berita

Source: http://www.amronbadriza.com/2012/07/cara-membuat-judul-blog-bergerak.html#ixzz2HGOAa7ZG

Jumat, 20 April 2012

ORANG PAPUA YANG AUTENTIK

Oleh Okurbali T.H. Bidana)*

Di kolom opini, Suara Dimonim edisi XII Maret 2008 memuat tulisannya Theo Kossay yang berjudul “Pemekaran wilayah mendegradasi nilai budaya orang Papua dan identitas orang Papua”. Dengan judul ini dan kita yang membacanya terlintas pertanyaan di benak, sebenarnya apa indentitas orang Papua dan yang mendegradasi itu? Pertanyaan ini mendorong kita untuk mencari tahu dan memberitahukan apa identitas orang Papua dan yang mendegradasi itu. Dalam pemaparan, kita tidak bermaksud mendefinisikan identitas orang Papua tetapi memberikan gambaran indentitas orang Papua yang outentik demi menjaganya di dunia massa, pemekaran dan modernisasi yang mendegradasi nilai dan budaya orang Papua yang Outentik. Untuk menjawab pertanya itu, kita mempunyai beberapa pertanyaan penuntun ini. Dari manakah aku ini datang? Dimanakah aku berada sekarang? Dan kemanakah aku hendak pergi? Dari manakah aku ini datang? Pertanyaan demikian pula yang diajukan kepada Naruekul (mitos suku hubula) “dari manakah kamu berasal”? Ia tidak menjawab pertanyaan ini dengan mengatakan saya dari daerah ini, keluarga ini. Saya dari Amerika, Eropa dan Afrika. Saya dari keturunan keluarga raja, ratu atau sultan ini melainkan ia hanya mengatakan aku tidak tahu dari mana aku ini datang. Dengan jawaban demikian, orang yang bertanya maupun kita yang mendengar binggung dan penasaran lalu kita masih mengajukan pertanyaan. Sebenarnya, Siapakah orang ini dan darimanakah orang ini dan dengan ini ia hendak berkata apa? Memang membigungkan. Kita binggung karena tidak mengerti maksudnya tetapi kalau kita mengerti apa yang dimaksudkanya, kita dapat mengerti yang dimaksudkannya. Dengan ini sang legenda hanya mau mengatakan tidak berasal dari mana-mana. Ia hendak mengatakan saya adalah saya dari tempat ini dan tinggal di sini seperti yang kamu lihat. Ini kelihatan primitive tetapi itulah cara ia menunjukkan identitas dirinya sebagaimana ia ada.


Demikianlah hendaknya kita menunjukkan diri kepada orang lain secara total. Kalau orang Papua, hendaknya menunjukkan identitas dirinya sebagai orang Papua dan juga orang lain. Orang Papua tidak berasal dari mana-mana. Orang Papua berasal dari daratan ini. Daratan Melanesia, yang berkulit hitam, berrambut keriting, beragam bahasa Melanesia dan Austronesia, beragam budaya dan suku. Dengan demikian manusia Papua harus menjadi demikian sebagai orang Papua yang autentik. Manusia Papua tidak dapat menjadi manusia lain. Dalam keautentikan itu manusia Papua harus merealisaikan dirinya secara penuh dihadapan orang lain tanpa menambahkan dan juga mengurangi bila perlu saja. Kalau orang Papua itu berambut keriting, berkulit hitam dst. tunjukkanlah itu secara penuh. Demikian karena, manusia Papua itu bukan diciptakan dari bentuk lain menjadi manusia Papua yang keriting melainkan ia diciptakan demikian dari zaman penciptaan sampai kini oleh sang pencipta. Oleh karena itu, manusia Papua tidak dapat dimanipulasi dan direduksi oleh siapapun bahkan dirinya sebagai bukan bagian dari manusia Papua yang autentik melalui berbagai daya dan upaya. Baik itu daya upaya modernisasi maupun pemekaran wilayah Papua ini. Manusia Papua wajib memelihara identitas dirinya secara autentik sebagaimana ia ada dan diadakan bukan mengadakan keautentikannya

Maka manusia Papua harus menjadi orang Papua saat ini dan di sini. Manusia Papua tidak serta merta tidak dapat menjadi orang Eropa, Amerika dan Afrika atau Asia melaikan harus menjadi manusia Papua Melanesia. Kalau manusia bukan Melanesia Papua itu dapat dijadikan tidak sekedar jadi melalui revolusi melainkan perlu melalui evolusi agar menjadi manusia Papua yang autentik. Dengan tahapan itu, manusia Papua dapat diantar menjadi dirinya sendiri sebagai manusia Papua yang autentik. Untuk mengantar diri sendiri, orang Papua tidak harus menjadi autentik di saat ini dan disini dengan suatu manipulasi melainkan dengan melihat suatu refrensi di masa lalu. Dari manakah orang Papua atau saya datang? Dengan bertanya dan menyadari seperti itu lalu menjadi diri sendiri di saat ini dan mau melepaskan diri dari keterikatan masa lalu masuk ke dunia kini.

Manusia Papua masuk ke dunia kini tidak harus melepaskan masa lalu secara total melainkan masa lalu menjadi dasar untuk menentukan keberadaan manusia Papua di masa kini dan demi masa depan. Demikian karena masa lalu merupakan masa sekarang yang tidak ada sekarang yang sudah berlalu. Masa yang akan datang merupakan masa sekarang yang belum terjadi. Oleh karena itu masa sekarang berawal dari masa lalu dan masa akan datang adalah masa sekarang yang perlu disiapkan. Dengan persiapan yang disiapkan dapat menjadi landasan untuk masa depan yang baik terutama masa globalisasi yang sedang diambang pintu atau sedang terwujud di dahapan manusia Papua. Apakah manusia Papua mampu meniggalkan masa kini dan menghadapi masa depan? Kita rupanya berani meninggalkan masa kini dan menghadapi masa yang akan datang tetapi juga tidak mau meninggalkan masa kini karena saat ini membahagiakan. Kalau kita meninggalkannya apakah kita berani? Saya yakin kita berani meninggalkannya yang terbukti dari kebiasaan hidup yang serba baru. Dengan ini saya takut dan khawatir kita melupakan diri kita yang autentik dan masuk ke dalam identitas kita yang sedang dimanipulasi melalui teknologi dan budaya teknologi yang berkembang. Kalau demikian, manusia Papua hendak kemana? Arah maju manusia Papua belum jelas. Manusia Papua ada dalam arah ke depan yang tidak jelas. Manusia papua ada dalam kebingungan dengan mendefinisikan dirinya dalam identitas yang sedang dimanipulasi melalui tawaran-tawaran hidup yang serba instant yang terselubung dalam teknologi dan pemekaran wilayah. Maka harus melalui proposal, palang - memalang atau pungut-memungut liar, menyampaikan suatu keiginan dengan mengkonsumsi alcohol, berdemontrasi di jalan, di kantor. Demikianlah kehidupan manusia Papua sekarang yang ada dalam manipulasi.

Manusia Papua kini ada dalam situasi binggung karena ada dalam dan sedang memanipulasi indentitasnya yang autentik. Dan manusia Papua benar-benar tengelam dalam situsi identitas yang dimanipulasi itu. “Manusia yang autentik tegelaman atau tereduksi ke dalam massa” (Kierkegard). Dengan ini dapatkan manusia Papua mengembalikan dan mempertahankan indentitasnya yang autentik sejak saman primodial yang semakin mendegradasi itu?. Pertanyaan ini kita bisa menjawabnya ya. Mengapa demikian? Apakah manusia Papua mampu membendung arus modernisasi yang pesat dengan melarikan diri atau menutup diri dengan perkembangan yang ada? Jawaban pertanyaan ini sudah dikemukan oleh supardi suparlan. Bukan, bukan itu melainkan manusia Papua dapat melakukanya dengan menyadari dirinya. Pertanyaan untuk itu adalah dari mana aku datang? Seorang filsuf yang pesimis dengan perkembangan teknologi J.J Rousseau mengatakan manusia modern harus kembali ke alam demi mempertahankan identitas diri. “Kemajuan seni dan ilmu pengetahuan bagi manusia bukan kemajuan melainkan kemerosotan dan keterasingan”. Manusia Papua ada dalam kemerosotan identitasnya. Rambutnya yang sedang diluruskan dengan cat ini atau itu. Rambut manusia bukannya tembok yang perlu dicat, merah dan kuning. Ini merupakan menghina diri atau penghinaan. Lagu yang dinyayikan Edo berjudul keriting rambut, hitam kulit aku Papua merupakan wujud ekpresi sebagai orang yang memiliki dan menjaga orisinalitas Papuanya.

Oleh karena itu, manusia Papua harus kembali ke orisinalitas hidupanya dan memelihara indentitasnya. Kembali ke alam apa ruginya? Kerugian tidak ada yang ada hanyalah keuntungan karena dapat mempertahnkan identitasnya di dunia modern dan di antara dunia yang tidak mampu mempertahankanya. Ini bukan berarti kita menghindari manipulasi identitas manusia Papua dengan perkembangan yang ada. Bagaimana kita harus menentukan sikap sendiri untuk menjaga dan menghadapi tawaran dengan pertanyaan aku hendak pergi dan memulai dari mana? Ke masa depan dalam identitasnya yang autentik. Untuk itu, manusia Papua harus melihat masa lalu dan kini dengan suatu kesadaran. Kesadaran diri bertolak dari kebiasaan hidup manusia Papua di masa lalu. Manusia harus dan perlu meninjauh kehidupan masa lalu demi kehidupan manusia Papua yang autentik di masa depan dan juga kini yang sedang mendegradasi.

Manusia Papua tidak perlu binggung mencari indetitas yang sedang terkikis itu. Kehidupan manusia Papua yang autentik sudah dipermahlumkan oleh para leluhur dalam mitos-mitos. Dalam cerita nakmarugi sudah dipermahlumkan : “aku tidak berasal dari mana-mana melainkan aku dari sini dan disini”. Orang Papua ada di sini dan dari sini dan ada sepeprti ini. Dengan demikan manusia Papua menjadi manusia Papua sejati (marin-animha = manusia muyu sejati). Kalau akan sadar akan dirinya seperti manusia Papua yang autentik, manusia Papua hendaknya memperlihatkan dirinya secara total kepada orang lain sebagaimana manusia Papua ada. Dengan memperlihatkan diri kepada orang lain, orang Papua membuka diri kepada orang sebagai manusia yang membutuhkan orang lain. Saya membutuhkan kamu dan kamu membutuhkan saya. Sep depep ne depa. Artinya, “Kamu pegang saya dan saya pegang kamu”. (mitos penciptaan manusia Aplim Apom)

Dengan demikian manusia Papua membuka diri terhadap modernisasi berlandasarkan konsep persaudaraan yang sudah dibangun lama dan dengan menentukan sikap sendiri sebagai filter budaya tanpa mau ikut-ikutan dalam manipulasi identitas melalui modernisasi dan pemekaran yang sedang berlangsung dan maju menghadapinya dan menjadi diri yang autentik.

Tidak ada komentar: