berita

Source: http://www.amronbadriza.com/2012/07/cara-membuat-judul-blog-bergerak.html#ixzz2HGOAa7ZG

Senin, 04 Oktober 2010

MEMBUKA DIRI MENATAP MASA DEPAN

Ketika belum terbentuknya kabupaten pegunungan bintang, kota oksibil memiliki kota tertua di Papua (red,catatan kaki/ucap bapak Handoko) yang mempunyai keunikan tersendiri yang harus dikembangkan dan di gali oleh orang-orang muda Pegunungan Bintang. Baik dari berbagai segi yang musti diekspos keluar untuk mengetahui dunia lain atau luar negeri maupun manca negara. Namun selayaknya dan lebih baik orang asli pegunungan bintang yang mempunyai kemampuan dan tahu tentang sejarah Pegunungan Bintang yang digali dan diekspos melalui media-media. Kota tertua, musti memiliki banyak pengalaman dan sejarah masa lalu yang harus dikembangkan dan atau didokumenkan. Mengapa orang barat (Belanda) masuk di oksibil sebagai sentaral pengembangan dan pelayanan masyarakat didaerah pegunungan dan wilayah selatan merauke. sejalan dengan pengembangan wilayah di daerah oksibil, iwur, kiwirok, dan apmisibil dari misionaris dalam pelayanan firman Tuhan. Pengembangan dalam bidang pendidikan pun telah membuka jalan pembebasan masyarakat terisolir di daerah ini. Dengan membuka sekolah didikan belanda untuk menyekolakan anak-anak pada saman itu. Didikan Belanda pada kesiapan SDM sangat bagus dalam skil dan kemampuannya.
Dalam kesiapan SDM wilayah Ngalum sangat banyak untuk mengemban cita-citanya, mereka yang dikhususkan untuk mengenjam pendidikan diantaranya sekolah pendidikan guru (SPG), SGO, dan lain sebagainnya. Pada sampai kini perkembangan dan kultur masyarakat pegunungan bintang belum mengeksposkan ke luar melalui media-media terkait. Para elit-elit dari pegunungan bintang kini belum muncul, walaupun kemampuan dan krediblitas para intelektual dari daratan tingggi ini sangat membantu dalam percepatan perkembangan di tanah papua. Seketika kabupaten Pegunungan Bintang menjadi kabupaten defenitif daerah ini belum muncul di muka public. Tetapi dibalik itu banyak perkembangan yang harus diakui baik dari segi kesuksesannya, dan ketidaksuksesanya. Bahkan banyak masalah yang dihadapi di pegunungan bintang tetapi belum dipublikasikan melalui media-media yang ada. Hal tersebut terbukti ketika website pegunungan Bintang diluncurkan pada beberapa tahun silam, belum ada orang yang mengapdet berita di website tersebut. Setitik terjang perkembangan apapun seharusnya dipublikasikan lewat media-media yang ada. Sehingga orang lain juga perluh dipahami dan mengetahui semua aspek yang dikembangkan oleh masyarakat, lembaga adat, pemerintah, LSM di tanah Aplim Apom.
Melihat sejumlah pionir diatas kami mencoba memaparkan sepengkal informasi. Pada hari kamis tanggal 14 juli siang hari yang panas sekitar jam 1.00 siang waktu Yogyakarta, saya dengan rekan saya Antoni hendak menemui Bapak Handoko selaku atau pemilik percetakan pena persada yogyakarta. Kami menemui bapak ini di ruang tamu. Beliau senang melihat kami dan ia langsung kenal kami dan berkata bahwa “kamu orang pegunungan bintang kan”ucapnya. “Ya pak” menyapanya. Ia tahu karena sifat orang pegunungan bintang beliau tahu karena sudah lama mengenal bapak Spey Bidana. Kami hendak duduk di tempat tamu yang dikelilingi oleh kursi sova. Pada kesempatan yang baik itu kami ngomong-ngomong menyangkut perkembangan di pegunungan bintang. Lalu ia mengatakan bahwa “beberapa hari yang lalu saya sempat membuka situs website pegunungan bintang, tetapi ga ada berita baru yang mengapdet atau muat di website itu, yang saya lihat hanya tahun 2007-2008 saja. Sebenarnya perkembangan sekecil apapun harus setiap saat atau hari,perminggu atau per bulan harus mengapdet, sehingga kami yang jauh yang peduli terhadap perkembangan pembangunan dan peningkatan SDM di pegunungan bintang kami bisa mengetahuinya. Lebih baik, jika Anda mahasiswa/pelajar pegunungan Bintang yang kuliah di seluruh Indonesia bisa ikuti perkembangannya. Saya sangat senang melihat perkembangan pegunungan bintang karena lebih khusus Oksibil adalah kota tertua di papua, saya pernah melihat di buku yang ditulis oleh orang belanda, mereka menulis pada cacatan kaki, saya pernah baca kata kota oksibil. Muda-mudahan saya bisa melihat secara langsung dengan mata saya” ucapnya.
Kami hendak menanyakan menyangkut harga percetakan buleting atau majalah yang biasanya terbit. Ia menjelaskan bahwa harga majalah 9000/lembar sekaligus dengan fullclor atau berwarna dan memberikan criteria-kriteria yang lainnya. Menyangkut majalah KOMAPO News, Bapak merespon positif, dan ia berkata bahwa “ saya mendukung majalah kalian, kami coba usahakan untuk edisi ketiga nanti majalah ini bisa memiliki nomor ISSN sehingga majalah Anda bisa akui agar tidak ada interfensi dari para konsumsi majalah. Dan bahkan pula kita fokuskan untuk titik-titik pemasaranya meliputi tingkat mahasiswa papua di Indonesia, memasarkan ke seluruh masyakat papua pada umumnya dan khususnya pegunungan bintang, para menteri-menteri di pusat, agar mereka bisa mengetahui pemikiran kita. Dan kedepan juga kita usahakan untuk majalah ini memiliki donatur yang tetap, sehingga dalam pengelolaan manajemen keuangannya tidak tersendat. Selain itu ia berpesan kepada badan pengurus majalah untuk meminta waktu dalam memberikan materi menyangkut manajemen pengelolaan dalam menunjang pengembangan majalah kedepan” ucap bapak Handoko salah satu staf khusus kementrian dalam negeri republic indonesia.(Frans).

Tidak ada komentar: