berita

Source: http://www.amronbadriza.com/2012/07/cara-membuat-judul-blog-bergerak.html#ixzz2HGOAa7ZG

Senin, 18 Oktober 2010

DINAMIKA POLITIK (PEMILU) PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN PEGUNUNGAN BINTANG

Berakhirnya kampanye tentang visi dan misi para kandidat terkuat untuk menduduki kursi panas bupati dan wakil buapti kabupaten pegunungan bintang periode 2010-2015 telah berakhir pada tanggal 14 oktober 2010. Masyarakat kabupaten pegunungan bintang telah berfokus pada pencoblosan (pemilihan umum) para kandidat tanggal 18 oktober mendatang. Semua aktifitas di kubu pemerintahan sudah lumpuh total pada beberapa bulan yang lalu kata seorang warga balusu, Oksibil. Semua masyarakat beralih ke pesta politik, tanpa memikirkan anak, ibu, ayah lebih-lebih pada keluarga yang ada. Masyarakat mengharapkan seorang pemimpin yang memiliki kredibilitas dalam power dan ling-ling yang kuat untuk membangun tanah Aplim Apom menuju keterbukaan dari berbagai segi.
Lebih pada peran kabupaten ini dalam berbagai sekmen kehidupan dalam maupun luar negeri. Sekmen-sekmen itu meliputi menangulangi kemiskinan, baik dari segi pendidikan, kesehatan, ekonomi. Diakhir-akhir ini telah beredar isu penyebaran penyakit mematikan yang tidak ada obatnya yaitu AIV/AIDS di pegunungan bintang yang setiap tahun semakin meningkat (data belum disampaikan). Seorang pemimpin yang tegas dan loyalitas pemimpin yang tinggi, pekah terhadap berbagai tantangan, memaksimalkan waktu dan luang untuk berinterkasi dan bertindak dengan masyarakat sekitarnya adalah harapan seluruh masyarakat aplim apom. Maka seorang pemimpin harus royal terhadap dinamika sosial yang berada di administrative kabupaten pegunungan bintang.
Diakhir-akhir ini enam kandidat terkuat yang lolos perifikasi dari ketentuan umum KPU, telah memulai kampanye besar-besaran di seluruh pelosok tanah adat Aplim Apom. Dari barat, wilayah ketengban menuju ke daerah utara (wilayah) Batom, beralih ke timur (wilayah) perbatasan okyop dan sekitarnya dan beralih ke daerah selatan (wilayah) Iwur, waropko,kambom dan sekitarnya. Tidak ketinggalan para kandidat bersihkeras untuk menyewah Heli dan maupun pesawat terbang untuk mendarat di kampong-kampung. Semua itu kepentingan untuk mendapatkan suara agar bisa menduduki kursi terhormat. Semua yang dikampayekan seakan-akan bisa dapat terwujud dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Sehingga masyarakat terharu dengan kata-kata yang dikeluarkan oleh para korporat itu. Bahkan sebagian besar masyarakat membuka koteka yang dipakainya untuk mengkampayekan demi segelintir orang. Melupakan diri dan keluarganya. Memang itulah politik. Namun dibalik itu, tidak menyadarkan diri bahwa saya berpolitik dalam konteks apa?.. dan ucapan apa yang saya sampaikan kepada konsumsi politik.
Banyak fenomen yang terjadi selama berkampaye. Fenomena-fenomena itu meliputi terbelahnya keluarga di kubu kandidat, kebutuhan ekonomi tidak terpenuhi, keluarga kacau. Sehingga terjadi kofilik internal antara keluarga dekat. Berikut ini dijelaskan berbagai fenomena yang terjadi selama kampanye sedang berlangsung.
Bidang Ekonomi
Masalah pokok yang harus dipenuhi oleh keluarga adalah masalah ekonomi. Paling tidak sebuah keluarga harus memenuhi kebutuhan pokok (primer) dan setelah kebutuhan primer terpenuhi, maka bisa memikirkan untuk kebutuhan sekunder (kebutuhan tambahan). Namun semua itu tidak dipikirkan oleh masyarakat, lebih khusus keluarga yang mereka tinggal di ibukota kabupaten karena dipicu dengan adanya politik. Kini keluarga tersebut melarat akibat kelaparan. Tidak memikirkan kepentingan keluarga, tetapi mementingkan kepentingan orang lain melalui kampanye. Sebagai kepala keluarga seharusnya membeli kebutuhan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Akibat dari acara pesta demokrasi sebagian masyarakat mengeluh karena kelaparan. Hal tersebut disampaikan oleh salah seorang mama kampong Aldom (15/10) malam ketika salah seorang administartor menghubungi telpon selurernya kemarin malam. Ia mengatakan bahwa “kami disini kelaparan karena tidak ada makanan. Bahan makanan sudah habis”. Ketika ditanya mengapa bahan makanan habis, lebih lanjud ia mengatakan bahwa “ selama ini kami mengikuti kampanya jadi tidak sempat menyiapkan bama”ucapnya.
Bidang Keluarga
Bidang keluarga sangat penting dalam ketentraman dan kenyamanan, dalam merangkul dan membangun keluarga yang kokoh. Pondasi dasar untuk membentuk diri menuju manusia yang seutuhnya berwal dari keluarga. Dimana disana seseorang dibentuk untuk mengalami dan merubah melalui tindakan konkirit menuju suatu perubahan. Suatu perubahan adalah proses belajar, karena tindakan perubahan dari tidak tau menjadi tau. Tindakan ini pasti dialami oleh setiap manusia.
Perkembangan seseorang semakin jauh untuk memilih meninggalkan (menjauhkan) dari orang tua dan atau sanak saudara. Seseorang mengalami perubahan ini berarti sudah memiliki kedewasaan. Dimana harapannya untuk membuat keputusan sendiri dan bertindak serta mempertanggungjawabkan adalah hal dasar yang harus dipelajari oleh seorang pendewasa.
Berkaitan dengan itu, jangan pernah meninggalkan orang tua, sanak saudara, om, tete, nenek dan masyarakat sekitarnya. Namun beda dengan masyarakat papua sekarang ini. Dengan adanya otonomi khusus ini, namanya keluarga hilang begitu saja tanpa ada jejak dan aliran keluarga yang diturunkan oleh nenek moyang mereka. Otonomi mengugah kepribadian dan ketatanan social masyarkat setempat. Hancur dalam waktu yang singkat dari berbagai segi. Diantaranya pudarnya moral, integirtas, martabat orang papua dan menghilangnya kekerabatan orang papua yang dikatakan rasa social yang tinggi itu. Banyak fenomena yang terjadi akhir-akhir ini berkaitan dengan bergulirnya pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah di seluruh tanah papua.
Banyak persoalan yang terjadi ketika pemilihan berlangsung. Keluarga dekat berjatuhan, konfilik antara suku berkepanjangan, melebarnya kemiskinan, penindasan dan lainnya. Semua itu terjadi karena adanya politik untuk meraih satu kursi terhormat.salah satu kerusuhan yang terjadi adalah pada saat pemilihan kepala daerah dan wakilnya di kabupaten sarmi. Dimana para pendukung kandidat saling perang dan akhirnya menelan korban jiwa di kubu kedua belah pihak. Untuk mengulangi pencoblosan akan dilakukan pada tanggal 18 besok. Laporan itu disampaikan oleh salah seorang mahasiswa USTJ yang hendak mengunjungi keluarganya di perbatasan kabupaten sarmi dan jayapura.
Tanda-tanda konfilik keluarga antara fertikal maupun horizontal, kini terjadi di pegunungan bintang. Semua ini terjadi karena kegoncangan politik (pemilihan umum) di daerah ini. Ada humor yang beredar di seluruh masyarakat bahwa di sisi keluarga kandidat juga terpecah bela. Ada yang mendukung kandidat yang lain. Misalnya hal tersebut disampaikan oleh teman saya di jayapura bahwa “sebagian keluarga calon kandidat Kostan Oktemka mendukung Theo Sitokdan dan sebaliknya. Sehingga keharmonisan kelurga tidak stabil. Apa lagi, pada saat pemilihan dan pengumuman hasil pemilihan umum. Apa yang terjadi, kita lihat saja.
Sikap Tangkap Mahasiswa Terhadap Fenomena ini
Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat ilmiah harus melihat secara professional. Bertindak secara hukum. Melakukan pendekatan terhadap masyarakat dan menyadarkan situasi ini. Dengan melakukan langkah ini pasti akan memulihkan keadaan. Sebagai seorang idipenden mampu bekerja dan menyampaikan secara benar dan terarah pada posisi yang tepat. Sehingga pada akhirnya mampu membangkitkan jiwa demokrasi di lingkungan masyarakat. Mahasiswa mampu mengontrol peraktek-peraktek yang tidak benar, dilakukan oleh kegelintir orang yang notabene dengan kepentingan pribadi. Menyewa orang untuk menggulingkan orang lain dengan melakukan kejahatan. Hal semacam ini dikontrol oleh seorang mahasiswa yang indipenden. Mahasiswa Aplim Apom yangpeduli terhadap kententeraman dan kedamaian diantara sesama, perluh mengambil sikap dari awal sebelum kejadian fatal yang dilakukan seperti di kabupaten lain.
Sayangnya jika, seorang mahasiswa yang mengatasnamakan dirinya sebagai utusan mahasiswa Pegunungan Bintang untuk mengotrol situasi paskah bergulirnya politik di pegunungan bintang. Tau-tau sudah dapat suap dari seorang korporat demokrasi. Hal semacam ini perluh disikapi oleh mahasiswa.

Memang benar kalo bicara tentang politik (PEMILU) seluruh masyakat pegunungan bintang terharu dan terpesona dengan isu politik. Seakan-akan berpolitik adalah sudah melekat sejak lahir. Baik itu orang tua, orang buta, masyarakat umum, pelajar, mahasiswa meninggalkan kekiatan pokoknya dan beralih ke panggung perpolitikan. Seorang pelajar meninggalkan bangku studinya untuk berkampanye. Seorang nenek bangkit dari tempat ranjangnya untuk bekampanye guna untuk meloloskan bosnya. Hal ini bagus tetapi perluh melihat diri secara sadar dan opjektif untuk melangkah lebih lanjut. (Frans/co administrator Wesite Komapo)

KEBIJAKAN KAMPUS MAHASISWA TIDAK MELIBATKAN

Kebijakan kampus selama ini tidak melibatkan mahasiswa untuk mengambil keputusan. Dimana peran mahasiswa dalam keluarga kampus, akhir-akhir ini semakin hilang dan akan dihilangkan. Pada hal mahasiswa adalah bagian dari warga kampus, yang seharusnya mengakomodir aspirasi atau pendapat mahasiswa melalui lembaga terkait, guna untuk pengembangan dan kesejahteraan kampus di masa mendatang. Salah satu contoh kongkrit yang akhir-akhir ini menjadi keluhan mahasiswa adalah keputusan pengelolah kampus menyangkut biaya per SKS setiap tahun semakin meningkat. Hal ini sangat ironis, karena tidak semua mahaiswa yang kuliah di universitas, penghasilan orang tuanya kalangan ekonomi atas. Maka sebaiknya harus dipertimbangkan oleh universitas, sebelum mengambil keputusan sehingga ada transpransi dalam perkuliahan di kampus.
Hal ini untuk mengantisipasi kecemburuan social, dalam hal biaya kuliah. Keputusan kampus adalah hak mutlak,namun hal itu bisa membatasi seorang siswa yang ingin kuliah di universitas yang diinginkan. Setiap orang layak untuk mendapatkan pendidikan (paling tidak menyelesaikan pendidikan S1), namun bisa dibatasi oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan profit, sehingga mahasiswa (siswa) bisa mengundurkan diri dari cita-citanya karena menyangkut biaya yang melambung tinggi.
Apa lagi pemerataan dalam pembagian beasiswa untuk orang berprestasi tidak pada sasaran. Pemerintah mencangkan beasiswa bagi mahasiswa kurang mampu secara ekonomi, namun hal itu tidak dipungkiri oleh pengelola kampus. Pembagiannya tidak pada sasaran, malah diberikan kepada mereka (mahasiswa) yang penghasilan orang tuanya lebih tinggi secara ekomi.
Selain meningikan biaya, beberapa perguruan tinggi akhir-akhir ini memprogramkan enam hari kerja. Hal ini merupakan salah satu bentuk kekuasaan (penindasan) oleh pihak-pihak terkait terhadap mahasiswa. Program enam hari kerja ini juga tidak melibatkan mahasiswa. Hanya membuat keputusan oleh para korporat kampus. Membatasi hak mahasiswa dalam hal berorganisasi dan berkreasi dengan memadatkan jadwal kuliah.
Beberapa mahsiswa pendidikan ekonomi USD mengeluh karena ruang kuliah terbatas. Hal tersebut disampaikan pada saat jejak pendapat antara mahasiswa PAK dan PE dengan para pengajar (dosen) beberapa bulan yang lalu di hall Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Mereka mengeluh karena kuato ( bangku dan meja) yang disiapkan oleh universitas terbatas, sedangkan mahasiswa belebihi persediaan. Kemanakah uang kuliah yang dibayarkan oleh mahasiswa? Dengan tariff pembayan setiap angkatan (tahun) meningkat. Hal ini perluh diperhatikan oleh pengelola universitas.

KEHILANGAN BARANG; SALAH SIAPA?






SLEMAN-Bapak Supangat (40), satpam Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Beliau sudah menjadi satpam Di Kampus ini sejak Tahun 2001. Selama beliau menjaga keamanan di Kampus Mrican, banyak laporan kehilangan yang diterima. Beberapa bulan yang lalu juga dilaporankan bahwa salah satu mahasiswa kampus USD kehilangan barang di tempat parkir Kampus I. Hal ini sering terjadi setiap awal ajaran baru atau disaat akhir semester.
Menurut beliau “kehilangan barang terjadi karena si pemilik barang yang tidak menghargai barang miliknya sendiri”. Seringkali mahasiswa sembarangan menaruh helm atau barang- berharga lainnya di atas motor tanpa pengamanan. Hal tersebut yang membuat pelaku pencurian mudah untuk mengambil barang milik mahasiswa.
Sebenarnya, pihak kampus sudah mempunyai kebijakan untuk memberikan karcis pada setiap motor. Tujuan pemberian karcis sendiri ialah agar kendaraan yang keluar-masuk kampus dapat dipantau oleh penjaga tempat parkir. Namun, hal tersebut kurang dihiraukan oleh mahasiswa sehingga kehilangan barang tidak terhindarkan.
Sementara itu Monic (18) mahasiswi PBI berpendapat bahwa tak selamanya kehilangan barang itu salah dari pemilik barang tersebut. Nyatanya, helm milik korban yang sudah diamankan di jok motor dapat diambil dengan cara memotong talinya. Kejadian ini terjadi pada 22 september 2010. Dia mengaku bahwa ini kali pertama dia kehilangan barang di tempat parkir. Pada kasus ini, sebenarnya pencuri memang berniat untuk mengambil barang milik korban.
Kehilangan barang tidak seutuhnya tanggung jawab dari petugas keamanan karena mereka tidak hanya mengamankan sebagian kecil dari suatu tempat. Namun, mereka bertanggung jawab akan keamanan dari seluruh tempat. Di lain pihak, kita juga tidak bisa menyalahkan pemilik barang karena pemilik barang sebenarnya sudah mencoba mengantisipasi kehilangan barang tersebut. Jika kita menuntut ganti rugi dari kampus, itu juga tidak mungkin dilakukan. Karena, kampus sudah memberikan kebijakan-kebijakan yang sekiranya dapat membuat situasi keamanan di kampus dapat terjaga.