berita

Source: http://www.amronbadriza.com/2012/07/cara-membuat-judul-blog-bergerak.html#ixzz2HGOAa7ZG

Kamis, 04 April 2013

BERANIKAH SEKOLAH KELUAR DARI TEMPURUNG?



Fransiskus Kasipmabin*
Mencintai Negara
Tanpa Mencintai Kemanusiaan
Sama Saja Dengan Menyembah Berhala (Erich Fromm,1955)
Saya mengingat kembali waktu  saya sekolah di sala satu Sekolah Dasar di kampong halaman, di daerah pedalaman papua jauh dari perkotaan, dibalik gunung mejulang,  perbukitan berjejer. Disana Anda mendengar suara burung, Suara air yang mengalir dengan keras. Suara rerumputan bersiulan diwaktu senja, mata hari sedikit lagi  tenggelam di baik pegunungan.Saya mengingat Sekolah Dasar itu mengajarkan:

Saya diajarkan Pulau yang paling besar Indonesia adalah  pulau Irian, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan  Jawa;
Saya diajarkan Jakarta ibukota Indonesia;
Saya diajarkan  presiden RI pertama adalah Sukarno;
Saya diajarkan Candi Brobudur;
Saya diajarkan Ini Ibu Budi;
Lambang Negara Indonesia adalah burung garuda;
Dasar Negara Indonesia adalah Pancasila;
Bahasa nasional bangsa Indonesia bahasa indonesia
Saya diajarkan bapak kerja kebun di sawah.
Lantas saya seperti ini. Saya adalah hasil dari produk sekolah tersebut yang hanya mengajarkan hal-hal seperti yang disebutkan diatas. Hasilnya Tidak seperti mereka pikirkan. Proses pendidikan yang baik menghasilkan sumber daya yang baik pula. Proses pendidikan salah  menghasilkan manusia yang konyol. Hal yang diuraikan di atas merupakan  sebuah tradisi pendidikan sekolah formal bangsa Indonesia  mengajarkan kepada anaknya.
Agar menciptakan manusi manusia yang tunduk pada pemimpin Negara, sekolah sekolah tunduk pada pemerintah pusat, maka Bank dunia melalui penelitian yang panjang ditahun 1998 sampai 1999 merekomendasikan kepada bangsa Indonesia agar dilakukan reformasi birokrasi termasuk reformasi pendidikan. Beberapa kendala yang ditemui oleh bank dunia seperti kelemahan Institusional, pelajaran dari Negara Negara lain dan lain-lainnya (Education In Indonesia:From Crisis to Recovery/September 1998)
Salah satu kebebasan yang diberikan oleh pemerintah pusat adalah menyangkut desentralisasi pendidikan. Desentralisasi pendidikan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah untuk selanjutnya mengatur pendidikan yang sebaik mungkin. Pemerintah daerah selanjutnya mmeberikan kewenangan kepada pihak sekolah untuk mengatur sekolah tersebut. Otonomi sekolah merupakan salah satu kebijakan pemerintah untuk mengatur sekolah.
Implementasi desentarlisasi pendidikan berjalan lancar sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah, baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat, maka harus ada manajemen yang baik  dimiliki oleh sekolah. Manajemen tersebut diberlakukan agar tidak ada kendala yang dihadapi oleh sekolah tersebut. Manajemen tersebut adalah “ Manajemen Berbasis Sekolah (School-Based Manajemnt)”
Berbicara menyangkut manajemen berbasis sekolah sangatlah luas, namun saya menguarikan beberapa pandangan untuk setidaknya sekolah sekolah yang ada perlu untuk dievaluasi dan dapat keluar dari tempurung, keluar dari doktrin doktrin yang dibangun oleh bangsa ini, keluar dari pandangan yang selama ini dibangun bahwa pendidikan dasar (SD/SMP) masi ada campurtangan dari pusat, agar masyarakat tau bahwa sekolah merupakan sebuah institusi yang otonom tidak ada campurtangan dari daerah atau Negara lain.
Manajemen berbasis sekolah sepenuhnya didukung oleh sekolah dan masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam mendukung perkembangan sekolah adalah hal yang fundamental dalam manajemen berbasis sekolah. Sekolah sebagai basis belajar baik itu guru, siswa, orang tua siswa dan msyarakat secara keseluruhan. Sekolah menentukan sendiri, mengatur sendiri, mengerjakan sendiri, tanpa ada campur tangan dari pusat.
Selain itu model pendidikan sekolah seperti ini, dituntut untuk guru, kepala sekolah, administrator sekolah yang professional. MBS menuntut komitmen semua pihak untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tersebut. Guru dan staf lainnya dapat menjadi lebih efektif karena partisipasi mereka dalam mengambil keputusan. Partisipasi seluruh pihak dalam mengabil keputusan sangat dibutuhkan, agar tidak ada indikasi indikasi tertentu yang dibangun yang dapat mengangu proses keberhasilan sekolah.
MBS perluh merencanakn strategi yang harus dicapai. Strategi merupakan hal yang dibutuhkan dalam MBS. Strategi jangka pendek, strategi jangka menengah dan strategi jangka panjang harus dibuat oleh sekolah, agar dalam pelaksanaan MBS dapat berjalan lancer.
Misalkan strategi jangka pendek yang dibuat oleh sekolah dalam rangka implementasi MBS, antara lain seperti pelatihan tenaga dan pengelolaan dana. Kedua hal ini sangat penting karena pengalokasian dana langsung ke sekolah merupakan priortas utama dalam pelaksanaan otonomi sekolah, pelaksanaan MBS memerlukan tenaga professional yang memiliki keteramilan yang memadai, minimal mengerti tentang prinsip prinsip MBS. Rencana Sekolah untuk mengatur biaya, pelatihan para pendidik, membiayai kebutuhan sekolah, melengkapi fasilitas sekolah, pengadaan saran dan pra sarana alam menunjang manajemen berbasis sekolah.
Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta






           


Tidak ada komentar: