berita

Source: http://www.amronbadriza.com/2012/07/cara-membuat-judul-blog-bergerak.html#ixzz2HGOAa7ZG

Senin, 04 Oktober 2010

MEMBUKA DIRI MENATAP MASA DEPAN

Ketika belum terbentuknya kabupaten pegunungan bintang, kota oksibil memiliki kota tertua di Papua (red,catatan kaki/ucap bapak Handoko) yang mempunyai keunikan tersendiri yang harus dikembangkan dan di gali oleh orang-orang muda Pegunungan Bintang. Baik dari berbagai segi yang musti diekspos keluar untuk mengetahui dunia lain atau luar negeri maupun manca negara. Namun selayaknya dan lebih baik orang asli pegunungan bintang yang mempunyai kemampuan dan tahu tentang sejarah Pegunungan Bintang yang digali dan diekspos melalui media-media. Kota tertua, musti memiliki banyak pengalaman dan sejarah masa lalu yang harus dikembangkan dan atau didokumenkan. Mengapa orang barat (Belanda) masuk di oksibil sebagai sentaral pengembangan dan pelayanan masyarakat didaerah pegunungan dan wilayah selatan merauke. sejalan dengan pengembangan wilayah di daerah oksibil, iwur, kiwirok, dan apmisibil dari misionaris dalam pelayanan firman Tuhan. Pengembangan dalam bidang pendidikan pun telah membuka jalan pembebasan masyarakat terisolir di daerah ini. Dengan membuka sekolah didikan belanda untuk menyekolakan anak-anak pada saman itu. Didikan Belanda pada kesiapan SDM sangat bagus dalam skil dan kemampuannya.
Dalam kesiapan SDM wilayah Ngalum sangat banyak untuk mengemban cita-citanya, mereka yang dikhususkan untuk mengenjam pendidikan diantaranya sekolah pendidikan guru (SPG), SGO, dan lain sebagainnya. Pada sampai kini perkembangan dan kultur masyarakat pegunungan bintang belum mengeksposkan ke luar melalui media-media terkait. Para elit-elit dari pegunungan bintang kini belum muncul, walaupun kemampuan dan krediblitas para intelektual dari daratan tingggi ini sangat membantu dalam percepatan perkembangan di tanah papua. Seketika kabupaten Pegunungan Bintang menjadi kabupaten defenitif daerah ini belum muncul di muka public. Tetapi dibalik itu banyak perkembangan yang harus diakui baik dari segi kesuksesannya, dan ketidaksuksesanya. Bahkan banyak masalah yang dihadapi di pegunungan bintang tetapi belum dipublikasikan melalui media-media yang ada. Hal tersebut terbukti ketika website pegunungan Bintang diluncurkan pada beberapa tahun silam, belum ada orang yang mengapdet berita di website tersebut. Setitik terjang perkembangan apapun seharusnya dipublikasikan lewat media-media yang ada. Sehingga orang lain juga perluh dipahami dan mengetahui semua aspek yang dikembangkan oleh masyarakat, lembaga adat, pemerintah, LSM di tanah Aplim Apom.
Melihat sejumlah pionir diatas kami mencoba memaparkan sepengkal informasi. Pada hari kamis tanggal 14 juli siang hari yang panas sekitar jam 1.00 siang waktu Yogyakarta, saya dengan rekan saya Antoni hendak menemui Bapak Handoko selaku atau pemilik percetakan pena persada yogyakarta. Kami menemui bapak ini di ruang tamu. Beliau senang melihat kami dan ia langsung kenal kami dan berkata bahwa “kamu orang pegunungan bintang kan”ucapnya. “Ya pak” menyapanya. Ia tahu karena sifat orang pegunungan bintang beliau tahu karena sudah lama mengenal bapak Spey Bidana. Kami hendak duduk di tempat tamu yang dikelilingi oleh kursi sova. Pada kesempatan yang baik itu kami ngomong-ngomong menyangkut perkembangan di pegunungan bintang. Lalu ia mengatakan bahwa “beberapa hari yang lalu saya sempat membuka situs website pegunungan bintang, tetapi ga ada berita baru yang mengapdet atau muat di website itu, yang saya lihat hanya tahun 2007-2008 saja. Sebenarnya perkembangan sekecil apapun harus setiap saat atau hari,perminggu atau per bulan harus mengapdet, sehingga kami yang jauh yang peduli terhadap perkembangan pembangunan dan peningkatan SDM di pegunungan bintang kami bisa mengetahuinya. Lebih baik, jika Anda mahasiswa/pelajar pegunungan Bintang yang kuliah di seluruh Indonesia bisa ikuti perkembangannya. Saya sangat senang melihat perkembangan pegunungan bintang karena lebih khusus Oksibil adalah kota tertua di papua, saya pernah melihat di buku yang ditulis oleh orang belanda, mereka menulis pada cacatan kaki, saya pernah baca kata kota oksibil. Muda-mudahan saya bisa melihat secara langsung dengan mata saya” ucapnya.
Kami hendak menanyakan menyangkut harga percetakan buleting atau majalah yang biasanya terbit. Ia menjelaskan bahwa harga majalah 9000/lembar sekaligus dengan fullclor atau berwarna dan memberikan criteria-kriteria yang lainnya. Menyangkut majalah KOMAPO News, Bapak merespon positif, dan ia berkata bahwa “ saya mendukung majalah kalian, kami coba usahakan untuk edisi ketiga nanti majalah ini bisa memiliki nomor ISSN sehingga majalah Anda bisa akui agar tidak ada interfensi dari para konsumsi majalah. Dan bahkan pula kita fokuskan untuk titik-titik pemasaranya meliputi tingkat mahasiswa papua di Indonesia, memasarkan ke seluruh masyakat papua pada umumnya dan khususnya pegunungan bintang, para menteri-menteri di pusat, agar mereka bisa mengetahui pemikiran kita. Dan kedepan juga kita usahakan untuk majalah ini memiliki donatur yang tetap, sehingga dalam pengelolaan manajemen keuangannya tidak tersendat. Selain itu ia berpesan kepada badan pengurus majalah untuk meminta waktu dalam memberikan materi menyangkut manajemen pengelolaan dalam menunjang pengembangan majalah kedepan” ucap bapak Handoko salah satu staf khusus kementrian dalam negeri republic indonesia.(Frans).

BIMBINGAN KLASIKAL DAN INDIVIDUAL PRODI PENDIDIKAN AKUNTANSI UDS

RTA- Seusai liburan panjang selama dua bulan lebih, kini mahasiswa universitas Sanata Dharma sedang sibuk untuk pengisian kartu rencana study (KRS) di setiap program studi. Pada tanggal 10 agustus 2010, mahasiswa pendidikan akuntansi angkatan 2009 mengadakan bimbingan klasikal dan individual di ruang k/36. Dosen pembimbing oleh Rita Eny Purwanti dan Bambang Purnomo. Dalam pengarahannya Rita menyampaikan bahwa “mahasiswa wajib hadir untuk mengikuti bimbingan klasikal. Setelah mengikuti bimbingan klasikal dilanjutkan dengan bimbingan individual dengan dosen pembimbing akademik masing-masing. Diantaranya Rita kelas A dan Bambang kelas B. Mahasiswa diminta mempertimbangkan dan mencermati mata kuliah yang akan diambil berdasarkan IP yang dicapai pada semester 2 ditambah dengan mata kuliah persyaratan”ucap Eni Purwanti, dosen pembimbing akademik kelas A angatan 2009.
Ia menambahkan juga bahwa “ dalam mempertimbangkan pemngambilan mata kuliah, mahasiswa wajib mengambil mata kuliah yang ditawarkan di kelas paketnya, setelah itu mahasiswa diperkenankan untuk mengambil mata kuliah yang ditawarkan pada semester bawah atau atas. Untuk pengisian BRS on line mahasiswa wajib hadir sebelum 15 menit, keterlambatan pengisian BRS on line sepenuhnya tanggung jawab mahasiswa yang bersangkutan. Resiko ketidak hadiran mahasiswa mengisi BRS on line adalah mahasiswa tidak dapat mengambil mata kuliah meskipun mata kuliah tersebut ditawarkan dalam paket semsternya. Untuk pengisian BRS on line oleh mahasiswa yang bersangkutan didasarkan pada blangko KRS yang telah disetujui oleh dosen pembimbing akademik. Setelah selesai pengisian BRS on line mahasiswa wajib memastikan mata kuliah yang akan diambil menurut data Print Priview computer dengan ditulis form KRS. Jika mata kuliah yang ditulis berbeda, maka mahasiswa bisa membetulkannya. Selain itu, jika kapasitas kelas terpenuhi maka bisa daftarkan diri di sekertariat. Diinformasikan bahwa untuk pengisian BRS on line dilaksanakan pada tanggal 13 agustus 2010 di ruang LKD 2 USD” ucap Rita. (Frans).

HARGA BARANG MELEBIHI “PEGUNUNGAN APLIM –APOM”

Tidak ada Campur Tangan Pemerintah Daerah Kabupaten Pegunungan Bintang

Sejalan dengan perkembangan pembangunan di kabupaten Pegunungan Bintang dalam berbagai bidang, masyarakat diharapkan mampu memaknai di berbagai segi. Masyarakat menyadari bahwa semua segi yang sedang dijalankan dan akan terjadi itu semua sangat baik apa adannya. Kebanyakan masyarakat berpikir bahwa melihat pembangunan fisik merupakan hal yang luar biasa dan dikatakan sangat maju dari ketertinggalan. Tetapi dibalik itu, masyarakat tidak menyadari bahwa pembangunan itu siapakah yang akan merawat, memperbaiki,dan akan menduduki sebagai anak daerah. Pembangunan dalam bidang fisik di pegunungan bintang sangat kelihatan, tetapi dalam bidang ekonomi terutama pemerintah menetukan harga barang sangat lamban. Pada akhir-akhir ini harga barang pasar di Oksibil sangat tinggi, apa lagi di kampong-kampong lain melebihi harga standar.
Pada hari minggu sore sekitar pukul 3.15 waktu Yogyakarta, ketika administrator wesite KOMAPO menghubungi salah satu warga di balusu, Oksibil kabupaten Pegunungan Bintang menyangkut kestabilan harga barang serta perkembangan ekonomi mikro di daerah Ia mengatakan bahwa “ harga barang di sisni (oksibil) sangat mahal. Harga barang yang sangat mahal berawal ketika terbentuknya kabupaten hingga sampai sekarang ini harganya sangat tinggi. Misalnya harga beras kotor di jayapura 4000/ kg kalo harga disini (oksibil) Rp 20.000/ kg sedangkan beras bersi di jayapura Rp 8000 kalo di oksibil 25.000, sehingga masyarakat disini mengeluh untuk membeli beras. Untungnya ada petatas (boneng) jadi, kami beli untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Barang-barang sekecilpun sama harganya naik misalnya supermi di jayapura 1000 di oksibil Rp 3000 kalo di kampong-kampung sekitar Rp 5000-an, harga ayam kulkas di jayapura Rp 20 000-an di oksibil sebesar Rp 60 000-an ke atas tergatung besar kecilnya ayam es” ucapnya Elias. Mengapa para pedagang menaikan harga barang? salah satu alasan utama para pedagang mengucapkan adalah karena harga timbang atau harga pesawat juga mahal untuk mengangkut barang dari jayapura ke oksibil. Untuk mengangkut barang hanya transportasi udara saja jadi harga timbang naik. Harga timbang jayapura –Oksibil kalo dulu Rp 23 000/kg kalo sekarang tidak tau, sehingga kemungkinan besar mereka menaikan harga barang” tutur elias kasipmabin.
Ditanyakan menyangkut pedagang-pedagang lokal yang menjual sayur-sayuran dan berupa umbi-umbian ia mengatakan “ harga barang lokal juga sama, mama-mama yang jual sayur dengan harga Rp 5000 -10,000/ ikat (bungkus) sayur topinong, sayur gol Rp 15.000-20.000-an/buah sedangkan petatas Rp 10.000/kg (tumpuk) yang terdiri dari 3-4 buah saja. Untuk menentukan harga tergantung besarnya jumlah ubi yang ditumpuk. Alasan utama mama-mama pedagang lokal yang menjual sayur dan boneng adalah karena kami tidak membeli garam satu bungkuspun dengan harga Rp 5000 karena harga garam sekitar Rp 6000-an keatas makanya kami menentukan harga demikian. Selain itu mama yang bawa dari kampong-kampong memiliki medan yang jauh sehingga meraka menaikan harga”tambah lagi.
Wao..lalu posisi pemerintah daerah di mana? Lalu apa langkah-langkah yang diambil pemerintah untuk menanggulangi hal ini? Ia mengatakan “tidak lain adalah pemerintah membantu masyarakat untuk mengirim barang dari daerah lain di Indonesia untuk menambah stok di pegunungan bintang. Dan selain menambah barang, pemerintah perluh mengamil langkah untuk mengurangi harga pasar. Sehingga masyarakat di pegunungan bintang bisa menghidupi kebutuhan sehari-harinya. Pemerintah daerah melindungi para konsumen di pegunungan bintang, juga perlu melindungi produsen atau para pedagang yang mengirim barang dari jayapura atau kelak nanti dari merauke. Dengan cara menetapkan harga pasar sesuai dengan kondisi dan lingkungan sekitarnya”. Katanya. (Frans).

SINGKORONISASI ADAT DAN GREJA DALAM PEMBANGUNAN PEGUNUNGAN BINTANG

YOGYAKARTA-Berdasarka informasi yang disampaikan oleh sekretaris KOMAPO News, menyangkut pertemuan badan pengurus dalam hal menyampaikan penjelasan keuangan oleh bendahara dan menentukan tema untuk edisi ke tiga. Pada hari minggu pada tanggal 8 agustus 2010 mengadakan pertemuan di kantin realino Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pukul 4.00 sampai selesai yang dipimpin langsung oleh sekretaris redaksi KOMAPO News saudara Ramces Ningmabin. Agenda pertama yang dibicarakan pada sore hari itu adalah masalah keuangan. Masalah keuangan memberikan waktu kepada bendahara untuk menyamapikan seputar keuangan dalam menunjang majalah KOMAPO ke depan. Saudara bendahara menyampaikan bahwa “ untuk masalah keuangan yang otomatis merupakan hal pokok dalam pengembangan kedepan. Maka kami mau menyampaikan bahwa untuk mau menyampaikan pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang membantu kami dalam hal keuangan lebih khusus untuk edisi pertama kami mengalami kesulitan, karena kami tidak mengambil bukti pembayaran dari percetakan. Sehingga tidak sempat membuat laporan pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang membantu kami. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini kami mau minta maaf kepada warga KOMAPO dan pihak Binterbusi yang merespon dalam percepatan penerbitan. Untuk edisi kedua ini kami mendapatkan dana dari satu pos yaitu dari Dekenat FKIP univesitas sebesar 3.000.000 (tiga juta), tetapi 50.000 (lima puluh ribuhrupiah) dipotong pajak PPH. Jumlah dana yang diterima ini berdasarkan surat permohonaan yang disampaikan oleh BPH KOMPO News pada satu bulan silam. Selain itu, bendaha menambahkan juga bahwa hasil penjualan edisi pertama berjumlah 800.000. Teman-teman yang membeli dengan kredit sampai sekarang belum melunasi utangnya sehingga kewalahan. Ironis lagi bahwa hasil pemasaran yang kami memasarkan di jayapura dan Pegunungan Bintang tidak ada tanda-tanda. Sejauh ini kami berusaha untuk mengubungi beberapa orang terdekat. Namun, belum tanggapi serius dari sana, sehingga harapanya bahwa kedepan kita bisa percayakan orang yang betul-betul untuk membantu kami dalam program kerja KOMAPO. Selain itu, responden di sana bisa bekerja dengan baik dan memberikan waktu luang pribadinya untuk bisa bersedia menjual majalah KOMAPO kedepan” ucap bendahara redaksi majalah KOMAPO News saudara Fransiskus Kasipmabin di sela-selah pertemuan. Masalah keuangan juga ditambahkan oleh ketua sekjen KOMAPO adalah salah satu anggota dari layaut mengatakan bahwa “ sebenarnya uang untuk pengembangan kegiatan KOMAPO seperti pengembangan majalah mestinya ada tetapi teman-teman yang meminjamnya sampai sekarang ini belum mengembalikan sehingga kami tidak sempat membantunya. Dan juga teman-teman yang meminjam uang dari KOMAPO News untuk membayar administrasi pelatihan jurnalistik dari BERNAS Jogja semestinya harus dikembalikan. Karena uang yang kita pakai itu bersifat pinjaman. Semoga kedepan teman-teman dapat mengembalikannya” kata Melkior Sitokdana. Berkaitan dengan keuangan majalah KOMAPO News ketua KNPI Kabupaten Pegunungan Bintang menyumbangkan lima juta.
Pada agenda kedua, membicarakan menyangkut penentuan tema untuk edisi ke-3. Sekretaris sebagai pemandu acara dalam rapat tersebut memberikan kesempatan kepada teman-teman anggota lain untuk menyampaikan bentuk tema seperti apa yang diharapkan dan beserta alasannya. Dari beberapa teman yang hadir di situ salah satunya Akis ia menyampaiakan tema tentang Ekonomi baik ekonomi makro maupun ekonomi mikro, dan ia memberika alasanya, ada yang mengatakan “mengarap tentang bidang pertanian di Pegunungan bintang beserta solusinya”, Melkior mengatakan singronisasi adat dan greja dalam pengembangan pembangunan pegunungan bintang. Setelah teman-teman yang hadir disitu mengemukakan judul yang diinginkan, beserta memberikan alasan atas tema yang dipilih itu. Sekitar empat orang yang mereka mengemukakan singkorong dengan apa yang disampaikan oleh Melkior sehingga porum mengatakan bahwa tema untuk edisi ketiga adalah seperti apa yang terpampang di judul yaitu “singkonisasi adat dan greja dalam pembangunan Pegunungan Bintang. Dan untuk masalah ekonomi yang diajukan oleh sebagian teman disimpan untuk edisi berikut. Selesai penentuan tema, agenda berikut adalah menentukan waktu untuk batas pengumpulan artikel. Untuk batas pengumpulan artikel forum menyepakati bahwa tanggal 15 september, tanggal 16 sampai tanggal 28 mengedit tulisan. Pada tanggal 1 oktober sampai tanggal 7 oktober 2010 diserahkan ke grafis untuk dimasukan kedalam koreldarw. Pada tanggal 8 sampai 9 oktober diserahkan ke percetakan. Sedangkan syrat-syarat yang lain akan menyusul setelah revitalisasi badan pegurus nanti. Dan akan disampaikan memalui website KOMAPO, Facebook, dan memalui surat edaran keseluruh anngota KOMAPO khususnya dan masyarakat Pegunungan Bintang pada umumnya. (Frans).

MEMBUDIDAYAKAN PAKAIAN ADAT KOTEKA

Oleh Fransisikus Kasipmabin*


Pakaian adat yang biasannya dipakai setiap daerah merupakan bagian dari identitas suku bangsa daerah tertentu. Sampai sekarang inipun, setiap daerah mempertahankan pakaian daerahnya walaupun sebagian besar terkikis oleh pakaian modern misalnya di daerah Yogyakarta mempertahankan pakaian daerah serta tradisi yang diturunkan oleh nenek moyang mereka Hal ini merupakan sangat penting karena dengan pakaian daerah, bahasa, tradisi daerah mempertahankan harkat dan martabat bangsa Indonesia di mata dunia. Beberapa bulan yang lalu pemerintah Indonesia mengalami kegoncangan dengan adanya isu eksploitasi dan mengadopsi tarian dan pakaian adat yang ditiru dan atau diambil oleh pemerintah Malaysia. Ini merupakan salah satu contoh ketidaksiapan dalam melindungi berbagai pakaian local yang ada di Indonesia.
Provinsi papua juga memiliki beberapa pakaian adat yang berbeda-beda yang dimiliki oleh setiap suku yang tersebar di seluruh tanah Papua dan Papua Barat. Orang papua biasannya mengatakan bahwa ada dua model pakaian tradisional selama ini ditafsirkan dengan konteks yang berbeda. Namun itu semuanya unik dan membanggakan bagi masyarakat malaynesia yaitu diantranya pakaian adat pantai dengan pakaian adat pegunungan. Maka pada bagian ini penulis mau menggarap tentang pakaian koteka. Dengan demikian, sebagai regenerasi penerus bangsa papua musti mengetahui dan dapat dipelajari tentang nilai-nilai koteka, manfaat koteka, serta melestarikan koteka di abad 21 ini.
Menurut kamus bahasa Indonesia koteka adalah merupakan pakaian untuk menutup kemaluan laki-laki dalam sebagian besar penduduk asli papua. Koteka terbuat dari kulit labu berair. Isi dan biji labu tua dikeluarkan dan kulitnya dijemur. Secara berbeda- beda masyarakat di daerah Pegunungan Bintang, masyarakat biasanya membakar buah labu yang tua didalam debu panas dan mengeluarkan isinya. Secara harfiah, kata ini bermakna "pakaian", Sebagian suku pegunungan Jayawijaya menyebutnya holim atau horim, suku Ngalum biasa menyebut Bong, suku Ketengban menyebutnya balape atau balapu. Secara kronologis koteka di Pegunungan Bintang bentuknya sama yaitu panjang dan pendek.
Menurut bapak Hironimus Bamulki ketua adat sub distrik Oksibil, Iwur, Pepera mengatakan bahwa dari enam suku besar di Aplim apom pakaian adat (bong) diciptakan dan diberikan kepada marga-marga terkemuka diantaranya uropmabin (pertama), kasipmabin (kedua), kakyarmabin (ketiga), kalakmabin (keempat/bungsu). Sekaligus memberikan sejumlah perlengkapan dan peralatan misalnya anak panah dan busur, kampak batu, tiva, japet atau gelang, noken (tas) papua dan unom (jawat) bagi kaum perempuan, sehingga masyarakat Pegunungan Bintang meyakini bahwa semua itu diciptakan oleh “Atangki” (Tuhan Allah) dan memberikan kepada umatNya yang tersebar diseluruh tanah Aplim Apom. Dari keturunan pertama sampai keturunan ke tuju pernah memakai koteka, sedangkan angkatan kalian adalah keturunan ke 8.
Tidak sebagaimana anggapan umum, ukuran dan bentuk koteka tidak berkaitan dengan status pemakainya. Ukuran biasanya berkaitan dengan aktivitas pengguna, hendak bekerja atau upacara. Banyak suku-suku di papua dapat dikenali dari cara mereka menggunakan koteka. Koteka yang pendek digunakan saat bekerja , dan yang panjang dengan hiasan-hiasan digunakan dalam upacara adat. Selain itu biasa digunakan pada saat-saat acara tarian adat. Namun demikian, setiap suku memiliki perbedaan bentuk koteka. Orang Ngalum misalnya, menyukai bentuk labu yang panjang dan pendek melingkari, orang Dani menyukai besar, orang Tiom menyukai besar tapi bentuknya dua.
Dalam konteks orang Pegunungan Bintang pada khusunya dan pada umumnya wilayah pegunungan memiliki kearifan yang sama dalam tata cara praktek kehidupan seperti penggunaan koteka. Pemakaian koteka menurut orang Ngalum biasanya berbeda-beda. Koteka ukuran boca berbeda dengan ukuran dewasa. Biasanya orang tua mengajarkan koteka pada saat umur 6-13 tahun. Dengan harapan bahwa anaknya mampu membuat koteka sendiri. Untuk menunup alat kemaluan pria dengan koteka, beberapa alat bantu yang seharusnya dibuat. Diantranya menahan koteka dengan tali khusus yang dibuat dari kulit kayu. Cara memasang yaitu melubangi pada koteka dan memasangkannya. Agar tidak sakit pada alat kemaluan, lubang koteka dihiasi dengan bongmip atau gelang yang terbuat dari daun buah merah yang masi menta. Cara memakai koteka yang baik dan benar seperti biasannya diajarkan oleh orang tua. Cara memakai koteka menunjukan kepawaian dan kepribadian seorang laki-laki. Tubuh yang kekar bagi seorang pria berkoteka adalah idaman seorang wanita suku Pegunungan Tengah seperti suku Ngalum, kupel, Dani, Mee dan beberapa suku terpencil di daerah pedalaman papua. Agar penampilan seorang pria lebih perkasa dan berwibawa, seluruh bagian kulit lebih khusus di betis dan lengan dihiasi dengan gelang, masyarakat Dani seluruh tubuh kulit luar termasuk rambut dilumuri minyak babi agar kelihatan hitam mengkilat dan licin bila terpanggang matahari. Lemak babi itu dioleskan di wajah, pinggang, kaki, dan tangan. Biasanya dipakai pada saat pergelaran pesta adat seperti bakar batu.
Tidak ada literatur yang menyebutkan, sejak kapan suku- suku asli Papua mengenakan koteka. Sejak petualangan bangsa Eropa datang ke daerah itu, kaum pria dari suku–suku di Pegunungan Tengah (Jayawijaya, Puncak Jaya, Paniai, Nabire, Tolikara, Yahokimo, dan Pegunungan Bintang) sudah mengenakan koteka. Orang pertama yang membawa pakaian di kabupaten pegunungan bintang, tepatnya Oksibil adalah orang Belanda yang bernama pastor Paderparer pada tahun 1959. Pada tahun 1970 bisa memakai pakaian. Bagi orang luar, Koteka dinilai sebagai salah satu bagian dari kemiskinan dan keterbelakangan. Koteka bukan pakaian. Pria yang mengenakan koteka dilihat sebagai pria telanjang dan tidak beradab. Tetapi, dari sisi orang Papua, koteka adalah pakaian resmi orang Papua. Jangan heran jika masyarakat memakai koteka, ketika pada saat penjemputan, atau acara-acara besar-besaran.
Anti Koteka
Secara bertahap, sosialisasi mengenai gerakan pemberantasan koteka pun mulai digalakkan. Gubernur Frans Kaisepo (1964-1973) mulai menyosialisasikan kepada masyarakat mengenai pakaian yang sehat, sopan, dan bermartabat. Pada tahun itu pun masyarakat Pegunungan Bintang Bisa memakai pakaian. Kemudian dilanjutkan dengan kampanye antikoteka oleh Gubernur Soetran. Sosialiasi dilanjutkan Gubernur Acub Zainal, Gubernur Busiri Suryowironoto, dan Gubernur Isac Hindom. Pada masa pemerintahan Gubernur Barnabas Suebu (1988-1993) dan Yacob Pattipi (1993-1998) mulai dilakukan kampanye antikoteka di Pegunungan Tengah. Puluhan ton pakaian dijatuhkan di beberapa kecamatan dan kampung-kampung di Pegunungan Tengah yang merupakan basis koteka. Tetapi, kampanye antikoteka dengan cara itu tidak banyak membantu masyarakat koteka. Satu dua potong pakaian yang dibagi kepada masyarakat tidak bertahan lama. Pakaian itu dikenakan terus siang-malam, dan tidak dicuci sampai hancur di badan.
Ketika pakaian hancur, tidak ada pakaian baru sebagai pengganti. Kondisi geografis yang sangat sulit dijangkau, membuat mereka seakan-akan tetap terisolasi di tengah hutan. Tidak mengenal peradaban modern dan tidak tahu caranya mendapatkan pakaian. Mereka juga tidak tahu bagaimana cara merawat dan menjaga pakaian agar tetap awet di badan. Kampanye antikoteka tidak disertai pembangunan infrastruktur yang menghubungkan masyarakat kota dengan masyarakat terisolasi sehingga tidak banyak membawa perubahan. Ada kesenjangan cukup besar antara masyarakat kota yang sebagian besar dihuni warga pendatang dengan masyarakat pedalaman yang dikuasai penduduk asli.

Sumber:
Wawancara ketua adat Sub Distrik Oksibil, Iwur, Pepera, http://www.infopapua.com (Berbagai sumber)
Penulis adalah Mahasiswa Universitas Sanata Dharma

DI PEGUNUNGAN BINTANG : GURU SD ALDOM MENINGGALKAN TUGAS SELAMA EMPAT TAHUN

Guru merupakan agen perubahan suatu bangsa. Melalui guru semua orang menjadi pintar, membuat orang menjadi bebas dari kebodohan, kemiskinan, keterbelakngan menuju kesuksesan dan atau kemerdekaan. Membebaskan dari segala ganjaran (penindasan) yang menjadi beban hidup selama seseorang masih hidup di dunia ini. Dengan demikian,sangatlah sulit untuk menjadi seorang guru. Maka selayaknya seorang guru yang betul-betul menjadi guru harus bekerja sesuai profesi yang dia miliki selama kuliah. Harapan guru harus mendidik anak-anak sesuai dengan hati yang tulus, hati yang sabar mendampingi siswa sehingga mereka betul-betul menjadi manusia susila.
Beda dengan salah satu sekolah dasar dari beberapa SD di pedalaman papua tepatnya di kabupaten Pegunungan Bintang yaitu SD Inperes Barwombung Aldom,kecamatan Pepera, Pegunungan Bintang ini pernah diresmikan oleh camat oksibil Jan L. Okoka S.SOS.pada tahun 1997/1998. Sebelum memulai proses belajar mengajar di SD baru itu, pada awalnya masyarakat menggalakan sebuah rumah barak yang dibangun bersama. Bangunan tersebut dibangun dengan kayu buah , dinding terbuat dari kayu belahan, atap ditutup dengan daun, kursi dibuat dari beberapa kayu yang diikat dengan rotan. Ruang kelas tersebut ada tiga ruangan. Satu ruangan digunakan untuk siswa kelas satu dan dua, ruangan kedua digunakan untuk siswa kelas tiga dan empat, sedangkan ruangan berikut dipakai untuk siswa kelas lima dan enam. Guru-guru yang mengajar pada waktu itu adalah mereka yang ikut paket A, yang putus sekolah dasar dari kelas tiga pada saman pendidikan masuk di wilayah pedalaman khususnya oksibil sekarang ibukota kabupaten Peg. Bintang.
Munjulnya pikiran baru tentang sekolah di kampong itu, selama bertahun-tahun hidup dalam keheningan atau primitive di parakarsai oleh karyawan departemen pendidikan dan kebudayaan (DEPDIKBUD) jayawijaya cabag kecamatan (distirik) oksibi, bapak Yanuarius Kakyarmabin. Ketika itu masyarakat dilanda persoalan politik local yang dinamakan OPM,sehingga orang-orang meninggalkan kampong halamannya dan mereka lari ke negra tetangga PNG. Masyarakat yang masih bertahan hidup untuk mempertahankan wilayah adat mereka adalah sekitar 12 kaka (kepala keluarga). Dengan melihat kondisi riil ini, bapak Yanuarius bergerak hatinya untuk membuka sekolah. Ia memberikan pemahaman menyangkut pentingnya pendidikan di kampong tersebut selama beberapa bulan. Maka mereka sadar akan pentingnya pendidikan, mereka berusaha membangun sebuah gubuk barak dan memulai proses belajar mengajar di sekolah itu. Geraldus Yawalka tamatan SMP negeri oksibil memimpin teman-temannya untuk mengajar setelah dia pulang dari perantaun. Angkatan pertama dari produk gubuk itu ujian sekolah di gedung baru sejumlah 12 orang dan mereka melanjudkan ke SMP negeri oksibil. Setelah beberapa tahun kemudian datanglah guru asli daerah tamatan PGSD Taruna Bakti jayapura yang bernama Ferdinand Bamulki, menggantikan Alex Bukweng G. Yawalka. Sedangkan Alex melanjudkan sekolah menengah atas di jayapura selama tiga tahun.
Kini semua siswa belajar di gedung baru yang diresmikan oleh camat oksibil tersebut. Guru- guru yang bertugas di SD Aldom ada sebanyak 6 guru, tetapi telah meninggalkan kampong itu. Penyebap meninggalkannya SD itu karena ada indikasi yang tidak layak dari Feri B kepada ke lima guru pendatang itu, sehingga mereka satu per satu telah meninggalkannya. Setelah beberapa tahun kemudian datanglah seorang kepala sekolah baru yang dipindakan oleh dinas pendidikan dan kebudayaan kecmatan oksibil dari iwur ke SD Aldom yang bernama Demi Uropmabin. Ia memulai karernya bersama Bamulki, kedua guru ini memulai mengajar selama beberapa tahun.
Gedung bercat putih dengan tiga ruangan belajar dan satu ruangan kantor, di belakang gedung jendela dibuat dari kaca, depan gedung sekolah dibuat dari kawat, dengan serambi lebar sekitar dua meter. Selain itu sejumlah pasilitas lainnya seperti 200 meja dan kursi, Sembilan rak buku dilengkapi dengan buku bacaan, buku mata pelajaran, dua belas papan tulis dan beberapa perlengkapan sekolah lainnya. Semuah itu tinggal kenangan sekitar empat tahun yang lalu. Kini kedua guru tersebut (Feri Bamulki sebagai wakil kepala sekolah dan Demi Uropmabin Kepala sekolah) SD INPRES Barwombung Aldom kini mengilang tanpa jejak, kemana mereka pergi tanpa ada tujuan yang jelas. Sekitar 50-an murid mereka datang menugu…… dan menung……..hingga menunggu bersama gedung besar bercat puti itu menanti kedatangan kedua guru sekolah dasar yang menghilang beberapa bulan silam. Kini satu tahun sudah lewat, bangunan SD fersi terbaik di distrik oksibil dan sekitanya itu telah lapuk dimakan oleh ulat dan belalang. Rumput dan pohon menemani gedung besar dan panjang seta menutupi serambi dan gedung, didalam ruangan menjadikan tempat peristirahatan babi peliharan warga.
Lapaoran semesteran dan tahunan di buat di jayapura dan sekitarnya bahkan menggelapkan uang operasional sekolah (BOS) belasan sampai puluhan juta rupiah dimakan oleh kedua guru tersebut. Laporan pertanggungjawaban penggunaan uangpun dibuat tanpa ada bukti yang jelas. Dua tahun suda berlalu tidak ada tanda-tanda segelintir guru yang membawa muka di hadapan masyarakat dan siswa. Mereka menanti datangnya guru- guru tetap itu, tetapi kedua guru tersebut tidak kunjung tiba. Murid yang menunggu bersama gedung besar selam dua tahun, sekarang satu per satu telah meninggalkan dan mencari nafkah sendiri, sebagian orang menetap di kampong sebagian pergi siswa ke kota untuk melanjutkan pendidikan.
Selama empat tahun sudah lewat, sekarang menjelang lima tahun, biaya operasional sekolah dan gaji buta dimakan oleh kedua guru, tetapi pemerintah daerah (dinas pendidikan )kabupaten pegunungan bintang tidak menanggapi serius bahkan melihat telapak mata. Namun jika kunjungan Dinas Pendidikan provinsi maupun pusat, dengan alasan yang tidak jelas dinas pendidikan kabupaten telah melakukan pembohongan besar. Hal ini bisa fatal jika cara kinerja serta kejujuran dalam pelaksanaan tidak ada keterbukaan diantara guru, dinas terkait seperti kabupaten maupun provinsi. Saya melihat data siswa siswi SD INPRES Aldom di website dinas pendidikan kabupaten Pegunungan Bintang sejumlah 37 siswa tidak benar, karena mereka yang melaporkan data ke pemerintah daerah tidak menetap dan mengajar dilapangan, itu data manipulasi atau data illegal. Sehingga diharapkan kepada pemerintah bahwa coba kaji ulang atas data fiktif yang disampaikan itu beserta pemakaian uang BOS selama empat tahun, uang tersebut dikemanakan saja. Jika terbukti bersalah dalam penyampaian data seta pemakaian uang, maka seluruh masyarakat desa Aldom beserta mahasiswa menyerahkan kewenangan kepada pihak terkait untuk mengani persoalan ini.
Empat tahun pembunuhan manusia-manusia Okpolsil dan sekitarnya yang di harapkan oleh pemerintah tidak ada lagi, mereka dibunuh dengan tidak etis. Langkah awal untuk mengangkat orang-orang bamulki yang memiliki kekuatan sendiri telah punah beberapa tahun yang lalu hingga kini masi tetap saja mempertahankannya. Saya sebagai anak Aplim Apom yang peduli terhadap pendidikan menyarankan bahwa mengaktifkan kembali sekolah dasar tersebut dan menjalankan sesuai dengan fungsi dan tugas guru, sehingga ke depan bisa menciptakan manusia-manusia yang memiliki kekuatan besar yang memegang kendali global.(Frans/co Administrator website komapo)

DI PEGUNUNGAN BINTANG : GURU SD ALDOM MENINGGALKAN TUGAS SELAMA EMPAT TAHUN

Guru merupakan agen perubahan suatu bangsa. Melalui guru semua orang menjadi pintar, membuat orang menjadi bebas dari kebodohan, kemiskinan, keterbelakngan menuju kesuksesan dan atau kemerdekaan. Membebaskan dari segala ganjaran (penindasan) yang menjadi beban hidup selama seseorang masih hidup di dunia ini. Dengan demikian,sangatlah sulit untuk menjadi seorang guru. Maka selayaknya seorang guru yang betul-betul menjadi guru harus bekerja sesuai profesi yang dia miliki selama kuliah. Harapan guru harus mendidik anak-anak sesuai dengan hati yang tulus, hati yang sabar mendampingi siswa sehingga mereka betul-betul menjadi manusia susila.
Beda dengan salah satu sekolah dasar dari beberapa SD di pedalaman papua tepatnya di kabupaten Pegunungan Bintang yaitu SD Inperes Barwombung Aldom,kecamatan Pepera, Pegunungan Bintang ini pernah diresmikan oleh camat oksibil Jan L. Okoka S.SOS.pada tahun 1997/1998. Sebelum memulai proses belajar mengajar di SD baru itu, pada awalnya masyarakat menggalakan sebuah rumah barak yang dibangun bersama. Bangunan tersebut dibangun dengan kayu buah , dinding terbuat dari kayu belahan, atap ditutup dengan daun, kursi dibuat dari beberapa kayu yang diikat dengan rotan. Ruang kelas tersebut ada tiga ruangan. Satu ruangan digunakan untuk siswa kelas satu dan dua, ruangan kedua digunakan untuk siswa kelas tiga dan empat, sedangkan ruangan berikut dipakai untuk siswa kelas lima dan enam. Guru-guru yang mengajar pada waktu itu adalah mereka yang ikut paket A, yang putus sekolah dasar dari kelas tiga pada saman pendidikan masuk di wilayah pedalaman khususnya oksibil sekarang ibukota kabupaten Peg. Bintang.
Munjulnya pikiran baru tentang sekolah di kampong itu, selama bertahun-tahun hidup dalam keheningan atau primitive di parakarsai oleh karyawan departemen pendidikan dan kebudayaan (DEPDIKBUD) jayawijaya cabag kecamatan (distirik) oksibi, bapak Yanuarius Kakyarmabin. Ketika itu masyarakat dilanda persoalan politik local yang dinamakan OPM,sehingga orang-orang meninggalkan kampong halamannya dan mereka lari ke negra tetangga PNG. Masyarakat yang masih bertahan hidup untuk mempertahankan wilayah adat mereka adalah sekitar 12 kaka (kepala keluarga). Dengan melihat kondisi riil ini, bapak Yanuarius bergerak hatinya untuk membuka sekolah. Ia memberikan pemahaman menyangkut pentingnya pendidikan di kampong tersebut selama beberapa bulan. Maka mereka sadar akan pentingnya pendidikan, mereka berusaha membangun sebuah gubuk barak dan memulai proses belajar mengajar di sekolah itu. Geraldus Yawalka tamatan SMP negeri oksibil memimpin teman-temannya untuk mengajar setelah dia pulang dari perantaun. Angkatan pertama dari produk gubuk itu ujian sekolah di gedung baru sejumlah 12 orang dan mereka melanjudkan ke SMP negeri oksibil. Setelah beberapa tahun kemudian datanglah guru asli daerah tamatan PGSD Taruna Bakti jayapura yang bernama Ferdinand Bamulki, menggantikan Alex Bukweng G. Yawalka. Sedangkan Alex melanjudkan sekolah menengah atas di jayapura selama tiga tahun.
Kini semua siswa belajar di gedung baru yang diresmikan oleh camat oksibil tersebut. Guru- guru yang bertugas di SD Aldom ada sebanyak 6 guru, tetapi telah meninggalkan kampong itu. Penyebap meninggalkannya SD itu karena ada indikasi yang tidak layak dari Feri B kepada ke lima guru pendatang itu, sehingga mereka satu per satu telah meninggalkannya. Setelah beberapa tahun kemudian datanglah seorang kepala sekolah baru yang dipindakan oleh dinas pendidikan dan kebudayaan kecmatan oksibil dari iwur ke SD Aldom yang bernama Demi Uropmabin. Ia memulai karernya bersama Bamulki, kedua guru ini memulai mengajar selama beberapa tahun.
Gedung bercat putih dengan tiga ruangan belajar dan satu ruangan kantor, di belakang gedung jendela dibuat dari kaca, depan gedung sekolah dibuat dari kawat, dengan serambi lebar sekitar dua meter. Selain itu sejumlah pasilitas lainnya seperti 200 meja dan kursi, Sembilan rak buku dilengkapi dengan buku bacaan, buku mata pelajaran, dua belas papan tulis dan beberapa perlengkapan sekolah lainnya. Semuah itu tinggal kenangan sekitar empat tahun yang lalu. Kini kedua guru tersebut (Feri Bamulki sebagai wakil kepala sekolah dan Demi Uropmabin Kepala sekolah) SD INPRES Barwombung Aldom kini mengilang tanpa jejak, kemana mereka pergi tanpa ada tujuan yang jelas. Sekitar 50-an murid mereka datang menugu…… dan menung……..hingga menunggu bersama gedung besar bercat puti itu menanti kedatangan kedua guru sekolah dasar yang menghilang beberapa bulan silam. Kini satu tahun sudah lewat, bangunan SD fersi terbaik di distrik oksibil dan sekitanya itu telah lapuk dimakan oleh ulat dan belalang. Rumput dan pohon menemani gedung besar dan panjang seta menutupi serambi dan gedung, didalam ruangan menjadikan tempat peristirahatan babi peliharan warga.
Lapaoran semesteran dan tahunan di buat di jayapura dan sekitarnya bahkan menggelapkan uang operasional sekolah (BOS) belasan sampai puluhan juta rupiah dimakan oleh kedua guru tersebut. Laporan pertanggungjawaban penggunaan uangpun dibuat tanpa ada bukti yang jelas. Dua tahun suda berlalu tidak ada tanda-tanda segelintir guru yang membawa muka di hadapan masyarakat dan siswa. Mereka menanti datangnya guru- guru tetap itu, tetapi kedua guru tersebut tidak kunjung tiba. Murid yang menunggu bersama gedung besar selam dua tahun, sekarang satu per satu telah meninggalkan dan mencari nafkah sendiri, sebagian orang menetap di kampong sebagian pergi siswa ke kota untuk melanjutkan pendidikan.
Selama empat tahun sudah lewat, sekarang menjelang lima tahun, biaya operasional sekolah dan gaji buta dimakan oleh kedua guru, tetapi pemerintah daerah (dinas pendidikan )kabupaten pegunungan bintang tidak menanggapi serius bahkan melihat telapak mata. Namun jika kunjungan Dinas Pendidikan provinsi maupun pusat, dengan alasan yang tidak jelas dinas pendidikan kabupaten telah melakukan pembohongan besar. Hal ini bisa fatal jika cara kinerja serta kejujuran dalam pelaksanaan tidak ada keterbukaan diantara guru, dinas terkait seperti kabupaten maupun provinsi. Saya melihat data siswa siswi SD INPRES Aldom di website dinas pendidikan kabupaten Pegunungan Bintang sejumlah 37 siswa tidak benar, karena mereka yang melaporkan data ke pemerintah daerah tidak menetap dan mengajar dilapangan, itu data manipulasi atau data illegal. Sehingga diharapkan kepada pemerintah bahwa coba kaji ulang atas data fiktif yang disampaikan itu beserta pemakaian uang BOS selama empat tahun, uang tersebut dikemanakan saja. Jika terbukti bersalah dalam penyampaian data seta pemakaian uang, maka seluruh masyarakat desa Aldom beserta mahasiswa menyerahkan kewenangan kepada pihak terkait untuk mengani persoalan ini.
Empat tahun pembunuhan manusia-manusia Okpolsil dan sekitarnya yang di harapkan oleh pemerintah tidak ada lagi, mereka dibunuh dengan tidak etis. Langkah awal untuk mengangkat orang-orang bamulki yang memiliki kekuatan sendiri telah punah beberapa tahun yang lalu hingga kini masi tetap saja mempertahankannya. Saya sebagai anak Aplim Apom yang peduli terhadap pendidikan menyarankan bahwa mengaktifkan kembali sekolah dasar tersebut dan menjalankan sesuai dengan fungsi dan tugas guru, sehingga ke depan bisa menciptakan manusia-manusia yang memiliki kekuatan besar yang memegang kendali global.(Frans/co Administrator website komapo)

COOPERATIVE LEARNING & MUTU SEKOLAH

Perkembangan teknologi berpengaruh pada perkembangan pendidikan suatu bangsa. Dengan adanya teknologi, memacu setiap sekolah dan perguruan tinggi di berbagai belahan dunia telah berupaya untuk memahami secara ilmiah dan melakukan yang terbaik bagi Negara dan bagsanya untuk mencapai suatu alternative yang efektif sebagaimana mestinya yang diharapkan oleh seluruh lapisan masyarakat dunia. Dengan demikian setiap Negara berlomba-lomba menerapkan suatu metode pembelajaran yang baik, penemuan baru sesuai dengan kebutuhan pasar global. Tuntutan pasar global yang harus dipenuhi, maka sekarang ini cooperative learning dapat atau telah diperaktekan diberbagai macam sekolah di seluruh dunia, yang meliputi semua jenjang pendidikan baik TK,SD, SMP, SMA, perguruan tinggi. Dan juga, telah terbukti efektif dan mennyenangkan untuk mencapai perestasi didik dalam pendidikan non formal peserta kursus, diskusi, lokakarya, seminar, dan berbagai kegiatan lainnya. Metode-metode yang baik sesiuai dengan kebutuhan sisiwa/wi ini telah digunakan untuk semua mata pelajaran atau bidang studi.
Pembelajaran keperatif dapat diaplikasikan untuk semua jenis kelas khusus untuk anak-anak berbakat, kelas pendidikan khusus, kelas dengan tingkat rata-rata, dan sangat diperlukan dalam kelas heterogen, dengan berbagai tingkat kemampuan. Pembelajaran koopreratif sangat kondusif dan efektif untuk mengembangkan hubungan atara siswa dari latar belakang suku, budaya, agama yang berbeda dan antar siswa yang terbelakang secara akademik dengan teman sekelas mereka.
Tujuan utama daripada pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya mereka menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan bermanfaat bagi dirinya, sesama, daerah serta masyarakat pada umumnya. Di saat semua lembaga pendidikan sedang bersaing untuk memacu prestasi pada anak didiknya, ditengah isu prulasme saat ini, pembelajaran kooperatif saat ini sangat penting untuk diselenggarakan di bangku pendidikan seluruh nusantara dan khususnya papua.
Cara efektif dan menyenangkan berpacu pada seluruh peserta didik. Sangat menyenangkan jika semua pembelajar dalam kelas aktif dalam kegiatan belajar di kelas. Cara penyajian dalam mengatur kelas sangat penting untuk dilakukan agar membantu dalam memperlancar aktifitas belajar. Untuk memulai belajar dalam bentuk kelompok, diharapkan semua siswa didalam kelas melakukan pembagian dengan cara foting atau menghitung berdasarkan urutan, membentuk kelompok sesuai nomor urut, sehingga setiap pembelajar tidak ada indikasi yang muncul atau perasaan yang tidak menyenangkan. Sehingga memacu keributan dan ketikharmonisan dalam melangsungkan aktifitas belajar.
Kelompok belajar dalam tanggungjawab individu sangat penting untuk mendukung kinerja atau kekompakan tim, untuk memberikan sumbangsi yang baik sesuai dengan topic yang dibahas dalam mata pelajaran tersebut. Belajar kelompok dengan tujuan bahwa setiap individu memberikan insentif kepada siswa untuk saling membantu kepada siswa yang laindan saling mendorong untuk melakukan usaha yang maksimal, sehingga siswa tersebut betul-betul memahami dengan baik. Untuk mencapai tujuan kelompok, semua siswa aktif menyumbangkan ide, usulan, kritikan, solusi dalam membangun komunikasi yang efektif satu sama yang lain. Agar setiap orang tahu tentang materi yang dibahas, maka siswa yang memhami materi tersebut hendaknya memberikan penjelasan kepada teman lain sehingga meraka semua bisa memahaminya. Jika kelompok tidak mencapai pada titik-titik tertentu atau harapan yang diharapkan bersama baik siswa maupun guru pendamping, maka guru sebagai pendamping memberikan gambaran atau penjelasan yang sesuai dengan topic, sehingga siswa memahami dengan baik.
Siswa mana yang memperoleh manfaat lebih banyak dari pembelajaran komperatif? Yang memberikan penjelasan ataukah menerima penjelasan teman. Bisa saja orang beralasan bahwa orang yang lebih tinggi pencapaiannya dari pada orang yang lebih renda pencapaiannya. Akan tetapi beberapa alasan bahwa lebih banyak memberikan penjelasan, lebih banyak tahu dan lebih banyak menerima banyak lupa.
Beberapa guru mengakui bahwa cara belajar koompratif sangat membantu dalam pencapaian atau kelulusan yang maksimal dengan nilai yang memuaskan. Selain menambah wawasan siswa dengan cara mencari, menemukan,memberikan penjelasan kepada teman lain otomatis setiap diri siswa betul-betul menambah pengetahuan. Selain itu, guru yang membimbing berpacu untuk mendalami materi dengan belajar kelompok ini. Kita mengakui juga bahwa orang yang pintar dalam akademik belum tentu berkomunikasi yang baik dengan masyarakat social terutama dalam intraksi social dilingkungan sekolah dan didalam kelas bahkan dalam bentuk kelompokpun engan membicarakannya.
Kita menengok kebelakang dan perluh merefleksikan diri selama kita belar di bangku sekolah, dari sekolah tingkat kanak-kanak sampai kuliah saat ini. Jarang sekali menemukan cara belajar kompratif dengan cara mencari, menemukan dan menyampaikan kepada orang atau murid lain. Dengan demikian perluh diteladani dari beberapa gambaran yang saya sampaikan di atas. Perluh diterapkan dalam masyarakat homogen yang memiliki latar belakang, ras, suku, budaya yang berbeda. Saya pernah mengalami pendidikan, selama saya sekolah dari SD sampai SMA yang notabene dengan cara pembelajaran model kuno. Guru hanya kotah dan kotah…. Sehingga murid bingung apa yang disampaikan oleh guru. Selayaknya pradikma mengajar kurkulm 1994 ini bisa ditinggalkan, karena beberapa kurikulum suda tidak pakai lagi di dunia dewasa ini diantaranya KBK, KTSP pun rencannya akan diganti dengan program SKS (system kredit semester) yang berlaku seluruh sekolah baik tingkat anak-anak sampai sekolah menegah atas (kompas beberapa minggu silam),ini menandakan bahwa dengan perkembangan teknologi, perkembangan demokrasi politik di negeri ini akan membawa perubahan- perubahan system yang baru. Maka sebagai pengelolah sekolag musti lihat perkembangan pendidikan dewasa ini.
Guru mentransfer pengetahuan sedangkan murid menerima pengetahuan merupakan salah satu dari beberapa proyek pembunuhan krakter anak bangsa, selama ini mungkin saja terjadi di pedalaman papua Pegunungan Bintang pada khususnya papua pada umumnya. Buktinya bahwa selam saya masih sekolah di tingkat SMP atau SMA peraktek ini masih saja terjadi. Manamungkin pendidikan di papua mau maju, jika praktek pendidikan khususnya dalam mengajar masih diterapkanya model-model pembelajaran kuno ini. Jika ingin maju dalam bidang pendidikan, sebagai pengelolah sekolah, praktisi pendidikan, pakar-pakar pendidikan berkumpul dan merumuskan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah pusat itu ke dalam konteks kurikulum local, dan materi pengajarannya masih dalam konteks global yang mencakup materi-materi pelajaran yang distandarisasikan oleh pemerintah.
Belajar kooferatif sangat penting untuk dilakukan (diterapkan) berbagai sekolah di tanah papua, karena dengan diterapkanya cooperative learning ini bisa membantu dalam memahami mata pelajaran tertentu dengan bantuan orang lain. Dengan kurangnya arus informasi yang kurang, sehingga sebagian besar siswa belum tahu tentang internet, dan program-program teknologi mutahir lainnya sehingga pengetahuan informasi yang diterima oleh murid lebih khusus di pedalam papua sangat terbatas. Selayaknya setiap sekolah mempunyai perpustakaan sekolah, sehingga para pembelajar bisa mengakses informasi melalui buku-buku literature yang disediakan oleh sekolah tersebut. Dengan adanya pengadaan perpustakaan sekolah, maka terwujudlah suatu model pembelajaran yang baru pembelajaran kooperatif itu akan tercapai. Melalui perpustakaan itu, seorang pembelajar mengakses, memperoleh informasi yang baik dan memberikan atau membagikan kepada teman sejawatnya.
Maka saya merekomendasikan kepada seluruh pengelola sekolah untuk memberikan materi dengan peraktek seperti model pembelajan kooperatif ini. Mudah-mudahan setiap orang mampu menguasai informasi yang berkaitan dengan materi pelajaran tertentu. Pengelola sekolah mengikuti perkembangan pendidikan akan maju dari pada mereka yang buta huruf dalam perkembangan pendidikan.(Frans/co administrator web komapo)

PENDIRIAN KOPERASI ADALAH LANGKA AWAL PEMBEBASAN KEMISKINAN DI PEGUNUNGAN BINTANG

Persoalan ekonomi di lingkungan masyarakat Pegunungan Bitang sangat penting untuk dibicarakan oleh pihak-pihak tertentu yang menangani di bidang prekonomian, baik ekonomi mikro maupun makro. Perluh dibicarakan disini adalah sector ekomi mikro. Sector ekonomi mikro yang selama ini dikembangkan oleh daerah-daerah maju membawa perubahan yang siknifikan. Salah satu sector ekonomi mikro yang dikembangkan adalah koperasi. Dimana sector ini menjadi tulang punggung prekonomian banggsa. Bertahun- tahun yang lalu telah mencetuskan landasan koperasi atau koperasi merupakan tulang punggung bangsa, dan melalui koperasi telah meneroboskan segala kebodohan dan kemiskinan. Pembebasan kemiskinan adalah langka awal yang diperjuangkan oleh pejuang kemerdekaan republic Indonesia. Pembebasan dan demokrasi ekonomi,demokrasi budaya, demokrasi politik merupakan cita-cita bung Karno. Namun, impian itu tidak dipungkiri oleh pemimpin-pemimpin setelah reformasi, ketiga demokrasi itu menjadi ajang kapitalisme modern dengan individuailme sangat tinggi. Dengan demikian merosotnya pemerataan, kelayakan di hadapan hukum, kemiskinan semakin melelebar, meningkatnya angka pengaguran dan berbagai macam persoalan yang belum di realisasi dan dapat memecahkan persoalannya.
Koperasi itu sendiri perluh kita ketahui,menurut undang-undang No.12 tahun 1967 koperasi adalah organisasi ekonomi yang berwatak social dan beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi berdasar atas kekeluargaan. Melihat pengertian tersebut sejogyanya bahwa untuk mau memulai suatu usaha koperasi jenis apapun, baik koperasi konsumsi,koperasi produksi, dan koperasi jasa, kita harus berawal dari kesadaran dari warga setempat. Mempersatukan hati untuk usaha bersama dalam kekeluargaan. Dengan harapan bahwa tidak ada kesenjangan diantara anggota koperasi itu sendiri.
Melihat koperasi itu sangat penting bagi kesejateraan warga/masyarakat setempat, beberapa dari seluruh pemerintah daerah kabupaten di tanah papua mencangkan pemberdayaan ekonomi rakyat melalui sector ekonomi mikro di bidang koperasi. Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah setempat untuk memberantas kemiskinan di tanah papua. Salah satu langkah yang diambil adalah pemberian dana yang dikelola oleh setiap kepala kampong. Pemerintah daerah kabupaten perluh diketahui juga bahwa sebagian besar masyarakat di daerah pedalaman papua mengalami transisi dari masyarakat marjinal menuju masyarakat modern. Dengan demikian harpannya adalah bahwa campur tangan pemerintah (dinas prekda) dalam pendampingan masyarakat secara kontinyu sehingga masyarakat setempat benar-benar makan garam di bidang usaha khusunya sektor koperasi. Selain pendampingan, mendorong masyarakat untuk memahami segala bentuk dan atau cara berwirausaha jangka menengah sehingga mereka memahami secara mendalam.
Koperasi adalah langka awal pembebasan kemiskinan di daerah pedalam papua khusnya Pegunungan Bintang, itulah yang disampaikan oleh perwakilan dari BLP cabang mandiri kabupaten pegunungan Bintang, ketika pelantikan kepala kampong dan 4 distrik di wilayah ketengban (Nungme,Bime,Pamek, dan Eipomek), Pegunungan Bintang. Ketika saya menghubungi salah seorang mahasiswa Pegunungan Bintang yang memantau situasi politik di wilayah Ketengban selama satu minggu ( 9-24/juli2010) silam. Berikut kutipan yang disampaikan oleh mahasiswa tersebut. Dalam sambutannya ia mengatakan bahwa “masyarakat Pegunungan Bintang dikenal dengan ramah, saling membantu, gotong royong (sosial) sangat tinggi, maka untuk membuka koperasi di daerah ini sangat bagus, sehingga kami upayakan untuk setiap kampong ada koperasi yang harus dikembangkan (kelolah) oleh masyarakat setempat. Menambahkan juga bahwa dana kompensasi selain dana respek kami dari lembaga BLP Mandiri akan memberikan 100 juta untuk pengembangan koperasi”katanya di hapan masyarat Ketengban dari empat distrik. Masyarakat pegunungan bintang (ketengban) merespon positif atas segala upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan lembaga-lembaga lain. Semua itu akan berkembang pesat dan mengikuti perkembangan ekonomi global, jika campur tangan pemerintah sangat dominan seperti apa yang saya kutip di atas.
Dampak dari tidak ada campurtangan pemerintah akan mengalami penceceran dalam manajemen keuangan. Tidak menempatkan uang sesuai dengan pos-pos yang dirancang oleh kelompok usaha setempat akan mengalami tersendat berwirausaha karena arah peredaran uang tidak jelas, sehingga setiap tahun pemerintah anggarkan uang pasti tidak ada bukti yang kongkrit, maka setiap anggota koperasi perluh ada pembelajaran secara berkelanjutan di bidang manajemen keuangan di lembaga-lembaga terkait. (Frans)

WAO…… PAGAR MAKAN TANAMAN DI WILAYAH PEGUNUNGAN BINTANG MEREBAK

Kesiapan di bidang sumber daya manusia pegunungan Bintang 10-20 tahun mendatang, di akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Hal tersebut terbukti beberapa generasi (pelajar) wilayah Pegunungan Bintang mengalami kemerosotan moral khususnya kaum perempuan. Beberapa anak usia remaja mengalami kehamilan, pada tingkat SD,SMP bahkan SMA pun seringkali terjadi. Salah satu contoh dari beberapa kasus selama ini abaikan oleh pihak berwajib adalah siswi SMP Negeri Oksibil kelas II. Kasus itu terjadi ketika saya berlibur ke kampong tinggal bersama kelurga di sana. Korban yang tinggal bersama kelurga dekat di daerah balusu, oksibil Pegunungan Bintang itu nyaris memilih jalan pintas di tengah jalan. Korban sebut saja bunga kini masih duduk di bangku kelas II, diganjal oleh seorang guru pembimbingnya yang datang dari kota hendak mengajar di oksibil. Pelaku yang menganggap dirinya guru baru selesai dari salah satu universitas negeri di papua itu, langsung bersihkeras untuk hendak menikahinya. Orang tua korban tidak terima atas kejadian itu, mereka langsung melaporkan ke pihak pengelola sekolah. Dengan mendengar laporan tersebut kepalah sekolah sebagai penangungjawab sekolah, mengambil kebijakan untuk memulangkan pelaku ke daerahnya.
Selain itu, beberapa kasus yang saya dengar dari masyarakat pegunungan bintang adalah pelakunya dari orang asli daerah yang baru selesai dari perguruan tinggi maupun mereka yang putus SMA. Banyak perempuan yang mengalami kehamilan dan meninggalkan bangku studinya. Mahasiswa baru yang tamat perguruan tinggi malah memotong jalan hidup kaum perempuan pegunungan bintang. Hal ini perluh diperhatikan, selayaknya sebagai orang berpendidikan musti mendorong pelajar kaum perempuan untuk lebih giat belajar dalam mengemban cita-citanya. Ini merupakan salah satu peraktek mematikan kaum perempuan Aplim Apom kedepan,sangat menjijikan jika pelaku bijatnya adalah orang asli Aplim Apom. Harapan pemimpin perempuan Pegunungan Bintang kedepan sangat disayangkan, pada akhir-akhir ini pejabat daerah maupun kaum terpelajar memilih untuk membatasi langkah awal perempuan dengan cara menikah secara paksa melalui dorongan orang tua maupun dengan sengaja, seribu harpan yang tidak jelas. Cara berfikir dangkal ini menjadikan salah satu peraktek atau kebiasaan yang selama ini terjadi di Oksibil dan sekitarnya.
Pelajar adalah pemimpin masa depan. Sebuah negara akan hancur jika tidak ada wanita dan kaum pelajar di negara tersebut hancur. Pelajar merupakan generasi pengganti, karena sebuah generasi akan berganti setiap 20 tahun. Para pelajar selama ini kita elu-elukan sebagai kader masa depan bangsa. Dengan demikian saya mencoba memaparkan kutipan Soekarno “ beri aku 10 pemuda akan kugoncang dunia” . Artinya kita melihat betapa pentingnya arti pemuda/ pelajar bagi daerah bangsa dan negara. Selain itu orang basa bilang pemuda sekarang adalah tulang punggung pembangunan.
Harapannya bahwa para calon guru yang terpanggil menjadi guru dan mengapdi demi tanah Aplim Apom betul-betul mencintai tanahnya, masyaraktnya, serta anak didiknya sehingga betul-betul menciptakan manusia yang ulet, kredibilitasnya tinggi dan mampu bersaing dengan global dan sebagai pemakai teknologi bukanya sebagai objek teknologi. (Frans/ co administrator wesite Komapo)

MEMBERSIHKAN HALAMAN GURU: “GRATIS” DAPAT NILAI UJIAN SEPULU

-->


Saya baru saja menyelesaikan pendidikan di tingkat sekolah menengah pertama (SMP), saya ingin melanjutkan ke sekolah menengah atas (SMA) di kota. Pada awalnya saya masih sekolah di bangku SMP, peraktek memberikan nilai gratis masih saja diberlakukan, dan memberikan materi dasar tidak pada sasarannya. Sehingga saya tidak memahami materi yang diajarkan, misalkan mata pelajaran matematika saya menganggap tembok yang rumit untuk menembus, namun jika cara mengajar diberlakukan dengan koteks setempat saya bisa dapat mengeti. Membuat modul sendiri itu sangat penting bagi seorang guru, dan materinya terjemahkan ke dalam bahasa yang sederhada, bentuk contoh dikaitkan dengan kondisi dan lingkungan yang ada, namun pada waktu itu bapak guru memberikan materi dengan dasar dan konteks sentral yang disusun di Jakarta. Kata –kata didalamnya mengunakan bahasa atau logat Jakarta, sehingga kerapkali saya bingung. Misalkan guru memberikan contoh matematika berkaitan dengan luas,dengan objek yang dijelsakan adalah sawa, bagaimana mungkin saya tau tentang sawa. Sedangkan biasanya s

hidu ini penting

memang hidup ini sangat penting.....