berita

Source: http://www.amronbadriza.com/2012/07/cara-membuat-judul-blog-bergerak.html#ixzz2HGOAa7ZG

Selasa, 24 April 2012

MENEMUI SORANG RAJA DI HUTAN BELANTARA

Oleh FX Kasipmabin*



Memasuki liburan panjang pada bulan juni-juli dan agustus,ketika itu teman-teman bangku kuliah saya hendak berlibur ke daerah masing-masing. Teman-teman yang datang dari luar pulau jawa selama ini kuliah di tanah jawa khususnya Yogyakarta berkemas-kemas untuk meninggalkan kota Yogyakarta dalam beberapa bulan saja. Selama dua tahun saya pulang balik diantara kos dengan kampus yang menguras otak dan dompet kantong yang isinya berupa koin karat yang ditipkan oleh pemerintah Pegunungan Bintang. Memasuki liburan panjang tepatnya pada hari esok,teman-teman angkatan saya pergi ke papua tanpa ada informasi yang menitipkan lewat HP dan atau lewat teman.
Satu minggu kemudian sayapun meninggalkan kota Yogyakarta dengan pesawat Laion Air yang menerbangkan saya ke tempat dimana dua tahun lalu saya telah meninggalkannya. Tidak terasa saya tiba di gubuk yang dulu saya bangun dan tinggal bersama teman-teman SMA saya. Dua hari telah lewat bersama gubuk tua yang saya bangun tiga tahun yang lalu. Saya pun bergemas untuk meninggalkan kota untuk pergi ke kampong halaman bersama beberapa bapa-bapa yang hendak berangkat ke kampong ketika itu mereka libur ke kota. Pada pukul dua siang saya tiba di kampong menemui kedua orang tua ku. Sayapun menceritakan pengalaman saya ketika study di kota selama mengenjam pendidikan.

Pagi hari yang cerah mejelang petang saya hendak menemui seorang bocah yang kurus rambutnya keriting tidak semuannya tumbuh di kepala boca itu. Sekeliling kepala hitam terdapat sejumlah gumpalan debu yang menghiasi rambut yang tidak subur. Tidak ketinggalan Ingus yang berwarna putih bercampur keitaman mengalir lewat kedua lobang hidung tidak henti-hentinya, bagaikan air sungai yang mengalir tanpa batas. Perut besar terisi oleh sejumlah bala tentara yang mengancam seluru isi perut bahkan menghabiskan segala makanan yang dikunya oleh si boca itu. Bunyi –binyi cacing bisa terdengar suaranya sejarak 5-10 meter dari tempat ia berada. Petatas bakar tadi pagi ia makan sudah dihabiskan oleh si jahat. Tidak ada air yang ia minum, apa lagi kedua orang tuanya kini tua,tidak bisa menyiapkan kebutuhan hidupnya.
Dibelakang punggung ditemani dengan tas kumuh yang robek. Tempat robek dijahit dengan tali penyambung. Tas itu berisi sekumpulan kertas robek yang ia pungut dari belakang rumah seorang guru asli tamatan PGSD, ketika guru tersebut berbulan-bulan tiggal di kota, tanpa peduli dengan murid-murid yang diajarinya. Dasar tas itu terdapat pensil patah yang karat. Pensil yang ia bawah, dikorok dengan parang ayahnya sehingga mata pensil itu tajam. Selama ia jalan ke mana saja ia membawa tasnya. Baik ke kebun maupun mau tidur ditemani dengan tas kumuh kesayangannya. Si boca yang tidak mau menyebutkan namanya itu menyayangi tas robek tersebut karena hadia dari ayah, ketika itu ayah hendak pergi menemui anak perempuannya yang nikah dengan seorang pegawai pemerintahaan desa di salah satu kampong wilayah Pegunungan Bintang. Dalam perjalanan ia menempuh dua hari-dua malam karena atas permintaan anak bungsunya. Sesampai di kampong ayah hendak menemui anak putrinya, tetapi sudah satu bulan lebih mereka berangkat ke kota. Rumah tersebut tidak ada orang yang menjaganya, terpaksa ia membuka pintu rumah yang diikat dengan tali.
Pagi hari ia bangun lalu berfikir bahwa kalau saya pergi tanpa memenuhi permintaan anak bungsuku pasti akan menagis atau membuat suatu perbuatan yang tidak baik bagi keluarga ataupun bisa menghilangkan nyawanya sendiri. Dengan demikian saya mengambil tas robek yang ada di tempat sampah belakang rumah. Sesudah ambil saya pergi ke kampong halaman untuk menjawab permintaan anak kandung saya” kata orang tua tersebut yang seluruh tubuhnya tidak ada gaging hanya kulit kering yang melekat pada tulang. Ketika ayah membawa tas robek tersebut anak kandungnya sangat bergembira. Mengapa ia sangat bergembira lebih lanjutia menjelaskan bahwa “karena pada bulan juni-juli saya akan masuk sekolah bersama dengan orang lain” katanya. Ditanyakan mengapa kamu mau sekolah? Ia menjawab dengan sederhana “saya mau sekolah sampai saya menjadi raja” kata bocah tersebut. Kamu tau kata raja dari siapa? Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa “saya tahu dari kakak yang sekolah mereka menceritakan sebuah cerita dongeng. Kapan kamu mau sekolah? Ucapnya “ kalo anak-anak lain masuk ke skolah saya juga ikut masuk sekolah, selama ini kan mereka libur baru datang ke kampong, seandainya mereka pergi sekolah saya akan mengikuti dari belakang ke kota (kampong ) pusat pemerintahan desa, ” katanya sambil menelan segumpal ingus. (Frans/ktpn dr wcr sorg mhswa)


Bermukim Di Pingir Kota

Tidak ada komentar: