berita

Source: http://www.amronbadriza.com/2012/07/cara-membuat-judul-blog-bergerak.html#ixzz2HGOAa7ZG

Senin, 23 April 2012

Hari Buku

By Abbel Simbolon-Kita tentu sudah tahu bagaimana menentukan sebuah negara atau kebudayaan suatu bangsa sudah memasuki masa sejarah. Peralihan dari prasejarah (nir: tidak, Leka: tulisan) ke sejarah ditandai dengan adanya tulisan. Bangsa Indonesia telah memasuki masa sejarah ketika ditemukan prasasti di sekitar sungai Mahakam, Kalimantan Timur pada saat berdirinya Kerajaan Kutai (sekitar abad ke-5). Di prasasti itu tertulis bahwa Raja Mulawarman pernah memberi sedekah kepada Pendeta Brahmana 20.000 ekor sapi (sebagian teks dari prasasti). (Lihat di http://id.wikipedia.org/wiki/Prasasti_Mulawarman). Dan masih banyak lagi kemudian, tulisan-tulisan yang mendukung bahwa Indonesia sudah mengakhiri masa prasejarah.


Saat duduk dibangku kuliah, dosen saya pernah mengatakan (dengan sedikit melucu), ‘kita dikenang orang atau tepatnya pernah ada di bumi ini bukan karena kepintaran kita. Tapi kita dikenang karena kita menghasilkan sebuah karya yang bisa dilihat atau dinikmati oleh banyak orang misalnya, menulis buku, menciptakan sebuah lagu dan karya-karya lain.’ Mozart, Handel, John Sebastian Bach, Kahlil Gibran, Michael Angelo dan banyak lagi orang yang dapat dikenang melalui karya-karya mereka. Apa yang sudah membuat Anda dikenal, diketahui atau dikenang oleh orang? Kejahatan, Karya amal-bhakti atau apa? (sila dijawab sendiri dalam hati). Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang. Anda mati meninggalkan apa?

Hari ini tepatnya tanggal 23 April adalah hari Buku dunia dan Hak Cipta sedunia. 23 April dipilih karena pada tanggal ini William Shakespeare wafat dan juga tanggal kelahiran penulis seperti Vladimir Nabokov dan Maurice Druon (http://destinugrainy.wordpress.com/2012/04/23/selamat-hari-buku-sedunia/). UNESCO memilihnya dengan tujuan untuk menghormati buku (hasil karya) dan para penulis serta berharap agar semakin banyak orang gemar membaca buku. Sekolah di Inonesia (dulu di sekolah saya) menempelkan poster yang bertuliskan ‘Buku adalah Jendela dunia.’ Barangkali di perpustakaan sekolah-sekolah kita juga ada.

Menurut saya saat ini buku sudah kehilangan pamornya. Karena di zaman ini, dunia maya menjadi idola banyak orang dari pada menjadi kutu buku. Banyak orang bergumam ‘kutu buku itu ketinggalan zaman’ atau tidak up date lagi dengan situasi global. Alhasil perpustakaan menjadi sepi dan banyak orang mendewakan dunia maya. Memang benar, di dunia maya kita bisa mengakses segala-galanya. Kitab-kitab suci sudah dijadikan kitab suci online, buku online, game online, dan semua serba on line. Sebentar lagi, muncul sebutan ‘manusia on line’ karena tidak mampu lagi hidup dalam dunia nyata.

Padahal banyak orang juga berpendapat, bahwa kebenaran sumber-sumber untuk tulisan, artikel, makalah, skripsi dsb, via internet masih diragukan. Buku atau kepustakaan menjadi acuan yang terjamin di samping observasi dari lapangan. Mengambil informasi dari internet untuk tulisan adalah ‘dosa’ karena ada tendensi kita untuk melakukan copy-paste (plagiasi). Jika kita menggunakan buku sebagai sumber, kita dapat memiliki footnote yang jelas. Memang, kekurangan kita selama ini ialah, banyak buku-buku berkualitas masih dalam bahasa asli penulisnya. Masih banyak yang belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kita sendiri harus aktif untuk membaca dan memahami buku tersebut. Satu sisi kita akan kesulitan namun di sisi lain kita akan memperoleh keuntungan yang lebih banyak. Kita meraih informasi yang berkualitas, kita bisa menguasai gaya bahasa dari buku tersebut, dan setidaknya kita menambahi vocabulary kita (misalkan buku itu ditulis dalam bahasa Inggris, Jerman, Perancis atau bahasa lainnya).

Saat kuliah, saya juga memiliki ‘rasa yang kurang’ jika saat mengerjakan sebuah tugas, saya tidak memiliki satu atau dua sumber yang berbahasa Inggris. Bukan karena sombong, namun untuk lebih meyakinkan diri, apakah tulisan atau tugas itu saya selesaikan dengan baik. Saya juga harus rajin menyisihkan uang saku untuk membeli buku-buku yang bagus dari pada saya harus merokok.

Buku tetap menjadi jendela pengetahuan sekalipun di dunia maya atau internet kita bisa melihat segalanya. Terimakasih. Salam.

(pic from http://abitalita.blogspot.com/2012/03/menenusur-sejarah-buku.html)

Tidak ada komentar: