berita

Source: http://www.amronbadriza.com/2012/07/cara-membuat-judul-blog-bergerak.html#ixzz2HGOAa7ZG

Senin, 04 Oktober 2010

DI PEGUNUNGAN BINTANG : GURU SD ALDOM MENINGGALKAN TUGAS SELAMA EMPAT TAHUN

Guru merupakan agen perubahan suatu bangsa. Melalui guru semua orang menjadi pintar, membuat orang menjadi bebas dari kebodohan, kemiskinan, keterbelakngan menuju kesuksesan dan atau kemerdekaan. Membebaskan dari segala ganjaran (penindasan) yang menjadi beban hidup selama seseorang masih hidup di dunia ini. Dengan demikian,sangatlah sulit untuk menjadi seorang guru. Maka selayaknya seorang guru yang betul-betul menjadi guru harus bekerja sesuai profesi yang dia miliki selama kuliah. Harapan guru harus mendidik anak-anak sesuai dengan hati yang tulus, hati yang sabar mendampingi siswa sehingga mereka betul-betul menjadi manusia susila.
Beda dengan salah satu sekolah dasar dari beberapa SD di pedalaman papua tepatnya di kabupaten Pegunungan Bintang yaitu SD Inperes Barwombung Aldom,kecamatan Pepera, Pegunungan Bintang ini pernah diresmikan oleh camat oksibil Jan L. Okoka S.SOS.pada tahun 1997/1998. Sebelum memulai proses belajar mengajar di SD baru itu, pada awalnya masyarakat menggalakan sebuah rumah barak yang dibangun bersama. Bangunan tersebut dibangun dengan kayu buah , dinding terbuat dari kayu belahan, atap ditutup dengan daun, kursi dibuat dari beberapa kayu yang diikat dengan rotan. Ruang kelas tersebut ada tiga ruangan. Satu ruangan digunakan untuk siswa kelas satu dan dua, ruangan kedua digunakan untuk siswa kelas tiga dan empat, sedangkan ruangan berikut dipakai untuk siswa kelas lima dan enam. Guru-guru yang mengajar pada waktu itu adalah mereka yang ikut paket A, yang putus sekolah dasar dari kelas tiga pada saman pendidikan masuk di wilayah pedalaman khususnya oksibil sekarang ibukota kabupaten Peg. Bintang.
Munjulnya pikiran baru tentang sekolah di kampong itu, selama bertahun-tahun hidup dalam keheningan atau primitive di parakarsai oleh karyawan departemen pendidikan dan kebudayaan (DEPDIKBUD) jayawijaya cabag kecamatan (distirik) oksibi, bapak Yanuarius Kakyarmabin. Ketika itu masyarakat dilanda persoalan politik local yang dinamakan OPM,sehingga orang-orang meninggalkan kampong halamannya dan mereka lari ke negra tetangga PNG. Masyarakat yang masih bertahan hidup untuk mempertahankan wilayah adat mereka adalah sekitar 12 kaka (kepala keluarga). Dengan melihat kondisi riil ini, bapak Yanuarius bergerak hatinya untuk membuka sekolah. Ia memberikan pemahaman menyangkut pentingnya pendidikan di kampong tersebut selama beberapa bulan. Maka mereka sadar akan pentingnya pendidikan, mereka berusaha membangun sebuah gubuk barak dan memulai proses belajar mengajar di sekolah itu. Geraldus Yawalka tamatan SMP negeri oksibil memimpin teman-temannya untuk mengajar setelah dia pulang dari perantaun. Angkatan pertama dari produk gubuk itu ujian sekolah di gedung baru sejumlah 12 orang dan mereka melanjudkan ke SMP negeri oksibil. Setelah beberapa tahun kemudian datanglah guru asli daerah tamatan PGSD Taruna Bakti jayapura yang bernama Ferdinand Bamulki, menggantikan Alex Bukweng G. Yawalka. Sedangkan Alex melanjudkan sekolah menengah atas di jayapura selama tiga tahun.
Kini semua siswa belajar di gedung baru yang diresmikan oleh camat oksibil tersebut. Guru- guru yang bertugas di SD Aldom ada sebanyak 6 guru, tetapi telah meninggalkan kampong itu. Penyebap meninggalkannya SD itu karena ada indikasi yang tidak layak dari Feri B kepada ke lima guru pendatang itu, sehingga mereka satu per satu telah meninggalkannya. Setelah beberapa tahun kemudian datanglah seorang kepala sekolah baru yang dipindakan oleh dinas pendidikan dan kebudayaan kecmatan oksibil dari iwur ke SD Aldom yang bernama Demi Uropmabin. Ia memulai karernya bersama Bamulki, kedua guru ini memulai mengajar selama beberapa tahun.
Gedung bercat putih dengan tiga ruangan belajar dan satu ruangan kantor, di belakang gedung jendela dibuat dari kaca, depan gedung sekolah dibuat dari kawat, dengan serambi lebar sekitar dua meter. Selain itu sejumlah pasilitas lainnya seperti 200 meja dan kursi, Sembilan rak buku dilengkapi dengan buku bacaan, buku mata pelajaran, dua belas papan tulis dan beberapa perlengkapan sekolah lainnya. Semuah itu tinggal kenangan sekitar empat tahun yang lalu. Kini kedua guru tersebut (Feri Bamulki sebagai wakil kepala sekolah dan Demi Uropmabin Kepala sekolah) SD INPRES Barwombung Aldom kini mengilang tanpa jejak, kemana mereka pergi tanpa ada tujuan yang jelas. Sekitar 50-an murid mereka datang menugu…… dan menung……..hingga menunggu bersama gedung besar bercat puti itu menanti kedatangan kedua guru sekolah dasar yang menghilang beberapa bulan silam. Kini satu tahun sudah lewat, bangunan SD fersi terbaik di distrik oksibil dan sekitanya itu telah lapuk dimakan oleh ulat dan belalang. Rumput dan pohon menemani gedung besar dan panjang seta menutupi serambi dan gedung, didalam ruangan menjadikan tempat peristirahatan babi peliharan warga.
Lapaoran semesteran dan tahunan di buat di jayapura dan sekitarnya bahkan menggelapkan uang operasional sekolah (BOS) belasan sampai puluhan juta rupiah dimakan oleh kedua guru tersebut. Laporan pertanggungjawaban penggunaan uangpun dibuat tanpa ada bukti yang jelas. Dua tahun suda berlalu tidak ada tanda-tanda segelintir guru yang membawa muka di hadapan masyarakat dan siswa. Mereka menanti datangnya guru- guru tetap itu, tetapi kedua guru tersebut tidak kunjung tiba. Murid yang menunggu bersama gedung besar selam dua tahun, sekarang satu per satu telah meninggalkan dan mencari nafkah sendiri, sebagian orang menetap di kampong sebagian pergi siswa ke kota untuk melanjutkan pendidikan.
Selama empat tahun sudah lewat, sekarang menjelang lima tahun, biaya operasional sekolah dan gaji buta dimakan oleh kedua guru, tetapi pemerintah daerah (dinas pendidikan )kabupaten pegunungan bintang tidak menanggapi serius bahkan melihat telapak mata. Namun jika kunjungan Dinas Pendidikan provinsi maupun pusat, dengan alasan yang tidak jelas dinas pendidikan kabupaten telah melakukan pembohongan besar. Hal ini bisa fatal jika cara kinerja serta kejujuran dalam pelaksanaan tidak ada keterbukaan diantara guru, dinas terkait seperti kabupaten maupun provinsi. Saya melihat data siswa siswi SD INPRES Aldom di website dinas pendidikan kabupaten Pegunungan Bintang sejumlah 37 siswa tidak benar, karena mereka yang melaporkan data ke pemerintah daerah tidak menetap dan mengajar dilapangan, itu data manipulasi atau data illegal. Sehingga diharapkan kepada pemerintah bahwa coba kaji ulang atas data fiktif yang disampaikan itu beserta pemakaian uang BOS selama empat tahun, uang tersebut dikemanakan saja. Jika terbukti bersalah dalam penyampaian data seta pemakaian uang, maka seluruh masyarakat desa Aldom beserta mahasiswa menyerahkan kewenangan kepada pihak terkait untuk mengani persoalan ini.
Empat tahun pembunuhan manusia-manusia Okpolsil dan sekitarnya yang di harapkan oleh pemerintah tidak ada lagi, mereka dibunuh dengan tidak etis. Langkah awal untuk mengangkat orang-orang bamulki yang memiliki kekuatan sendiri telah punah beberapa tahun yang lalu hingga kini masi tetap saja mempertahankannya. Saya sebagai anak Aplim Apom yang peduli terhadap pendidikan menyarankan bahwa mengaktifkan kembali sekolah dasar tersebut dan menjalankan sesuai dengan fungsi dan tugas guru, sehingga ke depan bisa menciptakan manusia-manusia yang memiliki kekuatan besar yang memegang kendali global.(Frans/co Administrator website komapo)

Tidak ada komentar: