Fransiskus
Kasipmabin*
Mencintai Negara
Tanpa Mencintai
Kemanusiaan
Sama Saja Dengan
Menyembah Berhala (Erich Fromm,1955)
Saya
mengingat kembali waktu saya sekolah di sala
satu Sekolah Dasar di kampong halaman, di daerah pedalaman papua jauh dari
perkotaan, dibalik gunung mejulang, perbukitan berjejer. Disana Anda mendengar
suara burung, Suara air yang mengalir dengan keras. Suara rerumputan bersiulan
diwaktu senja, mata hari sedikit lagi tenggelam di baik pegunungan.Saya mengingat Sekolah
Dasar itu mengajarkan:
Saya
diajarkan Pulau yang paling besar Indonesia adalah pulau Irian, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi
dan Jawa;
Saya
diajarkan Jakarta ibukota Indonesia;
Saya
diajarkan presiden RI pertama adalah
Sukarno;
Saya
diajarkan Candi Brobudur;
Saya
diajarkan Ini Ibu Budi;
Lambang
Negara Indonesia adalah burung garuda;
Dasar
Negara Indonesia adalah Pancasila;
Bahasa
nasional bangsa Indonesia bahasa indonesia
Saya
diajarkan bapak kerja kebun di sawah.
Lantas
saya seperti ini. Saya adalah hasil dari produk sekolah tersebut yang hanya
mengajarkan hal-hal seperti yang disebutkan diatas. Hasilnya Tidak seperti
mereka pikirkan. Proses pendidikan yang baik menghasilkan sumber daya yang baik
pula. Proses pendidikan salah
menghasilkan manusia yang konyol. Hal yang diuraikan di atas merupakan sebuah tradisi pendidikan sekolah formal bangsa
Indonesia mengajarkan kepada anaknya.
Agar
menciptakan manusi manusia yang tunduk pada pemimpin Negara, sekolah sekolah tunduk
pada pemerintah pusat, maka Bank dunia melalui penelitian yang panjang ditahun
1998 sampai 1999 merekomendasikan kepada bangsa Indonesia agar dilakukan
reformasi birokrasi termasuk reformasi pendidikan. Beberapa kendala yang
ditemui oleh bank dunia seperti kelemahan Institusional, pelajaran dari Negara
Negara lain dan lain-lainnya (Education In Indonesia:From Crisis to
Recovery/September 1998)
Salah
satu kebebasan yang diberikan oleh pemerintah pusat adalah menyangkut
desentralisasi pendidikan. Desentralisasi pendidikan memberikan kewenangan yang
seluas-luasnya kepada daerah untuk selanjutnya mengatur pendidikan yang sebaik
mungkin. Pemerintah daerah selanjutnya mmeberikan kewenangan kepada pihak
sekolah untuk mengatur sekolah tersebut. Otonomi sekolah merupakan salah satu
kebijakan pemerintah untuk mengatur sekolah.
Implementasi
desentarlisasi pendidikan berjalan lancar sesuai dengan apa yang diinginkan
oleh pemerintah, baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat, maka harus ada
manajemen yang baik dimiliki oleh
sekolah. Manajemen tersebut diberlakukan agar tidak ada kendala yang dihadapi
oleh sekolah tersebut. Manajemen tersebut adalah “ Manajemen Berbasis Sekolah
(School-Based Manajemnt)”
Berbicara
menyangkut manajemen berbasis sekolah sangatlah luas, namun saya menguarikan
beberapa pandangan untuk setidaknya sekolah sekolah yang ada perlu untuk dievaluasi
dan dapat keluar dari tempurung, keluar dari doktrin doktrin yang dibangun oleh
bangsa ini, keluar dari pandangan yang selama ini dibangun bahwa pendidikan dasar
(SD/SMP) masi ada campurtangan dari pusat, agar masyarakat tau bahwa sekolah
merupakan sebuah institusi yang otonom tidak ada campurtangan dari daerah atau
Negara lain.
Manajemen
berbasis sekolah sepenuhnya didukung oleh sekolah dan masyarakat. Keterlibatan
masyarakat dalam mendukung perkembangan sekolah adalah hal yang fundamental
dalam manajemen berbasis sekolah. Sekolah sebagai basis belajar baik itu guru,
siswa, orang tua siswa dan msyarakat secara keseluruhan. Sekolah menentukan sendiri,
mengatur sendiri, mengerjakan sendiri, tanpa ada campur tangan dari pusat.
Selain
itu model pendidikan sekolah seperti ini, dituntut untuk guru, kepala sekolah,
administrator sekolah yang professional. MBS menuntut komitmen semua pihak
untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tersebut. Guru dan staf lainnya
dapat menjadi lebih efektif karena partisipasi mereka dalam mengambil
keputusan. Partisipasi seluruh pihak dalam mengabil keputusan sangat
dibutuhkan, agar tidak ada indikasi indikasi tertentu yang dibangun yang dapat
mengangu proses keberhasilan sekolah.
MBS
perluh merencanakn strategi yang harus dicapai. Strategi merupakan hal yang
dibutuhkan dalam MBS. Strategi jangka pendek, strategi jangka menengah dan
strategi jangka panjang harus dibuat oleh sekolah, agar dalam pelaksanaan MBS dapat
berjalan lancer.
Misalkan
strategi jangka pendek yang dibuat oleh sekolah dalam rangka implementasi MBS,
antara lain seperti pelatihan tenaga dan pengelolaan dana. Kedua hal ini sangat
penting karena pengalokasian dana langsung ke sekolah merupakan priortas utama
dalam pelaksanaan otonomi sekolah, pelaksanaan MBS memerlukan tenaga
professional yang memiliki keteramilan yang memadai, minimal mengerti tentang
prinsip prinsip MBS. Rencana Sekolah untuk mengatur biaya, pelatihan para
pendidik, membiayai kebutuhan sekolah, melengkapi fasilitas sekolah, pengadaan
saran dan pra sarana alam menunjang manajemen berbasis sekolah.
Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar