutuhan pokok (primer) dan setelah kebutuhan primer terpenuhi, maka bisa memikirkan untuk kebutuhan sekunder (kebutuhan tambahan). Namun semua itu tidak dipikirkan oleh masyarakat, lebih khusus keluarga yang mereka tinggal di ibukota kabupaten karena dipicu dengan adanya politik. Kini keluarga tersebut melarat akibat kelaparan. Tidak memikirkan kepentingan keluarga, tetapi mementingkan kepentingan orang lain melalui kampanye. Sebagai kepala keluarga seharusnya membeli kebutuhan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Akibat dari acara pesta demokrasi sebagian masyarakat mengeluh karena kelaparan. Hal tersebut disampaikan oleh salah seorang mama kampong Aldom (15/10) malam ketika salah seorang administartor menghubungi telpon selurernya kemarin malam. Ia mengatakan bahwa “kami disini kelaparan karena tidak ada makanan. Bahan makanan sudah habis”. Ketika ditanya mengapa bahan makanan habis, lebih lanjud ia mengatakan bahwa “ selama ini kami mengikuti kampanya jadi tidak sempat menyiapkan bama”ucapnya.
Bidang Keluarga
Bidang keluarga sangat penting dalam ketentraman dan kenyamanan, dalam merangkul dan membangun keluarga yang kokoh. Pondasi dasar untuk membentuk diri menuju manusia yang seutuhnya berwal dari keluarga. Dimana disana seseorang dibentuk untuk mengalami dan merubah melalui tindakan konkirit menuju suatu perubahan. Suatu perubahan adalah proses belajar, karena tindakan perubahan dari tidak tau menjadi tau. Tindakan ini pasti dialami oleh setiap manusia.
Perkembangan seseorang semakin jauh untuk memilih meninggalkan (menjauhkan) dari orang tua dan atau sanak saudara. Seseorang mengalami perubahan ini berarti sudah memiliki kedewasaan. Dimana harapannya untuk membuat keputusan sendiri dan bertindak serta mempertanggungjawabkan adalah hal dasar yang harus dipelajari oleh seorang pendewasa.
Berkaitan dengan itu, jangan pernah meninggalkan orang tua, sanak saudara, om, tete, nenek dan masyarakat sekitarnya. Namun beda dengan masyarakat papua sekarang ini. Dengan adanya otonomi khusus ini, namanya keluarga hilang begitu saja tanpa ada jejak dan aliran keluarga yang diturunkan oleh nenek moyang mereka. Otonomi mengugah kepribadian dan ketatanan social masyarkat setempat. Hancur dalam waktu yang singkat dari berbagai segi. Diantaranya pudarnya moral, integirtas, martabat orang papua dan menghilangnya kekerabatan orang papua yang dikatakan rasa social yang tinggi itu. Banyak fenomena yang terjadi akhir-akhir ini berkaitan dengan bergulirnya pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah di seluruh tanah papua.
Banyak persoalan yang terjadi ketika pemilihan berlangsung. Keluarga dekat berjatuhan, konfilik antara suku berkepanjangan, melebarnya kemiskinan, penindasan dan lainnya. Semua itu terjadi karena adanya politik untuk meraih satu kursi terhormat.salah satu kerusuhan yang terjadi adalah pada saat pemilihan kepala daerah dan wakilnya di kabupaten sarmi. Dimana para pendukung kandidat saling perang dan akhirnya menelan korban jiwa di kubu kedua belah pihak. Untuk mengulangi pencoblosan akan dilakukan pada tanggal 18 besok. Laporan itu disampaikan oleh salah seorang mahasiswa USTJ yang hendak mengunjungi keluarganya di perbatasan kabupaten sarmi dan jayapura.
Tanda-tanda konfilik keluarga antara fertikal maupun horizontal, kini terjadi di pegunungan bintang. Semua ini terjadi karena kegoncangan politik (pemilihan umum) di daerah ini. Ada humor yang beredar di seluruh masyarakat bahwa di sisi keluarga kandidat juga terpecah bela. Ada yang mendukung kandidat yang lain. Misalnya hal tersebut disampaikan oleh teman saya di jayapura bahwa “sebagian keluarga calon kandidat Kostan Oktemka mendukung Theo Sitokdan dan sebaliknya. Sehingga keharmonisan kelurga tidak stabil. Apa lagi, pada saat pemilihan dan pengumuman hasil pemilihan umum. Apa yang terjadi, kita lihat saja.
Sikap Tangkap Mahasiswa Terhadap Fenomena ini
Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat ilmiah harus melihat secara professional. Bertindak secara hukum. Melakukan pendekatan terhadap masyarakat dan menyadarkan situasi ini. Dengan melakukan langkah ini pasti akan memulihkan keadaan. Sebagai seorang idipenden mampu bekerja dan menyampaikan secara benar dan terarah pada posisi yang tepat. Sehingga pada akhirnya mampu membangkitkan jiwa demokrasi di lingkungan masyarakat. Mahasiswa mampu mengontrol peraktek-peraktek yang tidak benar, dilakukan oleh kegelintir orang yang notabene dengan kepentingan pribadi. Menyewa orang untuk menggulingkan orang lain dengan melakukan kejahatan. Hal semacam ini dikontrol oleh seorang mahasiswa yang indipenden. Mahasiswa Aplim Apom yangpeduli terhadap kententeraman dan kedamaian diantara sesama, perluh mengambil sikap dari awal sebelum kejadian fatal yang dilakukan seperti di kabupaten lain.
Sayangnya jika, seorang mahasiswa yang mengatasnamakan dirinya sebagai utusan mahasiswa Pegunungan Bintang untuk mengotrol situasi paskah bergulirnya politik di pegunungan bintang. Tau-tau sudah dapat suap dari seorang korporat demokrasi. Hal semacam ini perluh disikapi oleh mahasiswa.

Memang benar kalo bicara tentang politik (PEMILU) seluruh masyakat pegunungan bintang terharu dan terpesona dengan isu politik. Seakan-akan berpolitik adalah sudah melekat sejak lahir. Baik itu orang tua, orang buta, masyarakat umum, pelajar, mahasiswa meninggalkan kekiatan pokoknya dan beralih ke panggung perpolitikan. Seorang pelajar meninggalkan bangku studinya untuk berkampanye. Seorang nenek bangkit dari tempat ranjangnya untuk bekampanye guna untuk meloloskan bosnya. Hal ini bagus tetapi perluh melihat diri secara sadar dan opjektif untuk melangkah lebih lanjut. (Frans/co administrator Wesite Komapo)

KEBIJAKAN KAMPUS MAHASISWA TIDAK MELIBATKAN

Kebijakan kampus selama ini tidak melibatkan mahasiswa untuk mengambil keputusan. Dimana peran mahasiswa dalam keluarga kampus, akhir-akhir ini semakin hilang dan akan dihilangkan. Pada hal mahasiswa adalah bagian dari warga kampus, yang seharusnya mengakomodir aspirasi atau pendapat mahasiswa melalui lembaga terkait, guna untuk pengembangan dan kesejahteraan kampus di masa mendatang. Salah satu contoh kongkrit yang akhir-akhir ini menjadi keluhan mahasiswa adalah keputusan pengelolah kampus menyangkut biaya per SKS setiap tahun semakin meningkat. Hal ini sangat ironis, karena tidak semua mahaiswa yang kuliah di universitas, penghasilan orang tuanya kalangan ekonomi atas. Maka sebaiknya harus dipertimbangkan oleh universitas, sebelum mengambil keputusan sehingga ada transpransi dalam perkuliahan di kampus.
Hal ini untuk mengantisipasi kecemburuan social, dalam hal biaya kuliah. Keputusan kampus adalah hak mutlak,namun hal itu bisa membatasi seorang siswa yang ingin kuliah di universitas yang diinginkan. Setiap orang layak untuk mendapatkan pendidikan (paling tidak menyelesaikan pendidikan S1), namun bisa dibatasi oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan profit, sehingga mahasiswa (siswa) bisa mengundurkan diri dari cita-citanya karena menyangkut biaya yang melambung tinggi.
Apa lagi pemerataan dalam pembagian beasiswa untuk orang berprestasi tidak pada sasaran. Pemerintah mencangkan beasiswa bagi mahasiswa kurang mampu secara ekonomi, namun hal itu tidak dipungkiri oleh pengelola kampus. Pembagiannya tidak pada sasaran, malah diberikan kepada mereka (mahasiswa) yang penghasilan orang tuanya lebih tinggi secara ekomi.
Selain meningikan biaya, beberapa perguruan tinggi akhir-akhir ini memprogramkan enam hari kerja. Hal ini merupakan salah satu bentuk kekuasaan (penindasan) oleh pihak-pihak terkait terhadap mahasiswa. Program enam hari kerja ini juga tidak melibatkan mahasiswa. Hanya membuat keputusan oleh para korporat kampus. Membatasi hak mahasiswa dalam hal berorganisasi dan berkreasi dengan memadatkan jadwal kuliah.
Beberapa mahsiswa pendidikan ekonomi USD mengeluh karena ruang kuliah terbatas. Hal tersebut disampaikan pada saat jejak pendapat antara mahasiswa PAK dan PE dengan para pengajar (dosen) beberapa bulan yang lalu di hall Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Mereka mengeluh karena kuato ( bangku dan meja) yang disiapkan oleh universitas terbatas, sedangkan mahasiswa belebihi persediaan. Kemanakah uang kuliah yang dibayarkan oleh mahasiswa? Dengan tariff pembayan setiap angkatan (tahun) meningkat. Hal ini perluh diperhatikan oleh pengelola universitas.

KEHILANGAN BARANG; SALAH SIAPA?






SLEMAN-Bapak Supangat (40), satpam Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Beliau sudah menjadi satpam Di Kampus ini sejak Tahun 2001. Selama beliau menjaga keamanan di Kampus Mrican, banyak laporan kehilangan yang diterima. Beberapa bulan yang lalu juga dilaporankan bahwa salah satu mahasiswa kampus USD kehilangan barang di tempat parkir Kampus I. Hal ini sering terjadi setiap awal ajaran baru atau disaat akhir semester.
Menurut beliau “kehilangan barang terjadi karena si pemilik barang yang tidak menghargai barang miliknya sendiri”. Seringkali mahasiswa sembarangan menaruh helm atau barang- berharga lainnya di atas motor tanpa pengamanan. Hal tersebut yang membuat pelaku pencurian mudah untuk mengambil barang milik mahasiswa.
Sebenarnya, pihak kampus sudah mempunyai kebijakan untuk memberikan karcis pada setiap motor. Tujuan pemberian karcis sendiri ialah agar kendaraan yang keluar-masuk kampus dapat dipantau oleh penjaga tempat parkir. Namun, hal tersebut kurang dihiraukan oleh mahasiswa sehingga kehilangan barang tidak terhindarkan.
Sementara itu Monic (18) mahasiswi PBI berpendapat bahwa tak selamanya kehilangan barang itu salah dari pemilik barang tersebut. Nyatanya, helm milik korban yang sudah diamankan di jok motor dapat diambil dengan cara memotong talinya. Kejadian ini terjadi pada 22 september 2010. Dia mengaku bahwa ini kali pertama dia kehilangan barang di tempat parkir. Pada kasus ini, sebenarnya pencuri memang berniat untuk mengambil barang milik korban.
Kehilangan barang tidak seutuhnya tanggung jawab dari petugas keamanan karena mereka tidak hanya mengamankan sebagian kecil dari suatu tempat. Namun, mereka bertanggung jawab akan keamanan dari seluruh tempat. Di lain pihak, kita juga tidak bisa menyalahkan pemilik barang karena pemilik barang sebenarnya sudah mencoba mengantisipasi kehilangan barang tersebut. Jika kita menuntut ganti rugi dari kampus, itu juga tidak mungkin dilakukan. Karena, kampus sudah memberikan kebijakan-kebijakan yang sekiranya dapat membuat situasi keamanan di kampus dapat terjaga.


Jumat, 15 Oktober 2010

MAHASISWA PAK & PE USD KUPER DI SEMARANG



YOGYAKARTA-Mahasiswa/wi program studi pendidikan akuntansi dan pendidikan ekonomi universitas Sanata Dharma Yogyakarta mengunjungi beberapa perusahaan di semarang (13/10). Panitia kunjungan perusahaan memberitaukan jauh sebelumnya menyangkut jadwal keberangkatan, ketentuan-ketentuan peserta kuper 2010, sehingga semua itu disiapkan oleh peserta. Pukul 05 pagi rombongan bergegas-gegas berkumpul di realino. Waktu pukul 5.30 peserta kunjungan perusahaan masuk ke masing-masing bus sesuai dengan pembagian kelompok kunjungan perusahaan. Lima kelompok mengunjungi perusahaan PT SidoMuncul dan PT Indofot di semarang. Lima kelompok tersebut yang dikoordinir oleh ketua kelompok Nawang mahasiswi pendidikan Akuntansi mengimbau kepada anggotanya untuk “menjaga almameter USD dan lebih khusus menjaga diri masing-masing individu sehingga dalam kunjungan dapat terlaksana dengan selamat dan pulang juga dengan selamat” ucapnya.
Bus tiga melaju dengan kecepatan tinggi, menyusuri jalan raya yogya-semarang. Sekitar pukul 9.00 peserta tiba di lokasi tujuan. Perusahaan pertama yang dikunjungi adalah perusahaan PT SidoMuncul yang berlokasi di Unggaran Jawa Tengah. Perserta diterima oleh petugas. Dalam penjelasannya petugas menyatakan bahwa “perusahaan ini induknya berkedudukan kota Semarang sedangkan yang ini adalah cabangnya, sehingga bapak direktur tidak sempat di sini, beliau berada di kantor pusat. Sehingga dalam penjelasan diamandatkan kepada kami untuk membimbing dan menjelaskan kepada Anda untuk bisa mengetahui kinerja perusahaan, jumlah perkerja, serta berapa barang di produksi” ucapnya bapak dalam kata sambutannya.
Lebih lanjud ia mengantar peserta, menjelaskan proses produksi dari mendatangkan barang mentah, proses pembersihan, pengupasan, penjilitan, dan tahap proses jadi dan lain-lainnya. Pertama dijelaskan mengenai bahan-bahan mentah yang harus disiapkan, adalah sebanyak 160 jenis bahan. Kami datangkan dari berbagai daerah di jawa dan maupun di luar jawa. Salah satu dari beberapa jenis bahan adalah jahe yang khususnya untuk memproduksi tolak angin. Barang atau jenis produk yang diproduksikan antara lain tolak angin, kuku bima, Este-emje, dan lainnya.
Memasuki ruang produksi para pekerja sedang sibuk memproduksi. Selain melalui tenaga mesin juga melalui tenaga manusia. Dengan tenaga manusia prosesnya adalah memotong hasil produk, memasukan ke dalam pelastik sebanyak 4 bungkus lalu dimasukan kedalam kardus. Setelah mengelilingi gedung mulai dari ruang penyimpanan barang, ruang pembersihan, ruang pengujian, ruang penggilingan, ruang perpustakaan, ruang penelitian bahan-bahan, peserta mengunjungi tempat perhistirahatan. Disana peserta bersama pengarah istirahat sambil diskusi. Pengarah memberikan kesempatan untuk berdialok dan memberikan beberapa pertanyaan untuk dijawab atau ditanggapi oleh perwakilan pengelola perusahaan. Seusai diskusi, kata penutup ditutup dengan sebuah pantun yang dibawakan oleh pengarah, dan ditutup dengan ucapan terimakasih dari pihak universitas.
Waktu menunjukan pukul 12.00 peserta mengunjungi PT Indofoot di semarang. Disana peserta diterima oleh staf direksi perusahaan indofoot. Dalam penjelasannya perusahaan ini berdiri dan memproduksi untuk memenuhi kebutuhan konsumen di seluru Indonesia maupun dunia. Perusahaan ini kini berkembang ke seluruh dunia. Sampai sekarang ini 150 negara yang kami pasarkan. Beberapa macam barang kebutuhan yang kami produksi antara lain supermi, mi instan, bimoli, indomi,kecap dan lainnya. Seusai penjelasan peserta diajak untuk melihat secara dekat mengenai proses produksi. Selai kunjungan peserta pulang ke rumah makan. Disana seluruh kelompok berkumpul dan makan bersama dengan dosen pendamping. Peserta kuper sekitar 150 mahasiswa makan di rumah makan oleh-oleh. Sehabis makan peserta berangkat ke jogyakarta.(Frans)

Rabu, 06 Oktober 2010

aktifitas olahraga KOMAPO

Add caption
Amak-anak komapo sehabis main futsal samping stm pembangunan yogyakarta


KEMANA PARA GURU PEGUBIN???

Perkembangan pembangunan yang semakin pesat dan pemekaran terjadi dimana-mana di wilayah adminitratif kabupaten pegunungan bintang, yang membuat para guru tidak bisa tahan untuk mengapdi menjadi guru tetapi kini berbelok ke dunia yang penuh kemewahan. Namun itu semua harap dimaklumi karena sumber daya manusia pada waktu itu belum siap, sehingga sebagai anak asli daerah mau dan tidak mau harus menjadi camat. Untuk mau menggantikan para guru yang menjadi capat, pemda kini tengah mengirim mahasiswa untuk kuliah di luar papua khususnya bagi calon guru. Sekita 30-an guru sekarang sedang kuliah di USD (Universitas Sanata Dharma yogyakart). Para calon guru ini dipersiapkan untuk membangun tanah papua khususnya di pegunungan bintang. Mereka mendalami mata kuliah di berbagai program studi diantaranya pendidikan bahasa ingiris, pendidikan ekonomi, pendidikan akuntasi, pendidikan biologi, pendidikan sejarah, pendidikan bimbingan konseling, pendidikan bahasa Indonesia dan sastra daerah, pendidikan agama katolik, pendidikan guru sekolah dasar (PGSD). Semua itu dengan harapan bahwa nantinya siap membekap anak-anak pegunungan bintang di 15-20 tahun mendatang. Dengan perhitungan panjang bahwa sentral pengembangan pendidikan papua berkedudukan di jantung ibukota kabupaten pegubin atau tempat strategi lainnya. (frans kasipmabin)

Selasa, 05 Oktober 2010

EXPO DAN MALAM INAGURASI MABA 2010 KAMPUS SATU USD

YOGYAKARTA-Pada hari saptu tanggal 14 Agustus 2010 di Universitas Sanata Dharma mengadakan kegiatan expo dan malam inagurasi mahasiswa baru 2010. Selama dua minggu memulai kegiatan yang didampingi oleh panitia INSADHA 2010. Pukul 7 .00. para maba diwajibkan untuk mendaftarkan di unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang diselenggarakan oleh BEMU USD di kampus satu mirican Yogyakarta. Sekitar 500-an mahasiswa baru memulai pendaftran disetiap UKM. Jenis UKM yang di promosikan adalah koperasi mahasiswa (KOPMA), pengapdian masyarakat (PM), natas, kerohanian, paduan suara mahasiswa, taikondow, krate, sepakbola, menwa dan beberapa UKM lainya. Berdasarkan pemantaun administrator websaite komapo para maba yang berminat disetiap ukm adalah fipti-fpiti. Menginggat lembaga-lembaga ini sangat penting bagi mahasiswa, maka wajib mendaftar sesuai dengan kebutuhan pribadi. Semua UKM yang ditawarkan sama kualitasnya.
Misalkan kami wawancara dengan UKM pengapdian masyarakat dalam penyampaiannya coordinator mengatakan bahwa “UKM ini merupakan salah satu UKM yang mewadahi para mahasiswa untuk mendedikasikan dirinya kepada masyarakat. Dijelaskan juga bahwa UKM pengapdian masyarakat lahir pada tanggal 28 oktober 2000. Dengan moto “ad maiorem popual gloriam (demi kemuliaan rakyat yang lebih besar)”. UKM ini selalu berusaha untuk memberikan kotribusi bagi masyarakat melalui kerja-kerja nyata di masyarakat. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan UKM ini seperti bakti social, pengajaran untuk anak-anak kurang mampu, live in, dan berbagai kegiatan lainnya. Disini adalah tempat bagi kalian yang ingin benar-benar memberikan kontribusi bagi masyarakat. Sekecil apapun hal yang kalian berikan bagi orang lain pasti akan menghasilkan perubahan yang besar bagi kalian dan dunia. Untuk itu marilah kita mulai hal kecil itu bersama kami dalam ukm ini. Langkah itu akan kami mulai pada pertemuan perdana yang kami selenggarakan pada tanggal senin, 23 agustus 2010 di belakang gedung BAA pukul 15 00 wib” ucap Angell. (Frans).

MENEMUI SORANG RAJA DI HUTAN BELANTARA

Memasuki liburan panjang pada bulan juni-juli dan agustus,ketika itu teman-teman bangku kuliah saya hendak berlibur ke daerah masing-masing. Teman-teman yang datang dari luar pulau jawa selama ini kuliah di tanah jawa khususnya Yogyakarta berkemas-kemas untuk meninggalkan kota Yogyakarta dalam beberapa bulan saja. Selama dua tahun saya pulang balik diantara kos dengan kampus yang menguras otak dan dompet kantong yang isinya berupa koin karat yang ditipkan oleh pemerintah Pegunungan Bintang. Memasuki liburan panjang tepatnya pada hari esok,teman-teman angkatan saya pergi ke papua tanpa ada informasi yang menitipkan lewat HP dan atau lewat teman.
Satu minggu kemudian sayapun meninggalkan kota Yogyakarta dengan pesawat Laion Air yang menerbangkan saya ke tempat dimana dua tahun lalu saya telah meninggalkannya. Tidak terasa saya tiba di gubuk yang dulu saya bangun dan tinggal bersama teman-teman SMA saya. Dua hari telah lewat bersama gubuk tua yang saya bangun tiga tahun yang lalu. Saya pun bergemas untuk meninggalkan kota untuk pergi ke kampong halaman bersama beberapa bapa-bapa yang hendak berangkat ke kampong ketika itu mereka libur ke kota. Pada pukul dua siang saya tiba di kampong menemui kedua orang tua ku. Sayapun menceritakan pengalaman saya ketika study di kota selama mengenjam pendidikan.
Pagi hari yang cerah mejelang petang saya hendak menemui seorang bocah yang kurus rambutnya keriting tidak semuannya tumbuh di kepala boca itu. Sekeliling kepala hitam terdapat sejumlah gumpalan debu yang menghiasi rambut yang tidak subur. Tidak ketinggalan Ingus yang berwarna putih bercampur keitaman mengalir lewat kedua lobang hidung tidak henti-hentinya, bagaikan air sungai yang mengalir tanpa batas. Perut besar terisi oleh sejumlah bala tentara yang mengancam seluru isi perut bahkan menghabiskan segala makanan yang dikunya oleh si boca itu. Bunyi –binyi cacing bisa terdengar suaranya sejarak 5-10 meter dari tempat ia berada. Petatas bakar tadi pagi ia makan sudah dihabiskan oleh si jahat. Tidak ada air yang ia minum, apa lagi kedua orang tuanya kini tua,tidak bisa menyiapkan kebutuhan hidupnya.
Dibelakang punggung ditemani dengan tas kumuh yang robek. Tempat robek dijahit dengan tali penyambung. Tas itu berisi sekumpulan kertas robek yang ia pungut dari belakang rumah seorang guru asli tamatan PGSD, ketika guru tersebut berbulan-bulan tiggal di kota, tanpa peduli dengan murid-murid yang diajarinya. Dasar tas itu terdapat pensil patah yang karat. Pensil yang ia bawah, dikorok dengan parang ayahnya sehingga mata pensil itu tajam. Selama ia jalan ke mana saja ia membawa tasnya. Baik ke kebun maupun mau tidur ditemani dengan tas kumuh kesayangannya. Si boca yang tidak mau menyebutkan namanya itu menyayangi tas robek tersebut karena hadia dari ayah, ketika itu ayah hendak pergi menemui anak perempuannya yang nikah dengan seorang pegawai pemerintahaan desa di salah satu kampong wilayah Pegunungan Bintang. Dalam perjalanan ia menempuh dua hari-dua malam karena atas permintaan anak bungsunya. Sesampai di kampong ayah hendak menemui anak putrinya, tetapi sudah satu bulan lebih mereka berangkat ke kota. Rumah tersebut tidak ada orang yang menjaganya, terpaksa ia membuka pintu rumah yang diikat dengan tali.
Pagi hari ia bangun lalu berfikir bahwa kalau saya pergi tanpa memenuhi permintaan anak bungsuku pasti akan menagis atau membuat suatu perbuatan yang tidak baik bagi keluarga ataupun bisa menghilangkan nyawanya sendiri. Dengan demikian saya mengambil tas robek yang ada di tempat sampah belakang rumah. Sesudah ambil saya pergi ke kampong halaman untuk menjawab permintaan anak kandung saya” kata orang tua tersebut yang seluruh tubuhnya tidak ada gaging hanya kulit kering yang melekat pada tulang. Ketika ayah membawa tas robek tersebut anak kandungnya sangat bergembira. Mengapa ia sangat bergembira lebih lanjutia menjelaskan bahwa “karena pada bulan juni-juli saya akan masuk sekolah bersama dengan orang lain” katanya. Ditanyakan mengapa kamu mau sekolah? Ia menjawab dengan sederhana “saya mau sekolah sampai saya menjadi raja” kata bocah tersebut. Kamu tau kata raja dari siapa? Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa “saya tahu dari kakak yang sekolah mereka menceritakan sebuah cerita dongeng. Kapan kamu mau sekolah? Ucapnya “ kalo anak-anak lain masuk ke skolah saya juga ikut masuk sekolah, selama ini kan mereka libur baru datang ke kampong, seandainya mereka pergi sekolah saya akan mengikuti dari belakang ke kota (kampong ) pusat pemerintahan desa, ” katanya sambil menelan segumpal ingus. (Frans/ktpn dr wcr sorg mhswa)

MENEMUI SORANG RAJA DI HUTAN BELANTARA













Memasuki liburan panjang pada bulan juni-juli dan agustus,ketika itu teman-teman bangku kuliah saya hendak berlibur ke daerah masing-masing. Teman-teman yang datang dari luar pulau jawa selama ini kuliah di tanah jawa khususnya Yogyakarta berkemas-kemas untuk meninggalkan kota Yogyakarta dalam beberapa bulan saja. Selama dua tahun saya pulang balik diantara kos dengan kampus yang menguras otak dan dompet kantong yang isinya berupa koin karat yang ditipkan oleh pemerintah Pegunungan Bintang. Memasuki liburan panjang tepatnya pada hari esok,teman-teman angkatan saya pergi ke papua tanpa ada informasi yang menitipkan lewat HP dan atau lewat teman.
Satu minggu kemudian sayapun meninggalkan kota Yogyakarta dengan pesawat Laion Air yang menerbangkan saya ke tempat dimana dua tahun lalu saya telah meninggalkannya. Tidak terasa saya tiba di gubuk yang dulu saya bangun dan tinggal bersama teman-teman SMA saya. Dua hari telah lewat bersama gubuk tua yang saya bangun tiga tahun yang lalu. Saya pun bergemas untuk meninggalkan kota untuk pergi ke kampong halaman bersama beberapa bapa-bapa yang hendak berangkat ke kampong ketika itu mereka libur ke kota. Pada pukul dua siang saya tiba di kampong menemui kedua orang tua ku. Sayapun menceritakan pengalaman saya ketika study di kota selama mengenjam pendidikan.
Pagi hari yang cerah mejelang petang saya hendak menemui seorang bocah yang kurus rambutnya keriting tidak semuannya tumbuh di kepala boca itu. Sekeliling kepala hitam terdapat sejumlah gumpalan debu yang menghiasi rambut yang tidak subur. Tidak ketinggalan Ingus yang berwarna putih bercampur keitaman mengalir lewat kedua lobang hidung tidak henti-hentinya, bagaikan air sungai yang mengalir tanpa batas. Perut besar terisi oleh sejumlah bala tentara yang mengancam seluru isi perut bahkan menghabiskan segala makanan yang dikunya oleh si boca itu. Bunyi –binyi cacing bisa terdengar suaranya sejarak 5-10 meter dari tempat ia berada. Petatas bakar tadi pagi ia makan sudah dihabiskan oleh si jahat. Tidak ada air yang ia minum, apa lagi kedua orang tuanya kini tua,tidak bisa menyiapkan kebutuhan hidupnya.
Dibelakang punggung ditemani dengan tas kumuh yang robek. Tempat robek dijahit dengan tali penyambung. Tas itu berisi sekumpulan kertas robek yang ia pungut dari belakang rumah seorang guru asli tamatan PGSD, ketika guru tersebut berbulan-bulan tiggal di kota, tanpa peduli dengan murid-murid yang diajarinya. Dasar tas itu terdapat pensil patah yang karat. Pensil yang ia bawah, dikorok dengan parang ayahnya sehingga mata pensil itu tajam. Selama ia jalan ke mana saja ia membawa tasnya. Baik ke kebun maupun mau tidur ditemani dengan tas kumuh kesayangannya. Si boca yang tidak mau menyebutkan namanya itu menyayangi tas robek tersebut karena hadia dari ayah, ketika itu ayah hendak pergi menemui anak perempuannya yang nikah dengan seorang pegawai pemerintahaan desa di salah satu kampong wilayah Pegunungan Bintang. Dalam perjalanan ia menempuh dua hari-dua malam karena atas permintaan anak bungsunya. Sesampai di kampong ayah hendak menemui anak putrinya, tetapi sudah satu bulan lebih mereka berangkat ke kota. Rumah tersebut tidak ada orang yang menjaganya, terpaksa ia membuka pintu rumah yang diikat dengan tali.
Pagi hari ia bangun lalu berfikir bahwa kalau saya pergi tanpa memenuhi permintaan anak bungsuku pasti akan menagis atau membuat suatu perbuatan yang tidak baik bagi keluarga ataupun bisa menghilangkan nyawanya sendiri. Dengan demikian saya mengambil tas robek yang ada di tempat sampah belakang rumah. Sesudah ambil saya pergi ke kampong halaman untuk menjawab permintaan anak kandung saya” kata orang tua tersebut yang seluruh tubuhnya tidak ada gaging hanya kulit kering yang melekat pada tulang. Ketika ayah membawa tas robek tersebut anak kandungnya sangat bergembira. Mengapa ia sangat bergembira lebih lanjutia menjelaskan bahwa “karena pada bulan juni-juli saya akan masuk sekolah bersama dengan orang lain” katanya. Ditanyakan mengapa kamu mau sekolah? Ia menjawab dengan sederhana “saya mau sekolah sampai saya menjadi raja” kata bocah tersebut. Kamu tau kata raja dari siapa? Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa “saya tahu dari kakak yang sekolah mereka menceritakan sebuah cerita dongeng. Kapan kamu mau sekolah? Ucapnya “ kalo anak-anak lain masuk ke skolah saya juga ikut masuk sekolah, selama ini kan mereka libur baru datang ke kampong, seandainya mereka pergi sekolah saya akan mengikuti dari belakang ke kota (kampong ) pusat pemerintahan desa, ” katanya sambil menelan segumpal ingus. (Frans/ktpn dr wcr sorg mhswa)

MENGUTAMAKAN PROBLEM BASED LEARNING



Dalam kehidupan kita dipengaruhi oleh sejumlah masalah. Masalah yang kerapkali timbul dalam didalam diri, kelompok, masyarakat, suku bangsa, dan tidak lain adalah Negara pun dihadapkan dengan berbagai macaam masalah. Dalam kehidupan sehari-hari masalah merupakan yang paling momok bagi kehidupan personal. Sering mengeluh karena dilanda permasalahan, baik permasalahan keluarga, masalah cinta, masalah jabatan, masalah pengetahuan, masalah dalam belajar akademik, maupun belajar mandiri sesuai dengan. Permasalahan pendidikan dalam hal pembelajaran sangat penting dibicarakan di berbagai akademisi di dunia. Masalah di dalam proses belajar dan mengajar di tanah papua pada umumnya dan pegunungan bintang pada khususnya belum juga terselesaikan. Dan dengan dasar masalah tersebut tidak menjadi motifasi sebagai pembelajar awal tetapi momok bagi belajar memperbaiki. Banyak masalah yang dihadapi oleh seorang pembelajar baik itu mahasiswa maupun pelajar. Untuk memperbaiki dari masalah lalu selama masih belajar di sekolah dasar, sekolah menegah pertama, sekolah menengah atas (SMA) sangat sulit untuk menyesuaikan di perguruan tinggi. Sekolah dasar dengan latar belakang pendidikan yang begitu ektrim dalam model-model kuno atau saman dulu, sangat berpengaruh pada proses belajar kuliah. Cara mengajar guru pedalaman papua sangat berbeda dengan cara belajar guru di pedalaman jawa. Mengapa hal itu sangat berbeda? Sebagai seorang pembelajar dengan dasar problem based learning bisa memecahkan dengan mengunakan beberapa dasar yang perluh diperhatikan terkait perbedaan belajar. Dengan langkah-langkah yang konkirit dan pendekatan-pendekatan yang akuntabel, sehingga bisa mengetahui dan bisa memecahkan persoalan belajar tersebut.

KOMAPO FC MENANG TIPIS ATAS TAMUNYA NABIRE FC 5-4



YOGYAKARTA-Sesuai dengan jadwal latihan, setiap hari kamis adalah hari latihan KOMAPO Korwil Yogyakarta di lapangan realino Universitas Sanata Dharma. Maka, pada hari kamis tanggal 5 agustus 2010 KOMAPO mengadakan persahabatan dengan Nabire Fc di lapangan realino USD. Sesuai dengan informasi yang diedarkan oleh ketua korwil, semua pemain komapo Fc berada di lapangan untuk pemanasan. Dari tim lawanpun mereka pemanasan . Wasit yang dipimpin oleh salah seorang dari teman lawan, meniup peluit bertanda babak pertama dimulai . Dalam permainan kedua keseblasan memainkan bolanya sesuai taktik dan irama permainan yang dimiliki oleh kedua tim. Pada menit ke 15 KOMAPO Fc menjebol gawang lawan yang dibuka oleh Akmin Kisamlu. Serangan balik yang dikordinir oleh Jhon mampu dipatakan oleh pemain belakang KOMAPO yang dikordinir oleh Yanuarius Kalakmabin. KOMAPO pun ditekan oleh tim lawan pada menit ke 25 Nabire FC mampu merobek gawang Agustinus Uropkan, sehingga kedudukan berubah menjadi 1-1. Pada menit ke 31 tim lawan mampu menjebol ke gawang Agus yang kedua kalinya 1-2. Permainan keraspun dilakukan oleh kedua tim pada menit ke 39 di cetak oleh Akis dan pada menit ke 44 di brong juga oleh Welly urpon yang menggantikan Amos. Kedudukan berubah menjadi 3-2 hingga turun minum.
Pada babak kedua dikubu KOMAPO FC menggantikan pemain diantaranya Emon, Antoni Ningmabin, beberapa pemain lainya. Wasit yang dipimpin oleh Theo Urpon meniup peluit bertanda babakkedua dimulai. Pada babak kedua ini KOMAPO Fc ditekan oleh tim lawan, hingga tidak berkutik,namun kedisiplinan Emon mampu meruba situasi. Kedua keseblasan saling serang dan saling mematahkan. Pada menit 60-an tim lawan merobek gawang pengganti KOMAPO Fc Maksimus Asiki. Komapopun tidak mau ketinggalan, pada menit berikutnya KOMAPO FC julukan gunung bintang merobek gawang lawan oleh Akis dan pada menit 64 oleh weli Urpon. Nabire FC mampu mencetak pada menit terakhir hingga peliuit berbunyi dengan skor 5-4. Seusai pertandingan kedua tim saling memegang tangan. Dikubu KOMAPO melakukan evaluasi dalam permainan. Pada kesempatan itu, ketua korwil Akis mengatakan kepada teman-temannya bahwa “kita sebentar lagi akan melakukan aktifitas kuliah maka sebaiknya kita melakukan seleksi betul-betul dan latihan serius”ucapnya. (Frans).


PENDIDIKAN MORAL DIUTAMAKAN DI BANGKU SEKOLAH


Persoalan paling sulit untuk dipecahkan oleh orang lain atau siapapun, memperbaiki bahkan semudah itu diselesaikan adalah masalah moral hidup (kepiribadian) seseorang. Persoalan moral dihiraukan oleh pihak-pihak yang mendidik seseorang dari kecil (orang tua) sampai pada tingkat sekolah maupun tingkat universitas (pengelola sekolah), sehingga dalam hidup ini tidak menemukan makna hidup yang sesuai citra yang diberikan Allah kepada kita. Kadang hidup tanpa ada tujuan yang jelas, walaupun persoalan yang dihadapi dan maupun membuat persoalan belum mengenal dengan jelas apa yang dibuatnya. Dengan demikian seseorang tumbuh menjadi dewasa yang memiliki integritas yang tidak jelas, sehingga membawa ke lembah hitam.
Kadang pemimpin Indonesia sering terjadi cap hitam dari masyarakat adalah karena mereka tidak memiliki (mendapatkan) pendidikan moral sejak masih sekolah maupun seketika mereka kuliah di perguruan tinggi, dengan demikian modal hidup dan modal pengapdian belum terbentuk yang menyebabkan persolan korupsi ini belum juga kunyung sembuh bahkan merebaknya korupsi baik di tingkat pemerintahan desa, pemerintahan distrik, kabupaten, dan provinsi . Banyak pemangku kepentingan di Negara ini para koruptor, para teroris mendapatkan hiba berupa meringankan beban yang ditangung. Sedangkan orang miskin yang kurang mampu yang tidak punya kekuatan mendapatkan hukuman sesuai undang-undang yang dilanggarkannya. Bagaimana mungkin hal ini terjadi demikian? Perluh ada ketegasan dari pihak-pihak terkait yang selama ini mengendalikan system yang ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan undang-undang yang belaku. Dengan harapan regenari kedepan bisa bebas dari korupsi. Tetapi pemimpin sekarang sering menambah masalah, menghiraukan undang-undang yang berlaku, kerja tidak berdasarkan mekanisme yang ada, sehingga ujung-ujungnya korupsi itu terjadi.
Pendidikan moral anak usia dini sangat penting untuk dilakukan karena beberapa tujuan mendasar yang perluh kita lihat yaitu untuk menerangkan hakikat kebaikan dan kejahatan kepada anak usia dini. Hal ini penting sebab, enta kita senag atau tidak dunia manusia dikuasai oleh gagasan-gagasan yang benar dan yang salah, yang baik dan yang jahat. Dalam makalahnya yang berjudul “mendampingi kaum muda lewat universitas” Romo Madya Utama SJ memaparkan: dalam sidang paripurna yang keempat tahun 1986, Federasi Konferensi-konferensi Wali Greja Asia (FABC) menyatakan bahwa kebanyakan kaum muda Asia yang merupakan 60% dari penduduk Asia sungguh mengalami berbagai macam penderitaan: perbudakan kebodohan, tuna aksara tidak memiliki keterampilan, pengangguran, ketidak-jelasan masa depan, tidak ada konsistensi antara mereka yang pelajari disekolah dan mereka saksikan hidup sehari-hari, gempuran materialisme dan konsumerisme, ideology kosong yang menyesatkan serta kemiskinan yang melilit dan tak terelakan. Semuanya ini bisa menyesatkan membawa kaum muda mencari penghiburan yang keliru: narkotika, tindak kekerasan minuman keras, seks sebelum menikah (seks bebas), kriminalitas, bunuh diri dll. Dengan demikian langka awal yang musti dilakukan adalah mendampingi kaum muda lewat universitas yang kita miliki.
Uraian di atas mengantarkan bahwa pendidikan moralitas bagi kaum muda sangat penting untuk dilakukan oleh pihak sekolah maupun universitas, agar kaum muda tidak mencari penghiburan, keliru, seks bebas sehingga moralitas daripada seseorang tersebut tercemar dalam moralitasnya. Dengan mengajarkan moralitas yang diselenggarakan oleh sekolah atau PT dalam bentuk apapun bisa mengantarkan mahasiswa maupun pelajar untuk menemukan jati-dirinya. Jati diri yang penting dalam hidup adalah menjadi citra dan mitra kerja Allah di dunia ini.(Frans/co administrator Website Komapo)

Senin, 04 Oktober 2010

MEMBUKA DIRI MENATAP MASA DEPAN

Ketika belum terbentuknya kabupaten pegunungan bintang, kota oksibil memiliki kota tertua di Papua (red,catatan kaki/ucap bapak Handoko) yang mempunyai keunikan tersendiri yang harus dikembangkan dan di gali oleh orang-orang muda Pegunungan Bintang. Baik dari berbagai segi yang musti diekspos keluar untuk mengetahui dunia lain atau luar negeri maupun manca negara. Namun selayaknya dan lebih baik orang asli pegunungan bintang yang mempunyai kemampuan dan tahu tentang sejarah Pegunungan Bintang yang digali dan diekspos melalui media-media. Kota tertua, musti memiliki banyak pengalaman dan sejarah masa lalu yang harus dikembangkan dan atau didokumenkan. Mengapa orang barat (Belanda) masuk di oksibil sebagai sentaral pengembangan dan pelayanan masyarakat didaerah pegunungan dan wilayah selatan merauke. sejalan dengan pengembangan wilayah di daerah oksibil, iwur, kiwirok, dan apmisibil dari misionaris dalam pelayanan firman Tuhan. Pengembangan dalam bidang pendidikan pun telah membuka jalan pembebasan masyarakat terisolir di daerah ini. Dengan membuka sekolah didikan belanda untuk menyekolakan anak-anak pada saman itu. Didikan Belanda pada kesiapan SDM sangat bagus dalam skil dan kemampuannya.
Dalam kesiapan SDM wilayah Ngalum sangat banyak untuk mengemban cita-citanya, mereka yang dikhususkan untuk mengenjam pendidikan diantaranya sekolah pendidikan guru (SPG), SGO, dan lain sebagainnya. Pada sampai kini perkembangan dan kultur masyarakat pegunungan bintang belum mengeksposkan ke luar melalui media-media terkait. Para elit-elit dari pegunungan bintang kini belum muncul, walaupun kemampuan dan krediblitas para intelektual dari daratan tingggi ini sangat membantu dalam percepatan perkembangan di tanah papua. Seketika kabupaten Pegunungan Bintang menjadi kabupaten defenitif daerah ini belum muncul di muka public. Tetapi dibalik itu banyak perkembangan yang harus diakui baik dari segi kesuksesannya, dan ketidaksuksesanya. Bahkan banyak masalah yang dihadapi di pegunungan bintang tetapi belum dipublikasikan melalui media-media yang ada. Hal tersebut terbukti ketika website pegunungan Bintang diluncurkan pada beberapa tahun silam, belum ada orang yang mengapdet berita di website tersebut. Setitik terjang perkembangan apapun seharusnya dipublikasikan lewat media-media yang ada. Sehingga orang lain juga perluh dipahami dan mengetahui semua aspek yang dikembangkan oleh masyarakat, lembaga adat, pemerintah, LSM di tanah Aplim Apom.
Melihat sejumlah pionir diatas kami mencoba memaparkan sepengkal informasi. Pada hari kamis tanggal 14 juli siang hari yang panas sekitar jam 1.00 siang waktu Yogyakarta, saya dengan rekan saya Antoni hendak menemui Bapak Handoko selaku atau pemilik percetakan pena persada yogyakarta. Kami menemui bapak ini di ruang tamu. Beliau senang melihat kami dan ia langsung kenal kami dan berkata bahwa “kamu orang pegunungan bintang kan”ucapnya. “Ya pak” menyapanya. Ia tahu karena sifat orang pegunungan bintang beliau tahu karena sudah lama mengenal bapak Spey Bidana. Kami hendak duduk di tempat tamu yang dikelilingi oleh kursi sova. Pada kesempatan yang baik itu kami ngomong-ngomong menyangkut perkembangan di pegunungan bintang. Lalu ia mengatakan bahwa “beberapa hari yang lalu saya sempat membuka situs website pegunungan bintang, tetapi ga ada berita baru yang mengapdet atau muat di website itu, yang saya lihat hanya tahun 2007-2008 saja. Sebenarnya perkembangan sekecil apapun harus setiap saat atau hari,perminggu atau per bulan harus mengapdet, sehingga kami yang jauh yang peduli terhadap perkembangan pembangunan dan peningkatan SDM di pegunungan bintang kami bisa mengetahuinya. Lebih baik, jika Anda mahasiswa/pelajar pegunungan Bintang yang kuliah di seluruh Indonesia bisa ikuti perkembangannya. Saya sangat senang melihat perkembangan pegunungan bintang karena lebih khusus Oksibil adalah kota tertua di papua, saya pernah melihat di buku yang ditulis oleh orang belanda, mereka menulis pada cacatan kaki, saya pernah baca kata kota oksibil. Muda-mudahan saya bisa melihat secara langsung dengan mata saya” ucapnya.
Kami hendak menanyakan menyangkut harga percetakan buleting atau majalah yang biasanya terbit. Ia menjelaskan bahwa harga majalah 9000/lembar sekaligus dengan fullclor atau berwarna dan memberikan criteria-kriteria yang lainnya. Menyangkut majalah KOMAPO News, Bapak merespon positif, dan ia berkata bahwa “ saya mendukung majalah kalian, kami coba usahakan untuk edisi ketiga nanti majalah ini bisa memiliki nomor ISSN sehingga majalah Anda bisa akui agar tidak ada interfensi dari para konsumsi majalah. Dan bahkan pula kita fokuskan untuk titik-titik pemasaranya meliputi tingkat mahasiswa papua di Indonesia, memasarkan ke seluruh masyakat papua pada umumnya dan khususnya pegunungan bintang, para menteri-menteri di pusat, agar mereka bisa mengetahui pemikiran kita. Dan kedepan juga kita usahakan untuk majalah ini memiliki donatur yang tetap, sehingga dalam pengelolaan manajemen keuangannya tidak tersendat. Selain itu ia berpesan kepada badan pengurus majalah untuk meminta waktu dalam memberikan materi menyangkut manajemen pengelolaan dalam menunjang pengembangan majalah kedepan” ucap bapak Handoko salah satu staf khusus kementrian dalam negeri republic indonesia.(Frans).

BIMBINGAN KLASIKAL DAN INDIVIDUAL PRODI PENDIDIKAN AKUNTANSI UDS

RTA- Seusai liburan panjang selama dua bulan lebih, kini mahasiswa universitas Sanata Dharma sedang sibuk untuk pengisian kartu rencana study (KRS) di setiap program studi. Pada tanggal 10 agustus 2010, mahasiswa pendidikan akuntansi angkatan 2009 mengadakan bimbingan klasikal dan individual di ruang k/36. Dosen pembimbing oleh Rita Eny Purwanti dan Bambang Purnomo. Dalam pengarahannya Rita menyampaikan bahwa “mahasiswa wajib hadir untuk mengikuti bimbingan klasikal. Setelah mengikuti bimbingan klasikal dilanjutkan dengan bimbingan individual dengan dosen pembimbing akademik masing-masing. Diantaranya Rita kelas A dan Bambang kelas B. Mahasiswa diminta mempertimbangkan dan mencermati mata kuliah yang akan diambil berdasarkan IP yang dicapai pada semester 2 ditambah dengan mata kuliah persyaratan”ucap Eni Purwanti, dosen pembimbing akademik kelas A angatan 2009.
Ia menambahkan juga bahwa “ dalam mempertimbangkan pemngambilan mata kuliah, mahasiswa wajib mengambil mata kuliah yang ditawarkan di kelas paketnya, setelah itu mahasiswa diperkenankan untuk mengambil mata kuliah yang ditawarkan pada semester bawah atau atas. Untuk pengisian BRS on line mahasiswa wajib hadir sebelum 15 menit, keterlambatan pengisian BRS on line sepenuhnya tanggung jawab mahasiswa yang bersangkutan. Resiko ketidak hadiran mahasiswa mengisi BRS on line adalah mahasiswa tidak dapat mengambil mata kuliah meskipun mata kuliah tersebut ditawarkan dalam paket semsternya. Untuk pengisian BRS on line oleh mahasiswa yang bersangkutan didasarkan pada blangko KRS yang telah disetujui oleh dosen pembimbing akademik. Setelah selesai pengisian BRS on line mahasiswa wajib memastikan mata kuliah yang akan diambil menurut data Print Priview computer dengan ditulis form KRS. Jika mata kuliah yang ditulis berbeda, maka mahasiswa bisa membetulkannya. Selain itu, jika kapasitas kelas terpenuhi maka bisa daftarkan diri di sekertariat. Diinformasikan bahwa untuk pengisian BRS on line dilaksanakan pada tanggal 13 agustus 2010 di ruang LKD 2 USD” ucap Rita. (Frans).

HARGA BARANG MELEBIHI “PEGUNUNGAN APLIM –APOM”

Tidak ada Campur Tangan Pemerintah Daerah Kabupaten Pegunungan Bintang

Sejalan dengan perkembangan pembangunan di kabupaten Pegunungan Bintang dalam berbagai bidang, masyarakat diharapkan mampu memaknai di berbagai segi. Masyarakat menyadari bahwa semua segi yang sedang dijalankan dan akan terjadi itu semua sangat baik apa adannya. Kebanyakan masyarakat berpikir bahwa melihat pembangunan fisik merupakan hal yang luar biasa dan dikatakan sangat maju dari ketertinggalan. Tetapi dibalik itu, masyarakat tidak menyadari bahwa pembangunan itu siapakah yang akan merawat, memperbaiki,dan akan menduduki sebagai anak daerah. Pembangunan dalam bidang fisik di pegunungan bintang sangat kelihatan, tetapi dalam bidang ekonomi terutama pemerintah menetukan harga barang sangat lamban. Pada akhir-akhir ini harga barang pasar di Oksibil sangat tinggi, apa lagi di kampong-kampong lain melebihi harga standar.
Pada hari minggu sore sekitar pukul 3.15 waktu Yogyakarta, ketika administrator wesite KOMAPO menghubungi salah satu warga di balusu, Oksibil kabupaten Pegunungan Bintang menyangkut kestabilan harga barang serta perkembangan ekonomi mikro di daerah Ia mengatakan bahwa “ harga barang di sisni (oksibil) sangat mahal. Harga barang yang sangat mahal berawal ketika terbentuknya kabupaten hingga sampai sekarang ini harganya sangat tinggi. Misalnya harga beras kotor di jayapura 4000/ kg kalo harga disini (oksibil) Rp 20.000/ kg sedangkan beras bersi di jayapura Rp 8000 kalo di oksibil 25.000, sehingga masyarakat disini mengeluh untuk membeli beras. Untungnya ada petatas (boneng) jadi, kami beli untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Barang-barang sekecilpun sama harganya naik misalnya supermi di jayapura 1000 di oksibil Rp 3000 kalo di kampong-kampung sekitar Rp 5000-an, harga ayam kulkas di jayapura Rp 20 000-an di oksibil sebesar Rp 60 000-an ke atas tergatung besar kecilnya ayam es” ucapnya Elias. Mengapa para pedagang menaikan harga barang? salah satu alasan utama para pedagang mengucapkan adalah karena harga timbang atau harga pesawat juga mahal untuk mengangkut barang dari jayapura ke oksibil. Untuk mengangkut barang hanya transportasi udara saja jadi harga timbang naik. Harga timbang jayapura –Oksibil kalo dulu Rp 23 000/kg kalo sekarang tidak tau, sehingga kemungkinan besar mereka menaikan harga barang” tutur elias kasipmabin.
Ditanyakan menyangkut pedagang-pedagang lokal yang menjual sayur-sayuran dan berupa umbi-umbian ia mengatakan “ harga barang lokal juga sama, mama-mama yang jual sayur dengan harga Rp 5000 -10,000/ ikat (bungkus) sayur topinong, sayur gol Rp 15.000-20.000-an/buah sedangkan petatas Rp 10.000/kg (tumpuk) yang terdiri dari 3-4 buah saja. Untuk menentukan harga tergantung besarnya jumlah ubi yang ditumpuk. Alasan utama mama-mama pedagang lokal yang menjual sayur dan boneng adalah karena kami tidak membeli garam satu bungkuspun dengan harga Rp 5000 karena harga garam sekitar Rp 6000-an keatas makanya kami menentukan harga demikian. Selain itu mama yang bawa dari kampong-kampong memiliki medan yang jauh sehingga meraka menaikan harga”tambah lagi.
Wao..lalu posisi pemerintah daerah di mana? Lalu apa langkah-langkah yang diambil pemerintah untuk menanggulangi hal ini? Ia mengatakan “tidak lain adalah pemerintah membantu masyarakat untuk mengirim barang dari daerah lain di Indonesia untuk menambah stok di pegunungan bintang. Dan selain menambah barang, pemerintah perluh mengamil langkah untuk mengurangi harga pasar. Sehingga masyarakat di pegunungan bintang bisa menghidupi kebutuhan sehari-harinya. Pemerintah daerah melindungi para konsumen di pegunungan bintang, juga perlu melindungi produsen atau para pedagang yang mengirim barang dari jayapura atau kelak nanti dari merauke. Dengan cara menetapkan harga pasar sesuai dengan kondisi dan lingkungan sekitarnya”. Katanya. (Frans).

SINGKORONISASI ADAT DAN GREJA DALAM PEMBANGUNAN PEGUNUNGAN BINTANG

YOGYAKARTA-Berdasarka informasi yang disampaikan oleh sekretaris KOMAPO News, menyangkut pertemuan badan pengurus dalam hal menyampaikan penjelasan keuangan oleh bendahara dan menentukan tema untuk edisi ke tiga. Pada hari minggu pada tanggal 8 agustus 2010 mengadakan pertemuan di kantin realino Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pukul 4.00 sampai selesai yang dipimpin langsung oleh sekretaris redaksi KOMAPO News saudara Ramces Ningmabin. Agenda pertama yang dibicarakan pada sore hari itu adalah masalah keuangan. Masalah keuangan memberikan waktu kepada bendahara untuk menyamapikan seputar keuangan dalam menunjang majalah KOMAPO ke depan. Saudara bendahara menyampaikan bahwa “ untuk masalah keuangan yang otomatis merupakan hal pokok dalam pengembangan kedepan. Maka kami mau menyampaikan bahwa untuk mau menyampaikan pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang membantu kami dalam hal keuangan lebih khusus untuk edisi pertama kami mengalami kesulitan, karena kami tidak mengambil bukti pembayaran dari percetakan. Sehingga tidak sempat membuat laporan pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang membantu kami. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini kami mau minta maaf kepada warga KOMAPO dan pihak Binterbusi yang merespon dalam percepatan penerbitan. Untuk edisi kedua ini kami mendapatkan dana dari satu pos yaitu dari Dekenat FKIP univesitas sebesar 3.000.000 (tiga juta), tetapi 50.000 (lima puluh ribuhrupiah) dipotong pajak PPH. Jumlah dana yang diterima ini berdasarkan surat permohonaan yang disampaikan oleh BPH KOMPO News pada satu bulan silam. Selain itu, bendaha menambahkan juga bahwa hasil penjualan edisi pertama berjumlah 800.000. Teman-teman yang membeli dengan kredit sampai sekarang belum melunasi utangnya sehingga kewalahan. Ironis lagi bahwa hasil pemasaran yang kami memasarkan di jayapura dan Pegunungan Bintang tidak ada tanda-tanda. Sejauh ini kami berusaha untuk mengubungi beberapa orang terdekat. Namun, belum tanggapi serius dari sana, sehingga harapanya bahwa kedepan kita bisa percayakan orang yang betul-betul untuk membantu kami dalam program kerja KOMAPO. Selain itu, responden di sana bisa bekerja dengan baik dan memberikan waktu luang pribadinya untuk bisa bersedia menjual majalah KOMAPO kedepan” ucap bendahara redaksi majalah KOMAPO News saudara Fransiskus Kasipmabin di sela-selah pertemuan. Masalah keuangan juga ditambahkan oleh ketua sekjen KOMAPO adalah salah satu anggota dari layaut mengatakan bahwa “ sebenarnya uang untuk pengembangan kegiatan KOMAPO seperti pengembangan majalah mestinya ada tetapi teman-teman yang meminjamnya sampai sekarang ini belum mengembalikan sehingga kami tidak sempat membantunya. Dan juga teman-teman yang meminjam uang dari KOMAPO News untuk membayar administrasi pelatihan jurnalistik dari BERNAS Jogja semestinya harus dikembalikan. Karena uang yang kita pakai itu bersifat pinjaman. Semoga kedepan teman-teman dapat mengembalikannya” kata Melkior Sitokdana. Berkaitan dengan keuangan majalah KOMAPO News ketua KNPI Kabupaten Pegunungan Bintang menyumbangkan lima juta.
Pada agenda kedua, membicarakan menyangkut penentuan tema untuk edisi ke-3. Sekretaris sebagai pemandu acara dalam rapat tersebut memberikan kesempatan kepada teman-teman anggota lain untuk menyampaikan bentuk tema seperti apa yang diharapkan dan beserta alasannya. Dari beberapa teman yang hadir di situ salah satunya Akis ia menyampaiakan tema tentang Ekonomi baik ekonomi makro maupun ekonomi mikro, dan ia memberika alasanya, ada yang mengatakan “mengarap tentang bidang pertanian di Pegunungan bintang beserta solusinya”, Melkior mengatakan singronisasi adat dan greja dalam pengembangan pembangunan pegunungan bintang. Setelah teman-teman yang hadir disitu mengemukakan judul yang diinginkan, beserta memberikan alasan atas tema yang dipilih itu. Sekitar empat orang yang mereka mengemukakan singkorong dengan apa yang disampaikan oleh Melkior sehingga porum mengatakan bahwa tema untuk edisi ketiga adalah seperti apa yang terpampang di judul yaitu “singkonisasi adat dan greja dalam pembangunan Pegunungan Bintang. Dan untuk masalah ekonomi yang diajukan oleh sebagian teman disimpan untuk edisi berikut. Selesai penentuan tema, agenda berikut adalah menentukan waktu untuk batas pengumpulan artikel. Untuk batas pengumpulan artikel forum menyepakati bahwa tanggal 15 september, tanggal 16 sampai tanggal 28 mengedit tulisan. Pada tanggal 1 oktober sampai tanggal 7 oktober 2010 diserahkan ke grafis untuk dimasukan kedalam koreldarw. Pada tanggal 8 sampai 9 oktober diserahkan ke percetakan. Sedangkan syrat-syarat yang lain akan menyusul setelah revitalisasi badan pegurus nanti. Dan akan disampaikan memalui website KOMAPO, Facebook, dan memalui surat edaran keseluruh anngota KOMAPO khususnya dan masyarakat Pegunungan Bintang pada umumnya. (Frans).

MEMBUDIDAYAKAN PAKAIAN ADAT KOTEKA

Oleh Fransisikus Kasipmabin*


Pakaian adat yang biasannya dipakai setiap daerah merupakan bagian dari identitas suku bangsa daerah tertentu. Sampai sekarang inipun, setiap daerah mempertahankan pakaian daerahnya walaupun sebagian besar terkikis oleh pakaian modern misalnya di daerah Yogyakarta mempertahankan pakaian daerah serta tradisi yang diturunkan oleh nenek moyang mereka Hal ini merupakan sangat penting karena dengan pakaian daerah, bahasa, tradisi daerah mempertahankan harkat dan martabat bangsa Indonesia di mata dunia. Beberapa bulan yang lalu pemerintah Indonesia mengalami kegoncangan dengan adanya isu eksploitasi dan mengadopsi tarian dan pakaian adat yang ditiru dan atau diambil oleh pemerintah Malaysia. Ini merupakan salah satu contoh ketidaksiapan dalam melindungi berbagai pakaian local yang ada di Indonesia.
Provinsi papua juga memiliki beberapa pakaian adat yang berbeda-beda yang dimiliki oleh setiap suku yang tersebar di seluruh tanah Papua dan Papua Barat. Orang papua biasannya mengatakan bahwa ada dua model pakaian tradisional selama ini ditafsirkan dengan konteks yang berbeda. Namun itu semuanya unik dan membanggakan bagi masyarakat malaynesia yaitu diantranya pakaian adat pantai dengan pakaian adat pegunungan. Maka pada bagian ini penulis mau menggarap tentang pakaian koteka. Dengan demikian, sebagai regenerasi penerus bangsa papua musti mengetahui dan dapat dipelajari tentang nilai-nilai koteka, manfaat koteka, serta melestarikan koteka di abad 21 ini.
Menurut kamus bahasa Indonesia koteka adalah merupakan pakaian untuk menutup kemaluan laki-laki dalam sebagian besar penduduk asli papua. Koteka terbuat dari kulit labu berair. Isi dan biji labu tua dikeluarkan dan kulitnya dijemur. Secara berbeda- beda masyarakat di daerah Pegunungan Bintang, masyarakat biasanya membakar buah labu yang tua didalam debu panas dan mengeluarkan isinya. Secara harfiah, kata ini bermakna "pakaian", Sebagian suku pegunungan Jayawijaya menyebutnya holim atau horim, suku Ngalum biasa menyebut Bong, suku Ketengban menyebutnya balape atau balapu. Secara kronologis koteka di Pegunungan Bintang bentuknya sama yaitu panjang dan pendek.
Menurut bapak Hironimus Bamulki ketua adat sub distrik Oksibil, Iwur, Pepera mengatakan bahwa dari enam suku besar di Aplim apom pakaian adat (bong) diciptakan dan diberikan kepada marga-marga terkemuka diantaranya uropmabin (pertama), kasipmabin (kedua), kakyarmabin (ketiga), kalakmabin (keempat/bungsu). Sekaligus memberikan sejumlah perlengkapan dan peralatan misalnya anak panah dan busur, kampak batu, tiva, japet atau gelang, noken (tas) papua dan unom (jawat) bagi kaum perempuan, sehingga masyarakat Pegunungan Bintang meyakini bahwa semua itu diciptakan oleh “Atangki” (Tuhan Allah) dan memberikan kepada umatNya yang tersebar diseluruh tanah Aplim Apom. Dari keturunan pertama sampai keturunan ke tuju pernah memakai koteka, sedangkan angkatan kalian adalah keturunan ke 8.
Tidak sebagaimana anggapan umum, ukuran dan bentuk koteka tidak berkaitan dengan status pemakainya. Ukuran biasanya berkaitan dengan aktivitas pengguna, hendak bekerja atau upacara. Banyak suku-suku di papua dapat dikenali dari cara mereka menggunakan koteka. Koteka yang pendek digunakan saat bekerja , dan yang panjang dengan hiasan-hiasan digunakan dalam upacara adat. Selain itu biasa digunakan pada saat-saat acara tarian adat. Namun demikian, setiap suku memiliki perbedaan bentuk koteka. Orang Ngalum misalnya, menyukai bentuk labu yang panjang dan pendek melingkari, orang Dani menyukai besar, orang Tiom menyukai besar tapi bentuknya dua.
Dalam konteks orang Pegunungan Bintang pada khusunya dan pada umumnya wilayah pegunungan memiliki kearifan yang sama dalam tata cara praktek kehidupan seperti penggunaan koteka. Pemakaian koteka menurut orang Ngalum biasanya berbeda-beda. Koteka ukuran boca berbeda dengan ukuran dewasa. Biasanya orang tua mengajarkan koteka pada saat umur 6-13 tahun. Dengan harapan bahwa anaknya mampu membuat koteka sendiri. Untuk menunup alat kemaluan pria dengan koteka, beberapa alat bantu yang seharusnya dibuat. Diantranya menahan koteka dengan tali khusus yang dibuat dari kulit kayu. Cara memasang yaitu melubangi pada koteka dan memasangkannya. Agar tidak sakit pada alat kemaluan, lubang koteka dihiasi dengan bongmip atau gelang yang terbuat dari daun buah merah yang masi menta. Cara memakai koteka yang baik dan benar seperti biasannya diajarkan oleh orang tua. Cara memakai koteka menunjukan kepawaian dan kepribadian seorang laki-laki. Tubuh yang kekar bagi seorang pria berkoteka adalah idaman seorang wanita suku Pegunungan Tengah seperti suku Ngalum, kupel, Dani, Mee dan beberapa suku terpencil di daerah pedalaman papua. Agar penampilan seorang pria lebih perkasa dan berwibawa, seluruh bagian kulit lebih khusus di betis dan lengan dihiasi dengan gelang, masyarakat Dani seluruh tubuh kulit luar termasuk rambut dilumuri minyak babi agar kelihatan hitam mengkilat dan licin bila terpanggang matahari. Lemak babi itu dioleskan di wajah, pinggang, kaki, dan tangan. Biasanya dipakai pada saat pergelaran pesta adat seperti bakar batu.
Tidak ada literatur yang menyebutkan, sejak kapan suku- suku asli Papua mengenakan koteka. Sejak petualangan bangsa Eropa datang ke daerah itu, kaum pria dari suku–suku di Pegunungan Tengah (Jayawijaya, Puncak Jaya, Paniai, Nabire, Tolikara, Yahokimo, dan Pegunungan Bintang) sudah mengenakan koteka. Orang pertama yang membawa pakaian di kabupaten pegunungan bintang, tepatnya Oksibil adalah orang Belanda yang bernama pastor Paderparer pada tahun 1959. Pada tahun 1970 bisa memakai pakaian. Bagi orang luar, Koteka dinilai sebagai salah satu bagian dari kemiskinan dan keterbelakangan. Koteka bukan pakaian. Pria yang mengenakan koteka dilihat sebagai pria telanjang dan tidak beradab. Tetapi, dari sisi orang Papua, koteka adalah pakaian resmi orang Papua. Jangan heran jika masyarakat memakai koteka, ketika pada saat penjemputan, atau acara-acara besar-besaran.
Anti Koteka
Secara bertahap, sosialisasi mengenai gerakan pemberantasan koteka pun mulai digalakkan. Gubernur Frans Kaisepo (1964-1973) mulai menyosialisasikan kepada masyarakat mengenai pakaian yang sehat, sopan, dan bermartabat. Pada tahun itu pun masyarakat Pegunungan Bintang Bisa memakai pakaian. Kemudian dilanjutkan dengan kampanye antikoteka oleh Gubernur Soetran. Sosialiasi dilanjutkan Gubernur Acub Zainal, Gubernur Busiri Suryowironoto, dan Gubernur Isac Hindom. Pada masa pemerintahan Gubernur Barnabas Suebu (1988-1993) dan Yacob Pattipi (1993-1998) mulai dilakukan kampanye antikoteka di Pegunungan Tengah. Puluhan ton pakaian dijatuhkan di beberapa kecamatan dan kampung-kampung di Pegunungan Tengah yang merupakan basis koteka. Tetapi, kampanye antikoteka dengan cara itu tidak banyak membantu masyarakat koteka. Satu dua potong pakaian yang dibagi kepada masyarakat tidak bertahan lama. Pakaian itu dikenakan terus siang-malam, dan tidak dicuci sampai hancur di badan.
Ketika pakaian hancur, tidak ada pakaian baru sebagai pengganti. Kondisi geografis yang sangat sulit dijangkau, membuat mereka seakan-akan tetap terisolasi di tengah hutan. Tidak mengenal peradaban modern dan tidak tahu caranya mendapatkan pakaian. Mereka juga tidak tahu bagaimana cara merawat dan menjaga pakaian agar tetap awet di badan. Kampanye antikoteka tidak disertai pembangunan infrastruktur yang menghubungkan masyarakat kota dengan masyarakat terisolasi sehingga tidak banyak membawa perubahan. Ada kesenjangan cukup besar antara masyarakat kota yang sebagian besar dihuni warga pendatang dengan masyarakat pedalaman yang dikuasai penduduk asli.

Sumber:
Wawancara ketua adat Sub Distrik Oksibil, Iwur, Pepera, http://www.infopapua.com (Berbagai sumber)
Penulis adalah Mahasiswa Universitas Sanata Dharma

DI PEGUNUNGAN BINTANG : GURU SD ALDOM MENINGGALKAN TUGAS SELAMA EMPAT TAHUN

Guru merupakan agen perubahan suatu bangsa. Melalui guru semua orang menjadi pintar, membuat orang menjadi bebas dari kebodohan, kemiskinan, keterbelakngan menuju kesuksesan dan atau kemerdekaan. Membebaskan dari segala ganjaran (penindasan) yang menjadi beban hidup selama seseorang masih hidup di dunia ini. Dengan demikian,sangatlah sulit untuk menjadi seorang guru. Maka selayaknya seorang guru yang betul-betul menjadi guru harus bekerja sesuai profesi yang dia miliki selama kuliah. Harapan guru harus mendidik anak-anak sesuai dengan hati yang tulus, hati yang sabar mendampingi siswa sehingga mereka betul-betul menjadi manusia susila.
Beda dengan salah satu sekolah dasar dari beberapa SD di pedalaman papua tepatnya di kabupaten Pegunungan Bintang yaitu SD Inperes Barwombung Aldom,kecamatan Pepera, Pegunungan Bintang ini pernah diresmikan oleh camat oksibil Jan L. Okoka S.SOS.pada tahun 1997/1998. Sebelum memulai proses belajar mengajar di SD baru itu, pada awalnya masyarakat menggalakan sebuah rumah barak yang dibangun bersama. Bangunan tersebut dibangun dengan kayu buah , dinding terbuat dari kayu belahan, atap ditutup dengan daun, kursi dibuat dari beberapa kayu yang diikat dengan rotan. Ruang kelas tersebut ada tiga ruangan. Satu ruangan digunakan untuk siswa kelas satu dan dua, ruangan kedua digunakan untuk siswa kelas tiga dan empat, sedangkan ruangan berikut dipakai untuk siswa kelas lima dan enam. Guru-guru yang mengajar pada waktu itu adalah mereka yang ikut paket A, yang putus sekolah dasar dari kelas tiga pada saman pendidikan masuk di wilayah pedalaman khususnya oksibil sekarang ibukota kabupaten Peg. Bintang.
Munjulnya pikiran baru tentang sekolah di kampong itu, selama bertahun-tahun hidup dalam keheningan atau primitive di parakarsai oleh karyawan departemen pendidikan dan kebudayaan (DEPDIKBUD) jayawijaya cabag kecamatan (distirik) oksibi, bapak Yanuarius Kakyarmabin. Ketika itu masyarakat dilanda persoalan politik local yang dinamakan OPM,sehingga orang-orang meninggalkan kampong halamannya dan mereka lari ke negra tetangga PNG. Masyarakat yang masih bertahan hidup untuk mempertahankan wilayah adat mereka adalah sekitar 12 kaka (kepala keluarga). Dengan melihat kondisi riil ini, bapak Yanuarius bergerak hatinya untuk membuka sekolah. Ia memberikan pemahaman menyangkut pentingnya pendidikan di kampong tersebut selama beberapa bulan. Maka mereka sadar akan pentingnya pendidikan, mereka berusaha membangun sebuah gubuk barak dan memulai proses belajar mengajar di sekolah itu. Geraldus Yawalka tamatan SMP negeri oksibil memimpin teman-temannya untuk mengajar setelah dia pulang dari perantaun. Angkatan pertama dari produk gubuk itu ujian sekolah di gedung baru sejumlah 12 orang dan mereka melanjudkan ke SMP negeri oksibil. Setelah beberapa tahun kemudian datanglah guru asli daerah tamatan PGSD Taruna Bakti jayapura yang bernama Ferdinand Bamulki, menggantikan Alex Bukweng G. Yawalka. Sedangkan Alex melanjudkan sekolah menengah atas di jayapura selama tiga tahun.
Kini semua siswa belajar di gedung baru yang diresmikan oleh camat oksibil tersebut. Guru- guru yang bertugas di SD Aldom ada sebanyak 6 guru, tetapi telah meninggalkan kampong itu. Penyebap meninggalkannya SD itu karena ada indikasi yang tidak layak dari Feri B kepada ke lima guru pendatang itu, sehingga mereka satu per satu telah meninggalkannya. Setelah beberapa tahun kemudian datanglah seorang kepala sekolah baru yang dipindakan oleh dinas pendidikan dan kebudayaan kecmatan oksibil dari iwur ke SD Aldom yang bernama Demi Uropmabin. Ia memulai karernya bersama Bamulki, kedua guru ini memulai mengajar selama beberapa tahun.
Gedung bercat putih dengan tiga ruangan belajar dan satu ruangan kantor, di belakang gedung jendela dibuat dari kaca, depan gedung sekolah dibuat dari kawat, dengan serambi lebar sekitar dua meter. Selain itu sejumlah pasilitas lainnya seperti 200 meja dan kursi, Sembilan rak buku dilengkapi dengan buku bacaan, buku mata pelajaran, dua belas papan tulis dan beberapa perlengkapan sekolah lainnya. Semuah itu tinggal kenangan sekitar empat tahun yang lalu. Kini kedua guru tersebut (Feri Bamulki sebagai wakil kepala sekolah dan Demi Uropmabin Kepala sekolah) SD INPRES Barwombung Aldom kini mengilang tanpa jejak, kemana mereka pergi tanpa ada tujuan yang jelas. Sekitar 50-an murid mereka datang menugu…… dan menung……..hingga menunggu bersama gedung besar bercat puti itu menanti kedatangan kedua guru sekolah dasar yang menghilang beberapa bulan silam. Kini satu tahun sudah lewat, bangunan SD fersi terbaik di distrik oksibil dan sekitanya itu telah lapuk dimakan oleh ulat dan belalang. Rumput dan pohon menemani gedung besar dan panjang seta menutupi serambi dan gedung, didalam ruangan menjadikan tempat peristirahatan babi peliharan warga.
Lapaoran semesteran dan tahunan di buat di jayapura dan sekitarnya bahkan menggelapkan uang operasional sekolah (BOS) belasan sampai puluhan juta rupiah dimakan oleh kedua guru tersebut. Laporan pertanggungjawaban penggunaan uangpun dibuat tanpa ada bukti yang jelas. Dua tahun suda berlalu tidak ada tanda-tanda segelintir guru yang membawa muka di hadapan masyarakat dan siswa. Mereka menanti datangnya guru- guru tetap itu, tetapi kedua guru tersebut tidak kunjung tiba. Murid yang menunggu bersama gedung besar selam dua tahun, sekarang satu per satu telah meninggalkan dan mencari nafkah sendiri, sebagian orang menetap di kampong sebagian pergi siswa ke kota untuk melanjutkan pendidikan.
Selama empat tahun sudah lewat, sekarang menjelang lima tahun, biaya operasional sekolah dan gaji buta dimakan oleh kedua guru, tetapi pemerintah daerah (dinas pendidikan )kabupaten pegunungan bintang tidak menanggapi serius bahkan melihat telapak mata. Namun jika kunjungan Dinas Pendidikan provinsi maupun pusat, dengan alasan yang tidak jelas dinas pendidikan kabupaten telah melakukan pembohongan besar. Hal ini bisa fatal jika cara kinerja serta kejujuran dalam pelaksanaan tidak ada keterbukaan diantara guru, dinas terkait seperti kabupaten maupun provinsi. Saya melihat data siswa siswi SD INPRES Aldom di website dinas pendidikan kabupaten Pegunungan Bintang sejumlah 37 siswa tidak benar, karena mereka yang melaporkan data ke pemerintah daerah tidak menetap dan mengajar dilapangan, itu data manipulasi atau data illegal. Sehingga diharapkan kepada pemerintah bahwa coba kaji ulang atas data fiktif yang disampaikan itu beserta pemakaian uang BOS selama empat tahun, uang tersebut dikemanakan saja. Jika terbukti bersalah dalam penyampaian data seta pemakaian uang, maka seluruh masyarakat desa Aldom beserta mahasiswa menyerahkan kewenangan kepada pihak terkait untuk mengani persoalan ini.
Empat tahun pembunuhan manusia-manusia Okpolsil dan sekitarnya yang di harapkan oleh pemerintah tidak ada lagi, mereka dibunuh dengan tidak etis. Langkah awal untuk mengangkat orang-orang bamulki yang memiliki kekuatan sendiri telah punah beberapa tahun yang lalu hingga kini masi tetap saja mempertahankannya. Saya sebagai anak Aplim Apom yang peduli terhadap pendidikan menyarankan bahwa mengaktifkan kembali sekolah dasar tersebut dan menjalankan sesuai dengan fungsi dan tugas guru, sehingga ke depan bisa menciptakan manusia-manusia yang memiliki kekuatan besar yang memegang kendali global.(Frans/co Administrator website komapo)

DI PEGUNUNGAN BINTANG : GURU SD ALDOM MENINGGALKAN TUGAS SELAMA EMPAT TAHUN

Guru merupakan agen perubahan suatu bangsa. Melalui guru semua orang menjadi pintar, membuat orang menjadi bebas dari kebodohan, kemiskinan, keterbelakngan menuju kesuksesan dan atau kemerdekaan. Membebaskan dari segala ganjaran (penindasan) yang menjadi beban hidup selama seseorang masih hidup di dunia ini. Dengan demikian,sangatlah sulit untuk menjadi seorang guru. Maka selayaknya seorang guru yang betul-betul menjadi guru harus bekerja sesuai profesi yang dia miliki selama kuliah. Harapan guru harus mendidik anak-anak sesuai dengan hati yang tulus, hati yang sabar mendampingi siswa sehingga mereka betul-betul menjadi manusia susila.
Beda dengan salah satu sekolah dasar dari beberapa SD di pedalaman papua tepatnya di kabupaten Pegunungan Bintang yaitu SD Inperes Barwombung Aldom,kecamatan Pepera, Pegunungan Bintang ini pernah diresmikan oleh camat oksibil Jan L. Okoka S.SOS.pada tahun 1997/1998. Sebelum memulai proses belajar mengajar di SD baru itu, pada awalnya masyarakat menggalakan sebuah rumah barak yang dibangun bersama. Bangunan tersebut dibangun dengan kayu buah , dinding terbuat dari kayu belahan, atap ditutup dengan daun, kursi dibuat dari beberapa kayu yang diikat dengan rotan. Ruang kelas tersebut ada tiga ruangan. Satu ruangan digunakan untuk siswa kelas satu dan dua, ruangan kedua digunakan untuk siswa kelas tiga dan empat, sedangkan ruangan berikut dipakai untuk siswa kelas lima dan enam. Guru-guru yang mengajar pada waktu itu adalah mereka yang ikut paket A, yang putus sekolah dasar dari kelas tiga pada saman pendidikan masuk di wilayah pedalaman khususnya oksibil sekarang ibukota kabupaten Peg. Bintang.
Munjulnya pikiran baru tentang sekolah di kampong itu, selama bertahun-tahun hidup dalam keheningan atau primitive di parakarsai oleh karyawan departemen pendidikan dan kebudayaan (DEPDIKBUD) jayawijaya cabag kecamatan (distirik) oksibi, bapak Yanuarius Kakyarmabin. Ketika itu masyarakat dilanda persoalan politik local yang dinamakan OPM,sehingga orang-orang meninggalkan kampong halamannya dan mereka lari ke negra tetangga PNG. Masyarakat yang masih bertahan hidup untuk mempertahankan wilayah adat mereka adalah sekitar 12 kaka (kepala keluarga). Dengan melihat kondisi riil ini, bapak Yanuarius bergerak hatinya untuk membuka sekolah. Ia memberikan pemahaman menyangkut pentingnya pendidikan di kampong tersebut selama beberapa bulan. Maka mereka sadar akan pentingnya pendidikan, mereka berusaha membangun sebuah gubuk barak dan memulai proses belajar mengajar di sekolah itu. Geraldus Yawalka tamatan SMP negeri oksibil memimpin teman-temannya untuk mengajar setelah dia pulang dari perantaun. Angkatan pertama dari produk gubuk itu ujian sekolah di gedung baru sejumlah 12 orang dan mereka melanjudkan ke SMP negeri oksibil. Setelah beberapa tahun kemudian datanglah guru asli daerah tamatan PGSD Taruna Bakti jayapura yang bernama Ferdinand Bamulki, menggantikan Alex Bukweng G. Yawalka. Sedangkan Alex melanjudkan sekolah menengah atas di jayapura selama tiga tahun.
Kini semua siswa belajar di gedung baru yang diresmikan oleh camat oksibil tersebut. Guru- guru yang bertugas di SD Aldom ada sebanyak 6 guru, tetapi telah meninggalkan kampong itu. Penyebap meninggalkannya SD itu karena ada indikasi yang tidak layak dari Feri B kepada ke lima guru pendatang itu, sehingga mereka satu per satu telah meninggalkannya. Setelah beberapa tahun kemudian datanglah seorang kepala sekolah baru yang dipindakan oleh dinas pendidikan dan kebudayaan kecmatan oksibil dari iwur ke SD Aldom yang bernama Demi Uropmabin. Ia memulai karernya bersama Bamulki, kedua guru ini memulai mengajar selama beberapa tahun.
Gedung bercat putih dengan tiga ruangan belajar dan satu ruangan kantor, di belakang gedung jendela dibuat dari kaca, depan gedung sekolah dibuat dari kawat, dengan serambi lebar sekitar dua meter. Selain itu sejumlah pasilitas lainnya seperti 200 meja dan kursi, Sembilan rak buku dilengkapi dengan buku bacaan, buku mata pelajaran, dua belas papan tulis dan beberapa perlengkapan sekolah lainnya. Semuah itu tinggal kenangan sekitar empat tahun yang lalu. Kini kedua guru tersebut (Feri Bamulki sebagai wakil kepala sekolah dan Demi Uropmabin Kepala sekolah) SD INPRES Barwombung Aldom kini mengilang tanpa jejak, kemana mereka pergi tanpa ada tujuan yang jelas. Sekitar 50-an murid mereka datang menugu…… dan menung……..hingga menunggu bersama gedung besar bercat puti itu menanti kedatangan kedua guru sekolah dasar yang menghilang beberapa bulan silam. Kini satu tahun sudah lewat, bangunan SD fersi terbaik di distrik oksibil dan sekitanya itu telah lapuk dimakan oleh ulat dan belalang. Rumput dan pohon menemani gedung besar dan panjang seta menutupi serambi dan gedung, didalam ruangan menjadikan tempat peristirahatan babi peliharan warga.
Lapaoran semesteran dan tahunan di buat di jayapura dan sekitarnya bahkan menggelapkan uang operasional sekolah (BOS) belasan sampai puluhan juta rupiah dimakan oleh kedua guru tersebut. Laporan pertanggungjawaban penggunaan uangpun dibuat tanpa ada bukti yang jelas. Dua tahun suda berlalu tidak ada tanda-tanda segelintir guru yang membawa muka di hadapan masyarakat dan siswa. Mereka menanti datangnya guru- guru tetap itu, tetapi kedua guru tersebut tidak kunjung tiba. Murid yang menunggu bersama gedung besar selam dua tahun, sekarang satu per satu telah meninggalkan dan mencari nafkah sendiri, sebagian orang menetap di kampong sebagian pergi siswa ke kota untuk melanjutkan pendidikan.
Selama empat tahun sudah lewat, sekarang menjelang lima tahun, biaya operasional sekolah dan gaji buta dimakan oleh kedua guru, tetapi pemerintah daerah (dinas pendidikan )kabupaten pegunungan bintang tidak menanggapi serius bahkan melihat telapak mata. Namun jika kunjungan Dinas Pendidikan provinsi maupun pusat, dengan alasan yang tidak jelas dinas pendidikan kabupaten telah melakukan pembohongan besar. Hal ini bisa fatal jika cara kinerja serta kejujuran dalam pelaksanaan tidak ada keterbukaan diantara guru, dinas terkait seperti kabupaten maupun provinsi. Saya melihat data siswa siswi SD INPRES Aldom di website dinas pendidikan kabupaten Pegunungan Bintang sejumlah 37 siswa tidak benar, karena mereka yang melaporkan data ke pemerintah daerah tidak menetap dan mengajar dilapangan, itu data manipulasi atau data illegal. Sehingga diharapkan kepada pemerintah bahwa coba kaji ulang atas data fiktif yang disampaikan itu beserta pemakaian uang BOS selama empat tahun, uang tersebut dikemanakan saja. Jika terbukti bersalah dalam penyampaian data seta pemakaian uang, maka seluruh masyarakat desa Aldom beserta mahasiswa menyerahkan kewenangan kepada pihak terkait untuk mengani persoalan ini.
Empat tahun pembunuhan manusia-manusia Okpolsil dan sekitarnya yang di harapkan oleh pemerintah tidak ada lagi, mereka dibunuh dengan tidak etis. Langkah awal untuk mengangkat orang-orang bamulki yang memiliki kekuatan sendiri telah punah beberapa tahun yang lalu hingga kini masi tetap saja mempertahankannya. Saya sebagai anak Aplim Apom yang peduli terhadap pendidikan menyarankan bahwa mengaktifkan kembali sekolah dasar tersebut dan menjalankan sesuai dengan fungsi dan tugas guru, sehingga ke depan bisa menciptakan manusia-manusia yang memiliki kekuatan besar yang memegang kendali global.(Frans/co Administrator website komapo)

COOPERATIVE LEARNING & MUTU SEKOLAH

Perkembangan teknologi berpengaruh pada perkembangan pendidikan suatu bangsa. Dengan adanya teknologi, memacu setiap sekolah dan perguruan tinggi di berbagai belahan dunia telah berupaya untuk memahami secara ilmiah dan melakukan yang terbaik bagi Negara dan bagsanya untuk mencapai suatu alternative yang efektif sebagaimana mestinya yang diharapkan oleh seluruh lapisan masyarakat dunia. Dengan demikian setiap Negara berlomba-lomba menerapkan suatu metode pembelajaran yang baik, penemuan baru sesuai dengan kebutuhan pasar global. Tuntutan pasar global yang harus dipenuhi, maka sekarang ini cooperative learning dapat atau telah diperaktekan diberbagai macam sekolah di seluruh dunia, yang meliputi semua jenjang pendidikan baik TK,SD, SMP, SMA, perguruan tinggi. Dan juga, telah terbukti efektif dan mennyenangkan untuk mencapai perestasi didik dalam pendidikan non formal peserta kursus, diskusi, lokakarya, seminar, dan berbagai kegiatan lainnya. Metode-metode yang baik sesiuai dengan kebutuhan sisiwa/wi ini telah digunakan untuk semua mata pelajaran atau bidang studi.
Pembelajaran keperatif dapat diaplikasikan untuk semua jenis kelas khusus untuk anak-anak berbakat, kelas pendidikan khusus, kelas dengan tingkat rata-rata, dan sangat diperlukan dalam kelas heterogen, dengan berbagai tingkat kemampuan. Pembelajaran koopreratif sangat kondusif dan efektif untuk mengembangkan hubungan atara siswa dari latar belakang suku, budaya, agama yang berbeda dan antar siswa yang terbelakang secara akademik dengan teman sekelas mereka.
Tujuan utama daripada pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya mereka menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan bermanfaat bagi dirinya, sesama, daerah serta masyarakat pada umumnya. Di saat semua lembaga pendidikan sedang bersaing untuk memacu prestasi pada anak didiknya, ditengah isu prulasme saat ini, pembelajaran kooperatif saat ini sangat penting untuk diselenggarakan di bangku pendidikan seluruh nusantara dan khususnya papua.
Cara efektif dan menyenangkan berpacu pada seluruh peserta didik. Sangat menyenangkan jika semua pembelajar dalam kelas aktif dalam kegiatan belajar di kelas. Cara penyajian dalam mengatur kelas sangat penting untuk dilakukan agar membantu dalam memperlancar aktifitas belajar. Untuk memulai belajar dalam bentuk kelompok, diharapkan semua siswa didalam kelas melakukan pembagian dengan cara foting atau menghitung berdasarkan urutan, membentuk kelompok sesuai nomor urut, sehingga setiap pembelajar tidak ada indikasi yang muncul atau perasaan yang tidak menyenangkan. Sehingga memacu keributan dan ketikharmonisan dalam melangsungkan aktifitas belajar.
Kelompok belajar dalam tanggungjawab individu sangat penting untuk mendukung kinerja atau kekompakan tim, untuk memberikan sumbangsi yang baik sesuai dengan topic yang dibahas dalam mata pelajaran tersebut. Belajar kelompok dengan tujuan bahwa setiap individu memberikan insentif kepada siswa untuk saling membantu kepada siswa yang laindan saling mendorong untuk melakukan usaha yang maksimal, sehingga siswa tersebut betul-betul memahami dengan baik. Untuk mencapai tujuan kelompok, semua siswa aktif menyumbangkan ide, usulan, kritikan, solusi dalam membangun komunikasi yang efektif satu sama yang lain. Agar setiap orang tahu tentang materi yang dibahas, maka siswa yang memhami materi tersebut hendaknya memberikan penjelasan kepada teman lain sehingga meraka semua bisa memahaminya. Jika kelompok tidak mencapai pada titik-titik tertentu atau harapan yang diharapkan bersama baik siswa maupun guru pendamping, maka guru sebagai pendamping memberikan gambaran atau penjelasan yang sesuai dengan topic, sehingga siswa memahami dengan baik.
Siswa mana yang memperoleh manfaat lebih banyak dari pembelajaran komperatif? Yang memberikan penjelasan ataukah menerima penjelasan teman. Bisa saja orang beralasan bahwa orang yang lebih tinggi pencapaiannya dari pada orang yang lebih renda pencapaiannya. Akan tetapi beberapa alasan bahwa lebih banyak memberikan penjelasan, lebih banyak tahu dan lebih banyak menerima banyak lupa.
Beberapa guru mengakui bahwa cara belajar koompratif sangat membantu dalam pencapaian atau kelulusan yang maksimal dengan nilai yang memuaskan. Selain menambah wawasan siswa dengan cara mencari, menemukan,memberikan penjelasan kepada teman lain otomatis setiap diri siswa betul-betul menambah pengetahuan. Selain itu, guru yang membimbing berpacu untuk mendalami materi dengan belajar kelompok ini. Kita mengakui juga bahwa orang yang pintar dalam akademik belum tentu berkomunikasi yang baik dengan masyarakat social terutama dalam intraksi social dilingkungan sekolah dan didalam kelas bahkan dalam bentuk kelompokpun engan membicarakannya.
Kita menengok kebelakang dan perluh merefleksikan diri selama kita belar di bangku sekolah, dari sekolah tingkat kanak-kanak sampai kuliah saat ini. Jarang sekali menemukan cara belajar kompratif dengan cara mencari, menemukan dan menyampaikan kepada orang atau murid lain. Dengan demikian perluh diteladani dari beberapa gambaran yang saya sampaikan di atas. Perluh diterapkan dalam masyarakat homogen yang memiliki latar belakang, ras, suku, budaya yang berbeda. Saya pernah mengalami pendidikan, selama saya sekolah dari SD sampai SMA yang notabene dengan cara pembelajaran model kuno. Guru hanya kotah dan kotah…. Sehingga murid bingung apa yang disampaikan oleh guru. Selayaknya pradikma mengajar kurkulm 1994 ini bisa ditinggalkan, karena beberapa kurikulum suda tidak pakai lagi di dunia dewasa ini diantaranya KBK, KTSP pun rencannya akan diganti dengan program SKS (system kredit semester) yang berlaku seluruh sekolah baik tingkat anak-anak sampai sekolah menegah atas (kompas beberapa minggu silam),ini menandakan bahwa dengan perkembangan teknologi, perkembangan demokrasi politik di negeri ini akan membawa perubahan- perubahan system yang baru. Maka sebagai pengelolah sekolag musti lihat perkembangan pendidikan dewasa ini.
Guru mentransfer pengetahuan sedangkan murid menerima pengetahuan merupakan salah satu dari beberapa proyek pembunuhan krakter anak bangsa, selama ini mungkin saja terjadi di pedalaman papua Pegunungan Bintang pada khususnya papua pada umumnya. Buktinya bahwa selam saya masih sekolah di tingkat SMP atau SMA peraktek ini masih saja terjadi. Manamungkin pendidikan di papua mau maju, jika praktek pendidikan khususnya dalam mengajar masih diterapkanya model-model pembelajaran kuno ini. Jika ingin maju dalam bidang pendidikan, sebagai pengelolah sekolah, praktisi pendidikan, pakar-pakar pendidikan berkumpul dan merumuskan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah pusat itu ke dalam konteks kurikulum local, dan materi pengajarannya masih dalam konteks global yang mencakup materi-materi pelajaran yang distandarisasikan oleh pemerintah.
Belajar kooferatif sangat penting untuk dilakukan (diterapkan) berbagai sekolah di tanah papua, karena dengan diterapkanya cooperative learning ini bisa membantu dalam memahami mata pelajaran tertentu dengan bantuan orang lain. Dengan kurangnya arus informasi yang kurang, sehingga sebagian besar siswa belum tahu tentang internet, dan program-program teknologi mutahir lainnya sehingga pengetahuan informasi yang diterima oleh murid lebih khusus di pedalam papua sangat terbatas. Selayaknya setiap sekolah mempunyai perpustakaan sekolah, sehingga para pembelajar bisa mengakses informasi melalui buku-buku literature yang disediakan oleh sekolah tersebut. Dengan adanya pengadaan perpustakaan sekolah, maka terwujudlah suatu model pembelajaran yang baru pembelajaran kooperatif itu akan tercapai. Melalui perpustakaan itu, seorang pembelajar mengakses, memperoleh informasi yang baik dan memberikan atau membagikan kepada teman sejawatnya.
Maka saya merekomendasikan kepada seluruh pengelola sekolah untuk memberikan materi dengan peraktek seperti model pembelajan kooperatif ini. Mudah-mudahan setiap orang mampu menguasai informasi yang berkaitan dengan materi pelajaran tertentu. Pengelola sekolah mengikuti perkembangan pendidikan akan maju dari pada mereka yang buta huruf dalam perkembangan pendidikan.(Frans/co administrator web komapo)

PENDIRIAN KOPERASI ADALAH LANGKA AWAL PEMBEBASAN KEMISKINAN DI PEGUNUNGAN BINTANG

Persoalan ekonomi di lingkungan masyarakat Pegunungan Bitang sangat penting untuk dibicarakan oleh pihak-pihak tertentu yang menangani di bidang prekonomian, baik ekonomi mikro maupun makro. Perluh dibicarakan disini adalah sector ekomi mikro. Sector ekonomi mikro yang selama ini dikembangkan oleh daerah-daerah maju membawa perubahan yang siknifikan. Salah satu sector ekonomi mikro yang dikembangkan adalah koperasi. Dimana sector ini menjadi tulang punggung prekonomian banggsa. Bertahun- tahun yang lalu telah mencetuskan landasan koperasi atau koperasi merupakan tulang punggung bangsa, dan melalui koperasi telah meneroboskan segala kebodohan dan kemiskinan. Pembebasan kemiskinan adalah langka awal yang diperjuangkan oleh pejuang kemerdekaan republic Indonesia. Pembebasan dan demokrasi ekonomi,demokrasi budaya, demokrasi politik merupakan cita-cita bung Karno. Namun, impian itu tidak dipungkiri oleh pemimpin-pemimpin setelah reformasi, ketiga demokrasi itu menjadi ajang kapitalisme modern dengan individuailme sangat tinggi. Dengan demikian merosotnya pemerataan, kelayakan di hadapan hukum, kemiskinan semakin melelebar, meningkatnya angka pengaguran dan berbagai macam persoalan yang belum di realisasi dan dapat memecahkan persoalannya.
Koperasi itu sendiri perluh kita ketahui,menurut undang-undang No.12 tahun 1967 koperasi adalah organisasi ekonomi yang berwatak social dan beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi berdasar atas kekeluargaan. Melihat pengertian tersebut sejogyanya bahwa untuk mau memulai suatu usaha koperasi jenis apapun, baik koperasi konsumsi,koperasi produksi, dan koperasi jasa, kita harus berawal dari kesadaran dari warga setempat. Mempersatukan hati untuk usaha bersama dalam kekeluargaan. Dengan harapan bahwa tidak ada kesenjangan diantara anggota koperasi itu sendiri.
Melihat koperasi itu sangat penting bagi kesejateraan warga/masyarakat setempat, beberapa dari seluruh pemerintah daerah kabupaten di tanah papua mencangkan pemberdayaan ekonomi rakyat melalui sector ekonomi mikro di bidang koperasi. Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah setempat untuk memberantas kemiskinan di tanah papua. Salah satu langkah yang diambil adalah pemberian dana yang dikelola oleh setiap kepala kampong. Pemerintah daerah kabupaten perluh diketahui juga bahwa sebagian besar masyarakat di daerah pedalaman papua mengalami transisi dari masyarakat marjinal menuju masyarakat modern. Dengan demikian harpannya adalah bahwa campur tangan pemerintah (dinas prekda) dalam pendampingan masyarakat secara kontinyu sehingga masyarakat setempat benar-benar makan garam di bidang usaha khusunya sektor koperasi. Selain pendampingan, mendorong masyarakat untuk memahami segala bentuk dan atau cara berwirausaha jangka menengah sehingga mereka memahami secara mendalam.
Koperasi adalah langka awal pembebasan kemiskinan di daerah pedalam papua khusnya Pegunungan Bintang, itulah yang disampaikan oleh perwakilan dari BLP cabang mandiri kabupaten pegunungan Bintang, ketika pelantikan kepala kampong dan 4 distrik di wilayah ketengban (Nungme,Bime,Pamek, dan Eipomek), Pegunungan Bintang. Ketika saya menghubungi salah seorang mahasiswa Pegunungan Bintang yang memantau situasi politik di wilayah Ketengban selama satu minggu ( 9-24/juli2010) silam. Berikut kutipan yang disampaikan oleh mahasiswa tersebut. Dalam sambutannya ia mengatakan bahwa “masyarakat Pegunungan Bintang dikenal dengan ramah, saling membantu, gotong royong (sosial) sangat tinggi, maka untuk membuka koperasi di daerah ini sangat bagus, sehingga kami upayakan untuk setiap kampong ada koperasi yang harus dikembangkan (kelolah) oleh masyarakat setempat. Menambahkan juga bahwa dana kompensasi selain dana respek kami dari lembaga BLP Mandiri akan memberikan 100 juta untuk pengembangan koperasi”katanya di hapan masyarat Ketengban dari empat distrik. Masyarakat pegunungan bintang (ketengban) merespon positif atas segala upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan lembaga-lembaga lain. Semua itu akan berkembang pesat dan mengikuti perkembangan ekonomi global, jika campur tangan pemerintah sangat dominan seperti apa yang saya kutip di atas.
Dampak dari tidak ada campurtangan pemerintah akan mengalami penceceran dalam manajemen keuangan. Tidak menempatkan uang sesuai dengan pos-pos yang dirancang oleh kelompok usaha setempat akan mengalami tersendat berwirausaha karena arah peredaran uang tidak jelas, sehingga setiap tahun pemerintah anggarkan uang pasti tidak ada bukti yang kongkrit, maka setiap anggota koperasi perluh ada pembelajaran secara berkelanjutan di bidang manajemen keuangan di lembaga-lembaga terkait. (Frans)