Oleh Fransiskus Kasipmabin*
“
Didalam masyarakat, mahasiswa berdiam maka banyak persoalan yang akan tumbuh subur”
Arnold Up
Aplim Apom Dibawa Kemana?
Puluhan tahun yang lalu masyarakat Pegunungan Bintang merindukan suatu harapan akan suatu perubahan, harapan akan mengenal dunia luar, harapan akan mengenal pembangunan, harapan akan mengenal kesejahteraan ekonomi, kesehatan, harapan akan mengenal pendidikan bagi dirinya dan anaknya dan sejuta harapan yang dinantikan oleh masyarakat Ngalum, Kupel, Morop, Kambom, Kimki/Lepki. Harapan sejuta harapan itu mulai Nampak seketika diberikannya otonomi khusus bagi provinsi papua. Pada masa itu tidak banyak anak-anak asli pegunungan bintang (oksibil, Kiwirok, Apmisibil, Kupel) yang sekolah bahkan kuliah sekalipun. Beberapa anak daerah yang selesai sarjana dan bekerja di wamena ibukota jayawijaya adalah harapan mereka (masyarakat) untuk memberikan yang terbaik di tanahnya sendiri atau merekala yang menjadi tuan di atas tanahnya sendiri. Impian tersebut kini telah terwujud. Para intelektual pegununungan bintang (Oksibil, Apmisibil, Kiwirok) berupaya untuk mendorong agar dilakukannya pemekaran kabupaten baru berdasarkan UU tahun 2001 otonomi khusus bagi provinsi papua. Mereka mencetuskan sebuah nama kabupaten yang bernama “kabupaten pegunungan bintang” yang berasal dari bahasa daerah adalah Aplim Apom”. Mengapa mereka memberikan nama Pegunungan Bintang? Apa alasan yang mendasari sehingga memberikan Pg.Bintang. Kenapa tidak