berita

Source: http://www.amronbadriza.com/2012/07/cara-membuat-judul-blog-bergerak.html#ixzz2HGOAa7ZG

Rabu, 25 April 2012

PEMERINTAH GAGAL MELINGDUNGI ANAK

Pemerintah Papua Membiarkan Anak Asli Papua Menjadi Buru Di Negeri Sendiri.

Oleh Tuan Yentaip Almung

Anak-anak papua yang juga merupakan generasi penerus bangasa papua dan Indonesia pada umumnya. Anak-anak papua juga memiliki hak belajar yang sama dengan anak-anak lain di Indonesia bahkan dunia. Orang tua maupun Pemerintah setempat membiarkan anak-anak asli papua begitu saja bekerja keras atau menjadi buru padahal mereka punya hak untuk sekolah. Kebanyakan anak-anak papua menjadi pekerja buru.pada hal pemerintah sudah membuat peraturan perlindungan pekerja anak ,dalam undang –undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak,dan undang-undang nomor 1 tahun 2002 tentang pengesahan International labour organization (ILO) nomor 182 mengenai pelanggaran dan tindakan segera penghapusan bentuk pekerja buruk untuk anak (Selamatkan anak papua oleh Ramida HF Siringoring).
Setelah kami membaca artikel yang di muat oleh Sirinogoringo, kami sangat setuju dengan pendapat beliau karena apa, di lihat dari realitas anak-anak papua saat ini bahwa pemerintah papua tidak memperhatikan pendidikan anak dengan baik sehingga itu menyebabkan banyak anak-anak asli papua yang seharusnya bersekolah menjadi penganggur dan menjadi buru di negeri sendiri. Oleh karena itu, bagaimana pemerintah papua menyikapi masalah tersebut supaya pengangguran anak-anak asli papua berkurang dan meningkatkan mutu pendidikan anak-anak asli papua yang berkualitas
.
Muncul pertanyaan bahwa untuk apa undang-undang perlindungan anak dibuat ? Dan untuk apa tujuanya ? Apakah pemerintah papua sudah menjalankan atau sedang menjalankan sesuai dengan undang –undang yang telah di buat ?
Hal-hal ini kita harus kembali melihat kepada pemerintah daerah apakah pemerintah daerah sudah menjalankan atau belum menjalankan ,jika belum, maka tindakan yang kita ambil adalah mendemonsterasikan pemerintah daerah agar mereka mengambil suatu kebijakan untuk membuat suatu organisasi social sehingga dengan ini bisa membantu orang tua yang kurang mampu membiayai anak agar pemerintah bisa membuka peluang bagi anak-anak asli papua yang kurang mampu dalam ekonomi. Salah satu factor utama yang mempengaruhi anak tidak bersekolah adahah faktor ekonomi. Faktor ekonomi ini yang mempengaruhi kurang adanya dukungan orang tua terhadap anak sehingga anak yang ingin maju menjadi gagal karena akibat dari faktor-faktor di atas menghambat pendidikan anak asli papua. Anak-anak di papua ada yang tinggal bersama orangtua dan ada juga yang tinggal bersama orang lain untuk membantu keluarga lain dan kelurga tersebut akan membantu biaya sekolah dan kebutuhan sehari-hari si anak. Ada juga yang tinggal di guguk-gubuk bersama orang di tanah orang bersama teman-temannya, mereka berpindah-pindah pekerjaan antara lain menjadi pembantu rumah tangga, pembersih kebun, pemecah batu dan kadang tukang ojek. (Siringoringo). Bagaimana pandangan pemerintah daerah terhadap anak-anak asli papua yang hanya menjadi tukang mencuci piring di rumah orang lain, menjadi pembersih kebun di kebun orang lain dan menjadi tukang ojek liar di jalanan. Jika cara ini masih belum bisa di atasi atau di perbaiki bagaimana nasib pendidikan anak-anak asli papua di masa yang akan datang.
Dana otonomi khusus membuka kesempatan bagi orang papua untuk menghasilkan sumber daya manusia papua yang siap membangun papua kedepan.Namun, di lihat dari kenyataan bahwa dana otonomi khusus tidak di gunakan sesuai tujuan dalam arti untuk membangun SDM, contoh konkrit yang pemerintah harus di perhatikan adalah beberapa bulan yang lalu pemerintah mengirimkan putra daerah ke luar negri untuk belajar, namun tidak lanjut karena dengan alasan bahwa kekurangan dana sehingga mereka harus kembali menjadi penganggur.
Jika pendidikan sebagai hak dasar setiap anak, pemerintah harus meneggakan kembali undang-undang perlindungan pekerja anak guna mencegah pekerja anak ( pekerja terburuk) dalam dunia anak khususnya di papua. Dengan demikian, jumlah pekerja anak di papua dapat diturunkan.

Penulis adalah Mahasiswi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2010/2011

Tidak ada komentar: