berita

Source: http://www.amronbadriza.com/2012/07/cara-membuat-judul-blog-bergerak.html#ixzz2HGOAa7ZG

Senin, 04 Oktober 2010

MEMBERSIHKAN HALAMAN GURU: “GRATIS” DAPAT NILAI UJIAN SEPULU

-->


Saya baru saja menyelesaikan pendidikan di tingkat sekolah menengah pertama (SMP), saya ingin melanjutkan ke sekolah menengah atas (SMA) di kota. Pada awalnya saya masih sekolah di bangku SMP, peraktek memberikan nilai gratis masih saja diberlakukan, dan memberikan materi dasar tidak pada sasarannya. Sehingga saya tidak memahami materi yang diajarkan, misalkan mata pelajaran matematika saya menganggap tembok yang rumit untuk menembus, namun jika cara mengajar diberlakukan dengan koteks setempat saya bisa dapat mengeti. Membuat modul sendiri itu sangat penting bagi seorang guru, dan materinya terjemahkan ke dalam bahasa yang sederhada, bentuk contoh dikaitkan dengan kondisi dan lingkungan yang ada, namun pada waktu itu bapak guru memberikan materi dengan dasar dan konteks sentral yang disusun di Jakarta. Kata –kata didalamnya mengunakan bahasa atau logat Jakarta, sehingga kerapkali saya bingung. Misalkan guru memberikan contoh matematika berkaitan dengan luas,dengan objek yang dijelsakan adalah sawa, bagaimana mungkin saya tau tentang sawa. Sedangkan biasanya s
aya pergi ke kebun ladang bukannya ke sawa. Sehingga belum tau tentang gambaran luas, kubik, dan lain-lainnya. Walaupun saya mendapatkan nilai matematika dibawah standar yang ditetapkan, namun saya dapat dibantu oleh guru memberikan nilai gratis tambahan sehingga menjadi nilai yang baik. Saya menyadari bahwa hal semacam ini adalah pembunuhan paling sadis yang dilakukan oleh orang asli papua maupun non papua.
Untuk memberikan nilai baik atau nilai tambah, pasti ada ketentuan yang dilakukan oleh guru, misalnya seorang guru menyuru muridnya untuk membersikan rumahnya, disuruh membawa kayu bakar,membantu guru bekerja kebun dan beberapa peraktek penindasan lainnya. Dengan demikian anggapan saya pada waktu itu adalah bahwa tidak mematuhi perintah guru, tidak memberikan saya nilai tambah yang baik. Para guru waktu itu tidak berpikir bahwa saya harus mengulang materi yang saya ujikan agar murid yang tidak memenuhi standar dapat memperbaikinya. Untuk memperbaiki nilai dengan cara-cara yang dipaparkan di atas. Hal tersebut juga dilakukan di SMA ketika saya sekolah di kota. Bahkan pada saat ujian nasionalpun dibantu dari sekolah, tidak ada lulus murni dengan kemampuan sendiri, melainkan dicurang oleh guru mata pelajaran bersangkutan.
Peraktek penilaian seperti itulah yang kerapkali terjadi ketika saya masih belajar di bangku sekolah SD,SMP,SMA di papua. Penilaian seperti ini merupakan pembunuhan karakter seseorang yang ingin belajar sunggu-sunggu untuk menemukan bakatnya serta minatnya untuk mengembangkan lebih jauh melalui pendampingan guru. Namun sebaliknya guru betul-betul membunuh anak didiknya melalui bentuk penilaian yang tidak sesuai dengan kemampuannya sendiri. Guru tidak melihat kemampuan dari pada siswa, tetapi keinginanya untuk mata pelajaran yang diajarkanya lulus semua dengan cara yang tidak pantas dilakukan. Seorang siswa yang tidak mampu dalam akademiknya lebih khusus mata pelajaran tertentu, guru yang mengajar mata pelajaran tersebut akan mengajak muridnya untuk membersihkan halaman rumahnya.
Dengan demikian murid tersebut mendapatkan nilai yang baik sesuai dengan batas kelulusan. Tidak kalah pentingnya seorang guru yang mengajar mata pelajatan bersangkutan berlibur ke kota atau ke kampong halamannya, sehingga indicator-indikator yang ditentukan dari pihak sekolah maupun teman guru yang lainnya dan juga wali kelas tidak dapat dirampung. Banyak ketinggalan materi –materi atau pokok bahasan yang seharusnya selesai pada semester pertama dilanjudkan pada semester berikut dan seterusnya. Selain itu bentuk penjelasan yang diterapkan juga masi kuno atau model pengajaran yang tidak sesuai dengan system pendidikan yang ada. Dalam hal penjelasan juga terlalu cepat karena berburu waktu dan harus melaporkan hasil belajar siswa kepada wali kelas atau kepala sekolah tentang sejauhmana materi yang diajarkannya. Ketidaksiapan mempengaruhi siswa dalam materi terkait, sehingga mempengruhi juga pada ujian nasional.
Peraktek –peraktek seperti ini masi saja terjadi di seluruh papua. Dari penilaian, pengajaran, bahkan materi silabus yang diberikan tidak sesuai dengan sasaran pengajaran, belum ada analisis tentang kemampuan siswa dalam mencapai mata pelajaran berkaitan. Maka harapannya harus revormasi di tingkat guru atau para pendidik di tanah papua, sehingga betul-betul mengantarkan anak-anak papua ke dunia globalisasi dengan kemampuan yang utuh dan dapat bersaing dengan dunia internasional. Bagaimana mungkin orang Papua mau maju, jika seorang guru dengan tipe pengajaran dan penilaian seperti ini? Bertolak dari itu perluh ada penilaian-penilain dan pengajaran yang sesuai dengan model- model penilaian yang ditetapkan oleh badan penilaian nasional. Dengan demikian dapat terwujud dan bisa bersaing dengan daerah lain di Indonesia.
Dampak dari peraktek penilaian yang dilakukan di atas, mempengaruhi siswa dalam mengejam pendidikan di perguruan tinggi (PT). Perguran tinggi menjadi kendala dalam belajar, kemampuan untuk menguasai mata pelajaran matematika ekonomi atau matematika dasar di perguruan tinggi terhambat. Kuliah di perguruan tinggi memang sangat sulit jika materi-materi dasar di SD,SMP,SMA tidak memahami dengan benar dan jika kuliah menyenangkan pada saat sekolah pasti dilalui dengan selamat, tidak ada campu tangan orang lain yang membantu mahasiswa, hanya kemampuan sendiri. Hal tersebut juga dialami oleh saya dan beberapa teman-teman mahasiswa papua. Ketika saya masuk di perguruan tinggi yang paling bergengsi, dengan jalur perestasi. Masuk di perguruan tinggi dengan jalur prestasi merupakan hal yang sulit, tetapi dengan gampang bisa masuk PT yang kredibilitasnya sangat diakui oleh dunia internasional. Jalur prestasi yang saya alami adalah dari nilai tambah atau nilai gratis yang diberikan oleh guru mata pelajaran diakumulasi dan diserahkan kepada PT sehingga pihak pengelola universitas menilai bahwa, prestasi itu merupakan hasil atau kemampuan daripada saya, pada hal hasil kecurangan guru di sekolah menengah.
Maka dari itu, seorang pengajar seharusnya mengunakan pengukuran dan penilaian prestasi belajar siswa secara bertangungjawab dengan alat ukur yang bermutu. Dengan maksud, tercapainya hasil belajar andal, sunguh-sunguh mewakili perestasi belajar siswa, objektif serta berdaya dan berhasil guna secara optimal. Alat pengukur yang mungkin saja dilakukan adalah dengan cara teknis tes. Maksud dari tes adalah bahwa suatu alat pengukur yang berupa serangkaian pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa, dengan maksud untuk mengukur kemampuan siswa. Hasil dari tes tersebut dapat dikelola oleh guru dengan beberapa metode yang dilakukan dengan cara menghitung validitasnya. (Frans/co administrator website komapo)


Tidak ada komentar: