berita

Source: http://www.amronbadriza.com/2012/07/cara-membuat-judul-blog-bergerak.html#ixzz2HGOAa7ZG

Selasa, 12 Maret 2013

SEKOLAH DI BANGSA INI (KOK ) MEMANG TIDAK ADIL YA, MUNGKINKAH MENCAPAI TARGET MDGs PADA TAHUN 2015?


Oleh Frnasiskus Kasipmabin*


Salah Satu Tujuan Bangsa Indonesia  Adalah Mencerdasakan Kehidupan Bangsa
Orang miskin dilarang sekolah, orang miskin dilarang sakit. Orang koteka dilarang sekolah. Orang yang tidak punya sepatu dilarang sekolah, orang belum mandi dilarang sekolah. Pintu  menuju mencerdaskan kehidupan bangsa di borgol habis-habisan oleh pemerintah (pihak yang terkait) sendiri. Mereka mengunci jendela dunia, hanya karena mendapatkan kentungan yang berlimpah limpah. Mereka hanya menerima anak orang kaya, anak orang kaya diberi kebebasan untuk sekolah agar menambah kekayaan.
Sekolah- sekolah di bangsa ini mengkotak-katikan, sehingga  anak negeri pemilik nusantara yang ingin memperoleh pendidikan, yang semestinya seperti orang anak kaya,   ia (anak pemilik negeri) harus memilih sekolah jenis apa, sekolah model apa, sekolah semegah apa. Dia menimbang-nimbang dalam kehidupannya, sebagai anak jalanan, sebagai anak miskin, sebagai anak orang kaya. Sedangkan secara terang-terangan di kota-kota besar di negeri ini membangun sekolah bermega bertulisan Sekolah Yayasan Katolik, Sekolah Yayasan Kristen, Sekolah Yayasan Islam, Sekolah Yaysan Hindu, Sekolah Yayasan Budha, sekolah Negeri, Sekolah Internasional dan sekolah berlabel lainnya yang bertebaran di mana-mana. Mana ada bangunan di tengah-tengah hiruk pikuk  kota metropolitan yang bertulisan sekolah rakyat, sekolah orang miskin, Sekolah Gratis? Jika sekolah tersebut ada di kota metropolitan, maka para kapitalis imperalisme asing membongkar sekolah tersebut.

Anak orang miskin memperoleh pendidikan formal di sekolah mana? Jika sekolah Yayasan Katolik hanya menerima anak katolik, yang orang tuanya adalah agama katolik. Dan mengajarkan ideologinya di sekolah tersebut.  Yayasan Kristen menerima anak-anak yang berlatar belakang agama Kristen, yang patuh terhadap ajaran ideologinya. Anak didik yang masuk di sekolah tersebut harus mengikuti tradisi Kristen. Sekolah Yayasan Isalam apa lagi. Sekolah Yayasan Islam hanya menerima anak orang islam. Anak tersebut beragama Islam, anak agama lain tidak diperbolehkan. Yang masuk di sekolah Islam, mereka yang berlatar belakang agama lain, anak tersebut diharapkan menyesuaikan diri dengan kondisi sekolah. Sekolah yayasan Hindu, menerima anak didik berlatar belakang agama Hindu, begitu pun Budha. Sekolah negeri menerima Anak-anak orang Kaya, menerima anak anak orang pintar, menerima anak yang orang tuannya berjasa di negeri ini. Apalagi sekolah Internasional. Sekolah tersebut dikhususkan untuk anak-anak politikus bangsa ini, hanya anak SBY, hanya Anak Aburizal Bakrie, anak Prabowo Subianto dan anak para pejabat tinggi lainnya.     
Tidak hanya sampai di situ (pengkotak katikan sekolah), didalam kelas pun menjadi tradisi sekolah di bangsa ini. Didalam kelas mereka (sekolah/para guru) mengelomokan anak didik sesuai dengan kelas-kelas tertentu. Anak orang kaya dikhususkan dalam satu kelas, anak orang miskin dikususkan dalam satu kelas. Selain itu orang pintar dikhususkan dalam satu kelas, anak bodoh dikususkan dalam satu kelas. Sekolah tidak mengabungkan anak pintar dengan anak kurang pandai. Hal ini merupakan suatu tradisi yang dibangun oleh sekolah sekolah pada dekade dewasa ini.      

Target Milenium Developmet Goals (MDGS) atau tujuan pembangunan millennium belum mencapai. Meningkatnya pertumbuhan penduduk di bangsa ini, target MDGS pada tahun 2015 semakin menjauh. Jika hasil sensus penduduk pada tahun 1971, jumlah penduduk Indonesia 118.367.850 orang, pada tahun 1980 jumlah penduduk Indonesia 146. 776. 473 orang, dan pada tahun 1990  jumlah penduduk 179.247.783 orang. Sensus penduduk yang terakhir dilakukan pada tahun 2000, jumlah penduduk bangsa Indonesia mencapai  201. 241. 999 orang. Bappenas, BPS dan UNFPA (2005) Memproyeksikan Pada Tahun pada tahun 2010 mencapai 233.477 juta orang, dan pada tahun 2025 sebanyak 273,219 juta orang.
Jika dicermati dengan baik meningkatnya jumlah penduduk, maka target MDGS mengenai pemenuhan hak-hak dasar seperti isu kesejahteraan antara lain memberantas kemiskinan dan kelaparan, mewujudkan pendidikan dasar, mengurangi kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, serta memerangi HIV/AIDS dan Malaria. Perluh diketahui bahwa pada tahun 2000 bersama dengan 1809 negara anggota perserikatan bangsa-bangsa (PBB), Indonesia menyepakati untuk meningkatkan kesejahteraan penduduknya melalui Milenium Developmet Golas  (MDGs) atau dalam bahasa Indonesia Tujuan Pembangunan Milenium itu menyepakati delapan (8) tujuan pembangunan yang kemudian dijabarkan ke dalam 18 indikator target. Masing- masing target mempunyai bebrapa indikator sehingga mencapai 59 indikator untuk mencapai tujuan pembangunan millenium.
Salah satu tujuan pembangunan millenium adalah mencapai pendidikan dasar untuk semua. Tujuan tersebut dijabarkan ke dalam MDGs, dengan target semua anak dimanapun, laki-laki dan perempuan untuk menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2015. Pendidikan dasar mencakup pendidikan di SD dan pendidikan di SMP sesuai dengan ketentuan yang mengatur tentang wajib belajar 9 tahun. Mengaju pada target tersebut pada tahun 2015, setipa anak dalam usia (7-15) harus berada pada bangku sekolah dan setelah umur 15 semua anak haus menamatkan pendidikan dasar.  Untuk mencapai target tersebut, harus mencapai beberapa indikator menjadi pertimbangan atau dasar anatara lain (1) angka partisipasi murni (APM) sekolah dasar/Madrasah Ibtidhaiyah (MI) dan APM Sekolah Menengah Pertama (SMP)/ Madrasah Tsanawiyah (MTs). Untuk mereka yang berumur di luar usia pendidikan dasar indicator yang digunakan adalah  angka melek huruf pendidik usia 15-24 tahun. Indicator ini untuk menampung mereka yang tidak memperolh akses pendidikan dasar.
Jika pemerintah menargetkan 2 tujuan pembangunan lain seperti sektor kesehatan dan menurunkan angka kematian anak, dalam beberapa tahun terakhir ini tidak (terhitung dari tahun 2008) mencapai titik kesuksesan, maka apa yang terjadi banyak anak Indonesia yang berumur 7 tahun setelah pada tahun 2015  pun masih banyak yang belum mendapatkan pendidikan dasar, terutama mendapatkan pendidkan sekolah dasar (SD). Kesehatan ibu hamil semakin membaik, tingkat kelahiran bayi semakin meningkat, maka meningkatnya anak umur 7 tahun yang belum mendapatkan pendidikan dasar. Apa lagi dalam tradisi bangsa ini mengotak atikan sekolah, ditambah dengan belum direalisasikannya sekolah gratis yang dikampanyekan ole para politikus bangsa ini.  Oleh sebab itu untuk mencapai target MDGs untuk tujuan pembangunan millennium bidang pendidikan dasar membutuhkan 7 tahun lagi untuk mencapai tujuan pembangunan millenium. Dan jika peraktek pendidikan yang diutarakan awal masih tetap dipelihara, maka bangsa ini akan melarat di negerinya sendiri. 

Refrensi: Mita Noveria, 2011,Atikel, Pertumbuhan Penduduk dan Kesejahteraan, LIPI.

Penulis Adalah Mahasiswa Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta



Tidak ada komentar: